10. Teyo dan hujan

3.2K 610 64
                                    

Besok adalah giliran Teyo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Besok adalah giliran Teyo. Untuk sekelas pemuda dingin yang jarang bersosialisasi dan tidak punya pengalaman memikat gebetan, pemuda itu cukup kesulitan. Teyo berjalan bolak-balik dikamarnya, sambil mencoba berfikir. Dia mencoba mencari beberapa referensi dari internet tapi rasanya belum bisa membuatnya benar-benar paham dan mengerti. Makan malam jadi terasa hambar karena dibanding menikmati, fikirannya masih terus berkelana.

Teyo membantu sang mama merapikan piring untuk dibawanya ke wastafel. Berhubung keluarganya tak pernah menyewa asisten rumah tangga dan hanya ada dua anak lelaki di keluarganya ini, wajar saja terkadang baik Chano dan Teyo diwajibkan membantu pekerjaan sang mama yang jadwalnya telah mereka atur sendiri untuk sedikit meringankan. Kebetulan malam ini adalah jadwal si bungsu.

   "Ma, Teyo mau nanya boleh?" sang mama menoleh dengan tampang terkejut lalu mengedarkan pandangannya sebelum menuding jari telunjuk pada dirinya sendiri, "Kamu sedang berbicara dengan mama?" sang anak mengangguk pelan. Setelahnya perempuan paruh baya itu mengecek keadaan sang anak dengan hebohnya. Maklum, sang mama bahkan lupa kapan terkahir ia mengobrol santai dengan si bungsunya satu itu. Mungkin tahun akhir sekolah dasar.

   "Kamu habis tawuran? Ke getok sesuatu? Jatuh dari pohon mangga? Belakangan ini kan kamu lagi hobi manjat. Apa dipukul sama abang Chan? Jatuh dari boncengan? Keracunan? Atau jangan-jangan---kesurupan! Kalau kaya begini apa perlu mama bacain ayat kursi?"

Teyo mengerjap menyaksikan kehebohan mamanya, pemuda itu menghela nafas perlahan sebelum berbalik, "Tidak jadi ma, ini kan sudah selesai Teyo kembali ke kamar saja." tanpa menunggu persetujuan Teyo segera menaiki anak tangga menuju kamarnya. Dapat didengar mamanya masih saja mengoceh dengan setengah berteriak.

   "Loh! Mama kan belum baca ayat kursinya, baru niatan doang! Ko kesurupannya udahan. Bagusan begitu loh kamu de! Kalau setannya membawa pengaruh positif kenapa gak dipertahanin."

Teyo menggeleng pelan, dari apa yang ia dengar ia bisa menyimpulkan bahwa setan kini auranya lebih positif dibanding dirinya sendiri dimata sang mama.

Tangan sudah berada di handle pintu namun terhenti karena Teyo mendapati pintu kamar Chano terbuka setengah, memperlihatkan sang empunya kamar yang tengah rebahan sambil asik bermain game.

   "Saya Chano Benedict! Pakar percintaan!"

Kalimat memuakan sang abang tiba-tiba terngiang. Teyo ingin menyangkal. Tapi dari banyaknya mantan Chano yang ia tau, pemuda itu tak menampik pada kenyataan bahwa abangnya itu cukup baik dalam hal percintaan. Dari yang waras sampai tidak waras sekelas Rose pun terpikat padanya. Dengan berat hati Teyo membelokan langkahnya yang sebelumnya ingin ke kamarnya kini melipir ke kamar sang abang.

  "Bang Chan!" Teyo langsung menghempaskan tubuh tepat disamping Chano. Tempat tidurnya cukup panjang untuk ukuran manusia normal. Chano hampir melempar ponselnya saking kagetnya melihat Teyo berkunjung ke kamarnya.

SEMBILAN TOEDJOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang