11. Jeon lagi jeon terus

3.1K 585 109
                                    




Minggu adalah yang paling beruntung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu adalah yang paling beruntung. Setelah Teyo, ia punya waktu di hari sabtu dan Minggu untuk berfikir sebelum hari senin--waktunya untuk memulai misi tiba. Entah apa yang telah pemuda itu rancang, dari hari sabtu sampai tiba hari dimana misi Minggu harusnya berjalan, pemuda hitam manis itu justru cukup tenang. Tak ada pergerakan seperti apa yang dilakukan dua anggota sembilan toedjoh sebelumnya. Semakin dibuat heran, justru Lisa lah yang kerap kali membuntuti atau menanyai keberadaan Minggu yang semula selalu berada didekatnya kini selalu menghilang saat jam istirahat.

    "Gue bakal buat Lisa nyariin gue dan inget gue terus." sebelumnya yang lain hanya tertawa menanggapi ucapannya beberapa waktu lalu. Tapi kini tingkah Lisa sontak membuat pernyataannya terdengar menjadi nyata.

    "Minggu kemana sih? Dikantin ko gak ada?" sekumpulan pemuda tampan itu saling tatap satu sama lain ketika Lisa membuka pembicaraan sambil terus mengedarkan pandangannya sesekali ke koridor, takut-takut orang yang dicarinya melintas disana.

   "Main dikelas lain atau nongkrong di warung depan kali beb." setelah Dicky menyelesaikan perkataannya, kepalan tangan Jeon mendarat dikepalanya, Dicky mengaduh sambil mengelus tempat dimana kepalan tangan itu mendarat. Muka boleh bayi tenaganya macam babon.

   "Namanya Nalalisa Iggyanna yah, bukan beb! Orang tuanya tuh nyari nama dengan susah payah berfikir."

  "Enggak sih Jeon, itu boleh searching gugel. Emang orang tua lu mikir pas ngasih nama?"

Jeon menggeleng, "Enggak! Bunda terinspirasi dari Jeon Jungkook Bities."

Orang tua Lisa adalah penganut paham ada yang mudah kenapa harus mencari cara yang sulit dan orang tua Jeon adalah penganut, gak bisa dapetin bias paling enggak anaknya dimirip-miripin kaya bias.

  "Lis ini hari apa?" Juna mengalihkan pembicaraan, yang lain sudah melotot kearahnya, bahkan Abram sudah meluncurkan ancaman, "Gue cuma mau ingetin soal tendangan bokong. Kalau lu masih nekat ngegombal di hari misinya si Minggu." meski Abram sendiri pun takut pada pemuda itu, tau sendirilah yah perbedaan proporsi tubuh keduanya?

Juna berdecak pelan, "Biarin Lisa jawab dulu! Suudzon mulu kalian, nanti masuk neraka!"

Hao menggeleng lalu menepuk bahu pemuda bongsor itu, "Gak cocok lu yang sekelas dukun ngegantiin posisi pak ustad Opi!"

   "Kamu terlalu happy birthday untuk Woffi yang barakallah fii umrik." sahut Yoga, yang diomongin mah cuma ngegeleng sambil istighfar. Kalau bukan karena Lisa, mana mau pemuda suci macam Woffi temenan sama list penghuni neraka jalur undangan kaya mereka.

  "IH! BIARIN LISA JAWAB DULU NAPA!"

Tuh kan Juna jadi ngegas. Ngobrol sama teman-temannya suka ngalor ngidul kemana-mana sampai lupa inti utama dari percakapan itu sendiri. Juna sebagai pemuda yang cinta mati sama pelajaran Bahasa Indonesia jadi merasa miris.

SEMBILAN TOEDJOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang