Lisa merenggangkan tangannya, memutar tubuhnya ke kanan lalu ke kiri saking pegalnya. Kemudian tangannya beralih mengibaskan buku ditangannya guna meminimalisir peluh di dahinya. Lisa lebih milih disuruh lari keliling lapangan atau berjoget didepan sekalian dari pada harus duduk hampir dua jam sambil mendengar sambutan panjang tadi. Lisa tidak mengingat apapun selain salam dan ucapan selamat datang di awal pembukaan serta beberapa point peraturan Orientasi yang akan dimulai besok. Itu saja ia ketinggalan beberapa point dan harus menyalin tulisan Abram. Kalau Rose? Dia mah sebelas-dua belas sama Lisa.
"La, nih es teh buat lu!" Abram dengan senyum sumringahnya menyodorkan gelas plastik berisi es teh itu pada gadis yang tengah asik kipas-kipas dengan buku ditangannya. Belum gadis itu menerima, tangan Abram sudah ditepis oleh Yoga,
"Lu tau gak kalau es batu itu dibuatnya dari air kali! Nanti rasanya nano-nano, limbah rumah tangga sama limbah manusia alias kuning-kuning panjang mengambang dan berbau. Mending Lequa dari pegunungan asli bukan silikon, ada manis-manisnya gitu semanis air susu Ibu." celotehnya panjang lebar yang langsung dihadiahi tempelengan oleh Abram dan Rose bersamaan. Masalahnya pas Yoga lagi ngomong begitu Rose lagi asik menyesap es tehnya, tadi dia juga nitip ke Abram. Rose langsung menyemburkan es teh yang sudah berada di mulutnya tepat pada Abram yang duduk disampingnya.
"Anjing banget si Yoga! Gak usah diperjelas juga!"
"Ibu gue guru kalau lu mau tau, semuanya kudu di perjelas." jawab Yoga sambil membusungkan dadanya bangga. Hitung-hitung pencitraan depan gebetan. Gelar ibunya itu pasti sangat berpengaruh, pasti Lisa bakal berfikir 'Ibunya aja guru, pintar dan pastinya berwibawa anaknya juga pasti seperti ibunya' bakal masuklah yah Yoga ke barisan cowok idamannya?
"Ada hal diluar nalar selain hal-hal gaib. Si Perdana terlahir sebagai anak dari seorang guru. Nalar gue gak terima itu." cibir Abram. Yoga mendelik tajam lalu mengarahkan telunjuknya pada pemuda yang tengah sibuk menyeka semprotan es teh Rose pada sebagian wajahnya. Skincare mahalnya jadi luntur. Ralat, skincare mahal punya mbanya.
"Gak boleh gitu lu Bram! Sirik bilang bos!!" Abram menepuk-nepuk bahu teman dekatnya itu, "Makasih anak buahku! Tampang kaya gue gini emang cocok jadi bos besar."
Abram sama Yoga udah mau gelut namun atensi mereka teralih pada Lisa yang bangkit dari duduknya, menepuk-nepuk bokongnya guna membersihkan debu yang menempel, "Gue buang dulu deh nih es teh, ada benernya juga perkataan Yoga. Nanti sekalian gue beliin Lequa juga buat ngegantiin minuman kalian. Lebih sehat juga kan?"
"Gue ikut Lis!" Rose udah mau ikut bangkit namun Lisa kembali berbicara, "Disini aja lu! jadi saksi kalau nih anak dua saling bunuh-bunuhan."
"Okey! siap Lisa!-- Kalian lanjutin gelutnya, kalau bisa jangan ada yang menang. Berakhir dengan dua-duanya terbunuh."
"Bangke banget mulut nih cewek satu!!"
Lisa berjalan membelah kerumunan dengan dua gelas es teh di masing-masing tangannya. Lisa mengernyit ketika mendapati seorang pemuda berkulit putih dihadapannya tersenyum sambil mengulurkan tangannya, "Buat gue kan?"
Lisa melirik dua gelas dalam genggamannya lalu kemudian beralih pada pemuda dengan tangan terulur itu, "Bisa tolong minggir? Gue mau buang sampah." ujar Lisa sambil mengangkat tinggi dua gelas plastik ditangannya.
Pemuda itu berdeham dan menggusar surainya kebelakang lalu membawa tubuhnya yang menghalangi tempat sampah dibelakangnya agak sedikit menyingkir.
Setelah menyelesaikan tujuannya, Lisa cukup terhentak ketika berbalik dan mendapati kerumunan gadis menatapnya heran. Lisa terkekeh pelan dan mengusap tengkuknya lalu membungkuk, "Maaf mengganggu, hehe." gadis berponi itu hendak langsung pergi namun ia kembali berbalik,
"Jangan kumpul-kumpul weh! Nanti di grebek!" lalu atensinya terpaut pada pemuda yang tadi menghalangi tempat sampah,
"Gue Lisa, nanti kalau ketemu kasih tau tutorial bikin pipi bolong kaya gitu yah? see you everyone!"
Sambil berdadah ria bak model papan atas, Lisa melipir hendak ke koperasi untuk beli Lequa meninggalkan kerumunan yang kembali memekik kagum pada pemuda yang kini tersenyum bak orang gila sepeninggal sang gadis berponi.
******
Aku bakal ngejelasin satu persatu pertemuannya dulu sebelum grup terbentuk
Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMBILAN TOEDJOH
Teen FictionKisah perjuangan para pemuda tampan demi memikat hati Lisa, si pemilik manik Bambi dan gummy smile mempesona. Abram yang kerap disapa Bambam yang sadar Lisa --pujaan hatinya sejak masa kanak-kanak--tak dapat diperjuangkan sendirian, mencetuskan pem...