Abram membawa jari telunjuknya menelusuri kertas pengumuman yang tertempel dimading, matanya memicing berusaha mencari barisan namanya didalam sana. Matanya membulat dan pemuda itu hendak mengumumkan rasa senangnya sebelum sebuah pekikan tak jauh darinya mengalihkan atensinya.
"KITA LULUS TESNYA ROSE!!"
Dua orang gadis bertubuh ramping saling memeluk dan melompat girang, menemukan nama keduanya termasuk kedalam barisan beruntung yang bisa masuk kedalam sekolah ternama ini. Abram mengedikan bahu, mengedarkan pandangan hendak mencari Yoga namun matanya membola ketika pelukan dua gadis itu merenggang, salah satunya nampak tak asing. Gadis itu tak banyak berubah dari apa yang ia ingat.
Abram mendekat dan menarik tangannya hingga gadis itu menghadap kearahnya. Abram seyakin itu, meskipun salah orang pun paling Abram hanya kena semprot atau parah-parah kena tamparan.
"Nala kan?" gadis itu mengernyit heran. Sejauh yang ia ingat, yang memanggilnya dengan sebutan itu hanya keluarganya dan----
"Bambam!!" serunya, namun ia kembali terdiam saat memandangi pemuda itu dari atas kepala hingga ujung sepatunya, "Lu beneran Bambam? Abram Brama?" Abram mengangguk antusias dengan manik berbinar.
"Bam dulu lu tuh cuma semata kaki gue, gue inget banget. Pasti lu operasi penambahan tulang kaki kan? Apa cemilan lu ganti dari kuaci jadi kalsium?" dia masih sama bawelnya.
"Dikira gue jenglot kali!" gadis berponi itu mengayun-ngayunkan lengan pemuda dihadapannya, "Bam gue gak terima sekarang lu lebih tinggi dari gue!" rengeknya menggemaskan.
"Yee si kamvret! Harusnya lu bersyukur jadi kan kalau mau ciuman gue yang nunduk bukan lu lagi!" ucapan Abram sontak memicu keplakan maut dari sahabat kecilnya itu.
"Lambe lu lama-lama gue temuin sama alas sepatu baru gue Bam!!"
"Bram gue cariin dari tadi juga!" tepukan mendarat dibahu Abram, pemuda tinggi sudah berdiri disampingnya. Abram menoleh, melihat pemuda itu malah diam menatap lurus pada dua gadis dihadapannya. Ralat, satu diantara kedua gadis itu.
"Lis, ayo balik abang gue udah nunggu didepan!"
"Bram! Gue balik duluan yah udah dijemput nih! Gue gak tau nih anugerah apa petaka bakalan satu sekolah lagi sama lu, hehe." Lisa meninju pelan bahu Abram.
"Lu masih aja nyangkal kalau kita itu jodoh!!"
"BODOAMAT YAH BAM! UDAH AH BYE!" Lisa menarik tangan Rose hendak pergi, namun gadis itu kembali menoleh, "Eh kelupaan! Temennya Bambam? Gue kasih tau jangan deket-deket, dia rabies!" setelahnya Lisa dan Rose tertawa bersama lalu melanjutkan langkahnya.
"Itu yang ponian saha Bram?" Abram menoleh melihat Yoga--temannya itu masih menatap lurus pada kedua punggung yang perlahan menjauh dengan senyum aneh di wajahnya.
"Nalalisa, inceran gue! Berani nyentuh gue laporin ke Ibu lu kalau lu nyimpen video yang iyah-iyah." biasanya kalau udah begitu Yoga bakal manut. Namun kali ini rasanya aneh, pemuda itu bahkan masih senyam-senyum bak orang gila kini ditambah dengan tangan terulur menyentuh dadanya sendiri.
"Laporin aja bodoamat, gue udah biasa diceramahin pake rumus Fisika dan istilah Biologi sama Ibu gue. Senyumannya gak ada akhlak! Hati gue sampai ngikut pulang sama dia!"
"LU BUKAN TEMAN GUE!!"
Abram sadar, masih sama kaya dulu. Nalalisa masih memikat. Ini baru ketauan satu orang, mungkin Abram bakal menemukan banyak orang lainnya. Sekolah berasa medan perang season dua kalau kaya gini.
*******
Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMBILAN TOEDJOH
Teen FictionKisah perjuangan para pemuda tampan demi memikat hati Lisa, si pemilik manik Bambi dan gummy smile mempesona. Abram yang kerap disapa Bambam yang sadar Lisa --pujaan hatinya sejak masa kanak-kanak--tak dapat diperjuangkan sendirian, mencetuskan pem...