BERTEMU KAWAN LAMA.

51K 3.2K 31
                                    

Juna menggoncang goncangkan bahuku untuk membangunkanku. Aku kelelahan sampai tertidur sepanjang perjalanan. Ku kucek mataku perlahan.

"Ayo turun, kita sudah sampai.." Kata juna padaku

Namun aku sangat terkejut saat mengetahui tempat kami berhenti sekarang adalah di depan rumah Juna.

"Jangan bengong... Ayo bantu aku turun!!!" Galaknya

Mbak Dyan langsung menggendong Abiem yang tertidur lelap disampingku. Sementara aku membantu Juna turun dari mobil memapahnya pindah ke kursi roda.
Mama Nayla nampak sangat bahagia menyambut kedatangan kami.

Dan rombongan pembawa barangpun sudah sampai dibelakang kami. Sibuk memasukkan barang-barang kami kedalam, sesuai arahan mama Nayla.

Suasana rumahpun jadi terlihat sibuk.

Juna menyuruhku untuk membawa semua barang-barang pribadiku ke kamar tamu. Tapi aku menolaknya. Aku lebih memilih tinggal di kamarku yang dahulu dan mbak Dyan tinggal di bekas kamar almarhum ayah.

Sempat terjadi perdebatan kecil antara aku dan Juna. Namun kali ini akulah yang menang.

Abiem sibuk bermain bersama omanya, sementara aku dan mbak Dyan sibuk berberes dikamar kami masing-masing.

Entah kenapa aku sangat merindukan kamar ini, kamar yang sudah kutinggali selama bertahun-tahun. Kelebatan kenangan bahagiaku bersama ayah terlintas di pikiranku memicu jatuhnya butiran-butiran air mata ke pipiku.

Kubelai ranjang tidurku. Berjuta kenangan terukir disana
Tempat dimana aku sering memimpikan Juna, tempat dimana aku berkhayal tentang dia yang akan menoleh ke arahku dan menyapaku dengan lembut. Tempat dimana aku mengkhayal dia akan menatapku dengan penuh cinta. Namun sampai sekarang itu semua hanya khayalan belaka. Dia masih menjadi manusia es yang berhati dingin.

"Buruan saatnya makan malam." Kata Juna tiba-tiba, membuyarkan lamunanku.

Kuhapus air mata yang mengalir dipipiku dengan segera.

"Kau menangis??" Tanyanya.

"Nggak hanya kemasukan debu." Jawabku.

____

"Kenapa kau memilih kamar belakang, Shin?? Kamar tamu kan lebih besar?" Tanya mama Nayla saat kami sedang bersantai diruang keluarga usai makan malam.

"Kamar belakang juga sudah cukup besar buat Shinta sama Abiem, ma." Jawabku sambil tersenyum. Mama Nayla membelai kepalaku  lembut.

Kemudian tatapannya berpindah ke arah Abiem.

"Oohhh... Yaa!! Abiem cucu oma yang paling ganteng. Nanti malam Abiem bobok sama oma yaa.." pinta oma pada abiem.

"Nanti oma dongengin cerita yang bagus buat Abiem." Abiem yang polos, wajahnya langsung berbinar bahagia. Celoteh riangnya membuat suasana rumah jadi ramai dan ceria.

____

Malam sudah cukup larut. Semua orang sudah masuk ke kamar masing-masing. Hanya tinggal aku berdua dengan Juna.

"Shin bisa bantu aku sebentar." Kata Juna tiba-tiba, saat aku hendak masuk ke kamarku.

"Bantu apa pak??" Tanyaku.

Dan kini disinilah aku, terbengong berdiri di dalam kamar Juna.

"Bantu aku ganti baju tidur.." Katanya. Dan aku auto melototinya.

Aku langsung balik kanan menuju ke pintu keluar.

"Mau kemana kamu??" Tanya Juna bingung.

"Manggil mama atau Bi Onah, mbantuin Bapak ganti baju." Jawabku.

"Aku nyuruhnya kamu??" Katanya gusar

"Kok aku siih, pak.." Tanyaku sebel

"Aku gak suka tubuhku dipegang-pegang orang lain yaa.." Ucapnya.

"Mama Nayla bukan orang lain, beliau kan mamanya Bapak."

"Mama lagi sibuk nidurin si Abiem.." jawabnya

"Kalau begitu biar Abiem tidur sama saya saja!!" Jawabku.

"Karena gak pantas juga kalau aku yang bantu bapak ganti baju. Aku juga kan orang lain." Jawabku sambil berlalu meninggalkan Juna.

Juna hanya bisa terbengong dengan aksi penolakanku.

_____

Bertemu kembali dengan kawan-kawan lamaku membuat aku bahagia. Juna mengembalikan posisi jabatanku seperti sebelum aku dimutasi.

Kupeluk kawan-kawan lamaku penuh keharuan.

"Selamat datang, Shin.." sambut pak Ronal.

Tak berapa lama Juna datang, dan semuapun langsung bubar. Dan seperti biasa dia memanggilku ke kantornya.

"Aku bisa memahami alasanmu tak bersedia membantuku mengganti baju, tapi tak bisakah kau membantuku hanya sekedar memapahku ke kursi roda. Dengan alasan kemanusiaan." Kata Juna lagi.

"Tapi maaf pak, Saya juga tak bisa!! Saya tak bisa jika harus terus terusan bersentuhan fisik dengan Bapak. Kita tak memiliki hubungan apa apa, Pak. Lagian dengan status Bapak sebagai tunangan Mbak Eliza, kurang sopan rasanya jika dilihat orang. Akan menimbulkan fitnah." Jawabku tegas.

Juna terlihat kecewa.

"Baiklah, alasanmu yang itu juga bisa aku terima. Namun aku punya satu jobdesk baru yang harus kamu lakukan. Dan kamu tak punya alasan untuk menolaknya." Kata Juna yang langsung membuatku mengernyitkan kening.

"Apa itu, Pak??" Tanya ku bingung.

"Mulai saat ini, jadilah asisten pribadiku. Dengan begitu tak ada yang memfitnahmu jika harus terus bersentuhan fisik denganku." Kata Juna lagi.

"Tapi.. pak.. " Protesku

"Tak terima kalimat bantahan. Ini perintah!!" Ujarnya seperti biasa.

Dan tiba-tiba ponselnya yang diletakkannya dimeja berdering. Kulirik layarnya.

Nampak foto Eliza disana. Diapun langsung mengambil ponselnya dengan cepat. Dan mengusirku keluar dari kantornya.

_____

"Waaaaahhhh senangnya melihatmu lagi, Shin.." kata Amel

"Iyaaa, Kangen!! Lama gak ketemu." Kata Rossy.

"Kelihatannya Pak Juna kesepian tuh semenjak kamu pergi. Gak ada lawan berantem. Apalagi sejak kecelakaan itu." kata Dewi

"Kecelakaan??" Tanyaku.

"Iyaaa.... Gara2 kecelakaan itu, acara pertunangannya batal looo, Shin." Kata Amel lagi

"Kok bisaaa??" Tanyaku kaget. Soalnya hari pertunangan Juna saat itu cuman selisih 3 hari dari hari kepergianku ke Semarang.

"Jadi kecelakaan itu terjadi setelah aku pergi dan sebelum pertunangannya." Tanyaku shock yang dijawab anggukan oleh kedua temanku.

"Kenapa???" Tanyaku kebingungan.

"Pak Juna ngebut di jalan, Shin. Dia pinjam motornya pak Ronal. Kata Pak Juna sih buat jemput seseorang yang sangat penting." Kata Rossy

"Ya ... Eliza .. donk.. siapa sih yang penting buat pak Juna kalau bukan Eliza." Timpal Dewi.

"Tapi ngomong-ngomong, Nilam mau dipindah ke Semarang gara-gara dikasih iming-iming dapat gaji gedhe sama Pak Juna looooo." Amel berkata

"Masak sih." Tanya Dewi.

"Iya... Nilam sendiri yang bilang ke aku. Kalau dia bersedia dipindah, Pak Juna bakal naikin gajinya jadi dua kali lipat, habis tuh dapat bonus, insentif, dapat rumah sama dapat mobil pula." Ujar Amel lagi.

Aku jadi nelangsa mendengarnya. Nilam dapat fasilitas kayak gitu. Sementara aku... Tiba-tiba terusir dari kerjaan, tiba-tiba terusir dari rumah dan sekarang malah numpang dirumah si killer itu. Dan harus bersedia jadi asisten pribadinya 24 jam non stop.

Harus selalu siap. Saat disuruh menghadap. Aku sungguh merasa Juna sangatlah tidak adil.

BOSKU MANTAN SUAMIKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang