Jadi junior tuh gak enaknya yah disuruh-suruh. Gara-gara Jeon nguap pas para senior lagi memberikan wejangan lalu bertengkar dengan pemuda sipit yang dengan enaknya nepuk lambenya Jeon padahal mereka gak saling kenal, sekarang kedua pemuda itu disuruh beliin bermacam cemilan ke kantin.
Keduanya lagi jalan di koridor sekolah dengan masing-masing tangan menenteng satu kantung plastik berisi pesanan para senior. Langkah Jeon terhenti ketika pemuda sipit itu menepuk bahunya, Jeon mendelik, "Apaan? Jangan sok akrab!"
"Jeon, mau bertanding gak sama gue?"
"Tanding apaan?" tanya Jeon lalu asik menyesap susu pisang ditangannya.
"Cepat-cepatan sampai ke ujung sana, nanti gue beliin apa yang lu mau." Jeon mengikuti kemana arah telunjuk pemuda sipit bername tag Harry namun meminta dipanggil Hao itu, ujung koridor sebelum persimpangan yang tidak terlalu jauh. Kalau soal lari mah Jeon jagonya, lari dari kenyataan kalau dia baru aja diputusin gara-gara terlalu baik misalnya.
Jeon mengangguk mengiyakan, "Beliin gue susu pisang sepuluh biji kalau gue menang, bagaimana?"
"Susu pisang sama bijinya?"
"Bukan! Maksud gue susu pisang sepuluh buah!"
"Iyah gue tau Jeon pisang itu buah." Jeon memejam berusaha menekan emosinya, pemuda itu mendekat dan meraih kerah seragam pemuda sipit dihadapannya itu, "Susu pisangnya sepuluh! Jumlahnya!" jelasnya dengan penuh penekanan.
Hao menepuk-nepuk tangan kekar Jeon yang mencengkram kerahnya, "Iyah gue ngerti! Kalem bro kalem. Sepuluh? Banyak bener! Lima ajalah!" Hao kan bukan anak sultan bisa abis uang sakunya kalau traktir tuh bayi bongsor.
"Tujuh gimana?"
"Enam ajalah!"
"Yaudah tiga!" putus sang pemuda bergigi kelinci itu membuat pemuda sipit dihadapannya sontak ternganga, ini orang bego ketolol-tololan apa bagaimana? Hao tak mau mempermasalahkan kebodohannya, dari pada nanti jumlah susu pisang yang diingini makin banyak kan repot yah?
"Kalau lu yang menang?" Hao langsung melambaikan tangannya sambil menggeleng, "Gak minta apa-apa gue, gue ngilangin gabut doang." manik bulat Jeon sontak membulat. Gabutnya gak ada faedahnya banget. Pemuda berwajah bayi itu mengedikan bahu lalu menyesap kembali susu pisang ditangannya.
"Kalau gue bilang tiga mulai---Jeon! Heh! Sialan gue belum ngitung!"
Jeon lari lebih dulu, gak perduli pemuda dibelakangnya udah mencak-mencak. Hao kan udah bilang tiga tadi, jadi Jeon gak salahkan kalau langsung lari?
Ditengah, pelariannya? Jeon tiba-tiba ngerem mendadak begitu pula Hao dibelakangnya yang langsung menubruk punggung tegap pemuda itu, "Sialan Jeon! Hidung gue---" ucapan Hao terhenti ketika menatap lurus kearah yang sama dengan arah Jeon menjatuhkan pandangannya.
Beberapa langkah didepannya seorang gadis tengah membungkuk, mengumpulkan surai panjangnya dalam genggaman lalu melilitnya membentuk sebuah cepolan diatas kepalanya.
"Rose! Tungguin---" pekikan gadis itu terhenti ketika mendapati dua orang pemuda termangu didepannya.
Jeon mengerjap-ngerjap lucu lalu tangannya yang tengah menggenggam kotak susu pisangnya terulur begitu saja kehadapan sang gadis, "Lu mau susu pisang?"
"Para penghuni kayangan lagi migrasi ke bumi yah Jeon?" gumam Hao masih menatap makhluk manis didepan sana.
Gadis berponi itu menatap heran keduanya bergantian, "Kalian yang dihukum senior saat bincang-bincang tadi kan?"
Keduanya mengangguk bak robot. Masih dengan mata berbinar dan senyum tolol permanen diwajah tampan keduanya.
"Mau balik bareng ke aulanya sama gue?---" gadis itu melirik pada tangan kekar yang masih terjulur dengan kotak susu pisang itu, "Enggak usah makasih loh!"
Jeon menarik tangannya, ia mengerjap mengumpulkan kesadarannya, "Ayo kita bareng ke aulanya." gadis itu mengangguk dan mulai memimpin langkah. Jeon langsung menempatkan diri di samping kanannya sedangkan Hao di sisi lainnya.
"Oh yah ngomong-ngomong nama gue Lisa."
Hao memiringkan kepalanya, "Lisa, tinggal di khayangan di distrik berapa?"
Masih dengan sedotan susu kotak didalam mulutnya Jeon melirik punggung lalu wajah gadis disampingnya sebelum ikut bersuara, "Sayapnya disembunyiin dimana Lisa?"
"Hah?"
*******
Jeon pengen ku karungi
Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMBILAN TOEDJOH
Teen FictionKisah perjuangan para pemuda tampan demi memikat hati Lisa, si pemilik manik Bambi dan gummy smile mempesona. Abram yang kerap disapa Bambam yang sadar Lisa --pujaan hatinya sejak masa kanak-kanak--tak dapat diperjuangkan sendirian, mencetuskan pem...