PERINTAH GILA DARI SI GILA

52.6K 3.3K 29
                                    

Tak terasa derai air mata mengalir dipipiku, melihat dia,  Pria yang paling kucintai. Pria yang hanya bisa kupandang tanpa bisa kumiliki. Kini hanya bisa terduduk diatas kursi roda.

"AKU PALING BENCI DIPANDANG KASIHAN SEPERTI ITU!!" Wajah arogannya menatapku penuh kebencian

"Maaf, Pak!!!!" Kataku. Kuhapus airmataku dan kualihkan pandangan ke arah lain.

"MAU PULANG GAK???" tanyanya dengan wajah galak.

"Haaaaahhh????" Aku terkejut.

"Aku tak bisa keluar jika pintunya masih tertutup." Kata Juna sambil memandang kakinya yang lumpuh.

"Oooooh..... Maaf...." Kataku lagi, sambil membukakan pintu untuknya dan Juna hanya mendengus kesal melewatiku. Begitu kami sampai diluar, tanganku reflek mendorong kursi rodanya perlahan.

"GAK USAH!!!" Tolaknya kasar

"Gak apa-apa pak!! Lagian tujuan kita juga sama, saya juga mau turun ke lantai 1." Jawabku.

Banyak pertanyaan dikepalaku yang ingin kuutarakan. Kenapa ini bisa terjadi kepadanya?? Apa yang membuatnya jadi lumpuh seperti saat ini?? Namun tak satupun yang dapat ku utarakan. Aku hanya mampu memendamnya dalam hati.

Sesampai dilantai satu, aku tak beranjak pergi, aku masih menunggu mobil yang menjemput Juna datang.

"NGAPAIN MASIH DISINI??" tanyanya galak.

"NUNGGU BIS KOTA LEWAT, PAK!!" jawabku  kesal. Dia  tertawa.

"Mana ada bis kota masuk ke dalam   gedung. Kamu pikir ini terminal!!" Ujarnya dengan nada mengejek.

"Terserahlah, apa yang Bapak pikirkan. Saya tak peduli." Jawabku cuek.

Tak berapa lama Mobil yang menjemputnya pun datang. Aku segera membantu memapahnya masuk ke mobil, walaupun dengan agak kesulitan.

Maklum tubuhnya lebih besar daripada tubuhku. Sang sopirpun langsung melipat kursi rodanya dan menaruhnya di bagasi belakang mobil. Setelah memastikan posisi duduknya sudah nyaman, kututup pintu mobilnya kembali.

"TUNGGU!!! Aku antar kamu pulang sekalian." Katanya sambil mencegahku menutup pintu.

"Gak usah Pak." Tolakku halus

"Masih ada bis kok." Sahutku.

"KAMU PIKIR APA YANG KUKATAKAN TADI ITU PERMINTAAN. ITU BUKAN PERMINTAAN!! ITU ADALAH PERINTAH...!! AYOO MASUUUKK!!" Katanya dengan galak.

Dan akupun tak punya pilihan lain kecuali menuruti perintahnya.
Kami berdua hanya saling diam dan memalingkan pandangan. Melihat pemandangan dari kaca jendela mobil disamping kami masing-masing.

Hari-hari selanjutnya aku jarang berkomunikasi ataupun bertemu dengannya. Dia terlihat sangat sibuk dengan berbagai urusan kantor. Dan tentu saja itu membuatku agak lega.

Entah kenapa tekanan darahku selalu meninggi jika harus berhadapan dengannya.

Namun bagai ketenangan sebelum badai, sore itu tiba-tiba Juna datang berkunjung ke rumahku. Abiem sangat bahagia melihat kedatangan papanya, meski pertemuan terakhir mereka di tepi pantai berakhir menyedihkan. Namun rasa rindunya pada papanya menghapus semua kenangan buruk itu.

Dengan polosnya Abiem bertanya kenapa papanya duduk diatas kursi roda, sebuah pertanyaan yang sama yang ingin kutanyakan padanya, namun aku belum punya cukup keberanian. Juna hanya tersenyum dan menjawab kalau kakinya baik-baik saja, cuma untuk sementara waktu memang belum boleh banyak berjalan.

Abiem  memang anak yang cerdas dia selalu menjadikan jawaban menjadi sebuah pertanyaan baru membuatku harus  segera mengalihkan perhatiannya agar tidak membuat Juna semakin kewalahan menjawabnya.

Kini si kecil kami sedang sibuk bermain bersama mainan robot barunya.

"Tiga hari lagi aku akan balik ke Jakarta." Ucapnya saat kami hanya tinggal berdua.

"Alhamdulillah..." Senyumku lega
Dia langsung menaikkan sebelah alisnya

"Kelihatannya kau bahagia sekali, mendengar aku akan pergi?" Katanya sambil matanya menatap tajam mataku dengan pandangan tak suka

'Ya, tentu sajalah, pak... !! Semakin cepat bapak pergi. Itu semakin baik' batinku

"Hanya perasaan Bapak kali..." Kataku
masih dengan senyum lebar.

"Nilam dari kantor pusat, besok akan datang. Tolong ajari dia  semua hal yang terkait pekerjaanmu, kuberi kau waktu 3 hari untuk mengajarinya dan menyelesaikan pekerjaanmu yang belum beres ." Ucapnya tiba-tiba mengagetkanku.

Aku sangat terkejut.

"Apa maksud semua ini, Pak??" Tanyaku bingung.

"Apa saya dipecat pak??? Apa salah saya??" Tanyaku. Senyum yang sejak tadi merekah dibibirku langsung menghilang tanpa bekas

"Kau masih menanyakan, apa salahmu?? Banyak, Shin... " Jawabnya sambil menyeringai.

"Awal kedatanganku disini kamu bolos 3 hari... Masih ingat kan???" Katanya membungkamku.

'haaaahhhh.... Ya... Allah. Itu kan gara-gara mau ngindarin Bapak." Kesalku dalam hati

"Tapi kan saya sudah ijin, Pak!!" kataku memelas

"Tapi ijinmu ketahuan BOHONG!!!" Jawabnya tegas.

Yaahh... Lemes deh badanku.
'Bos satu ini mungkin memang reinkarnasi iblis jahat dikehidupannya yang dulu.' Gerutuku dalam hati.

"Baik pak. Besok saya akan mengajari mbak Nilam.." Sahutku lemas.

"Jangan lupa... Ada satu hal lagi.." Katanya selanjutnya.

'Apalagiiiiiii, Pak??" Tanyaku dengan nada sedikit meninggi menahan kesal.

"Kemasi semua pakaian kalian...!!!" Perintahnya lagi membuatku kian bertambah shock.

"Ya.... Allah!! Sekarang kami juga diusir, Pak??" Tanyaku tak percaya.

"Tolong kasih waktu Buat kami cari tempat tinggal  dulu, pak. Paling nggak walau Pak Juna membenci saya. Maksud saya.. sangat...sangat membenci saya, paling tidak pikirkanlah nasib Abiem." Kataku memelas.

"Rumah ini nanti bakalan ditinggali Nilam, jadi kamu harus  pergi dari rumah ini segera..." Ucapnya tajam

'Yaa.. Allah.. jahatnya nih orang. Bahkan buah hatinya sendiri tak bisa meluluhkan hatinya.'

"Baiiikkkk.. pak." Jawabku dengan rasa kesal yang kian memuncak. Akupun langsung berbalik pergi meninggalkannya.

"Mau kemana kamu???" Teriaknya saat melihat aku pergi.

"Beres-beres pakaian lah. Bukankah tadi bapak yang nyuruh." Jawabku kesal

Tak terasa udah 3 hari berlalu, Sudah saatnya aku hengkang dari pekerjaan dan pergi dari rumah yang sudah setahun ini kami tinggali. Aku berpamitan pada semuanya. Airmata tak henti-hentinya  mengalir saat kupeluk rekan kerjaku satu persatu. Dan mengucapkan salam perpisahan.

Perpisahan kami begitu haru. Sementara Juna, si jahat itu, hanya memandangku tanpa ekspresi.

Dengan langkah gontai kutinggalkan gedung perusahaan tempatku bekerja. Kupandang sekali lagi tempat kerjaku untuk yang terakhir kali. Dan tiba-tiba saja, mobil Juna sudah berhenti didepanku.

"MASUUUUKK..!!!" Suruhnya angkuh.

Namun tak ku gubris perintahnya. Ku tatap dia dengan pandangan penuh kebencian.

Bayangin saja... semuanya serba tiba-tiba. Tiba-tiba dipecat, tiba-tiba diusir.

Dan kini... Setelah melakukan semua kejahatannya, tanpa wajah berdosa sama sekali,  tiba-tiba dia datang ngasih tumpangan. Aku memilih terus berjalan kaki ke arah halte bis dengan hati nelangsa.



BOSKU MANTAN SUAMIKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang