POV JUNA
Aku gak pernah menyangka alasan Shinta telat pulang akhir-akhir ini, hanya gara-gara nyari rumah kontrakan baru. Hari ini sengaja aku paksa dia pulang bareng biar tahu kemana aja dia kelayapan selama ini.
Dia ngajak aku mampir ke sebuah rumah yang cukup lumayanlah, dan cukup layak huni. Dan menurutku harganya juga cukup lumayan murah.
Si pemilik rumahnyapun kelihatannya orang baik. Saking baiknya dia sampai mau njodohin aku ke salah satu anaknya. Untungnya Shinta bilang kalau aku dah punya calon yaitu, Eliza. Dan bentar lagi kami mau nikah. Jadi mak-mak itu langsung bungkam.
Pernah sempat terlintas dipikiranku mungkinkah aku dan Eliza tak ditakdirkan bersama. Berulangkali rencana pertunangan kami gagal. Dan yang terakhir Pertunanganku yang tinggal menghitung hari saja harus gagal gara-gara aku mengalami kecelakaan saat aku mau ngejar Shinta agar gak jadi pindah ke Semarang.
Mungkinkah Tuhan hendak menunjukkan bahwa wanita yang ditakdirkan untukku bukanlah wanita yang selama ini aku damba-dambakan untuk aku nikahi.
Melainkan wanita yang sudah aku nikahi namun malah selalu aku sia siakan. Hatiku mulai ragu memilih diantara dua wanita. Namun kesetiaan dan ketulusan cinta Shinta yang tersembunyi dan tak pernah dia ungkapkan mempunyai nilai tersendiri di ruang hatiku.
Kembali ke urusan rumah. Tetap aja, aku gak rela Abiem tinggal disana. Karena kalau untuk Abiem... Rumah itu masih jauuuuuuhhh dari kata layak. Dan Abiem adalah satu-satunya kunci yang membuat Shinta gak bisa pergi dari rumahku. Yaaa.... Abiem adalah kelemahannya. Aku bahkan menggunakan Abiem untuk mengancamnya.
Aku jadi pingin tahu siapa sih yang ngrekomendasiin rumah itu ke Shinta, bikin kesal aja. Ternyata orang itu adalah Rossy. Si gembul, salah satu temen deketnya Shinta. Hemmmm.... Liat aja, apa yang akan Arjuna Dharmawangsa lakuin untuk dia....
Pagi-pagi sekali, saat jam kerja baru dimulai, Kusuruh Ronal ngumpulin berkas-berkas setahun kebelakang laporannya Rossy dimejaku. Ku Check satu persatu laporannya. Sudah hampir 2 jam aku berkutat dengan berkas-berkas Rossy. Belum satupun kutemukan kesalahan.
Laporan nih anak rapi dan teliti.Hampir saja kuperintahkan Ronal untuk memberiku berkas laporan Rossy selama lima tahun kebelakang, untungnya kumenemukan sebuah kesalahan pada input datanya. Walau hanya satu angka... Sudah cukup bagiku untuk memakannya hidup-hidup.
'BERSIAP SIAPLAH....ROSSY, UNTUK TERIMA HUKUMAN DARIKU..." Aku tertawa bahagia.
Kupanggil gadis itu ke kantor. Kulihat wajahnya sudah ketakutan sejak pertama masuk ke ruanganku Kulemparkan berkas itu ke hadapannya dengan kasar, kulihat dia sangat terkejut. Dan akupun tak henti henti mengomelinya.
Kulihat gadis itu hampir menangis. Matanya memerah. Tubuhnya sudah gemetar. Dan bahunya terlihat terguncang. Berulang kali dia meminta maaf padaku dan berjanji tak akan mengulangi kesalahan yang sama. Sebenarnya hatiku agak gak tega sih. Tapi suruh siapa dia berani-beraninya membuat hatiku kesal meskipun tanpa ia sengaja dan tanpa ia sadari.
Setelah cukup membuat nya ketakutan.
Ehmmmm ralat... MAKSUDKU Setelah membuatnya sangat ketakutan. Kuusir dia dari kantorku. Dan setelah dia menghilang dari hadapanku. Aku tertawa puas.
Sebenarnya kesalahan input data Rossy tidaklah fatal. Dan sebagai seorang pegawai, kinerjanya menurutku sangat kompeten. Yang Fatal adalah kelancangannya ngrekomendasiin rumah buat Shinta.
Dan inilah yang membuatku marah. Sangat marah besar.Setelah menyuruh Ronal membereskan semua berkas Rossy, Aku mencari Shinta karena sudah masuk waktu istirahat, Sebenarnya, aku mau ngajak dia makan bareng di luar. Namun ternyata dia udah makan duluan bareng teman-temannya di kantin.
Kusamperin dia di kantin. Ternyata dia dan ketiga temannya, termasuk disitu juga ada si gembul, yang baru saja aku marahi tadi, lagi serius membicarakan sesuatu. Mereka berempat kelihatan sedang asyik bergosip hingga tak menyadari kehadiranku.
Setelah semakin dekat jarakku dengan tempat mereka, semakin terdengarlah apa yang sedang mereka bicarakan. Ternyata mereka sedang membicarakan aku. Dan Yang lebih menjengkelkan adalah si gembul itu merasa sangat bersyukur atas perceraianku dengan Shinta. Dianggapnya aku terlalu menakutkan untuk Shinta. Tanpa basa basi kupanggil mereka berdua ke kantorku sehabis jam makan siang.
Aku berlalu pergi meninggalkan mereka berempat yang sedang dicekam ketakutan. Aku mencari tempat untuk makan siang terlebih dulu. Aku harus mengisi perutku dahulu untuk ngumpulin tenaga buat nyemprot Shinta dan temannya.
"MASUUUUKK...!!" Kataku begitu terdengar suara pintu diketuk.
Si gembul dan Shinta langsung kusuruh duduk begitu wajah mereka nongol dari balik pintu. Shinta yang berada dibelakang Rossy, menutup pintu perlahan. Si gembul tampak sangat ketakutan. Mereka berdua duduk didepanku. Si gembul hanya bisa menundukkan wajahnya tak berani menatapku,wajahnya hampir menangis.
Mimpi apa dia semalam sampai harus menerima amukanku dua kali dalam sehari. Sementara Shinta terlihat duduk dengan gelisah.
"Kau tahu salahmu apaaa, Ross???" Tanyaku pada Rossy.
Shinta yang menyadari kalau temannya sangat ketakutan mencoba membantunya menjawab pertanyaanku
"Maaf.. pak. Kami berjanji tak kan mengulangi lagi." Jawab Shinta.
"Apanya yang tidak diulangi lagi, Rossy?? Tanyaku tajam dengan mataku menatap ke arah Rossy.
"Mem...."Shinta hampir membuka mulutnya, namun segera aku potong ucapannya..
"ROSSY.... !!!" Teriakku kesal.
"Aku bertanya pada Rossy...!!!"
"Apa yang tidak diulangi?? Apa kesalahan yang tak kan kau ulangi." Kini mataku mendelik ke arah Rossy"Sa....salah.. input data, Pak." Tampak Rossy mulai terisak, wajahnya masih menunduk.
"Bukan yang itu, Yang lainnya... Kesalahan lainnya yang kamu lakukan hari ini??" Tanyaku tajam. Rossy tampak gelagapan.
"Membicarakan Bapak dibelakang." Jawab Shinta menyadari apa yang menyulut emosiku. Dibelainya bahu temannya yang mulai terguncang karena tangis dengan lembut
"DIAM KAU... AKU TANYANYA KE ROSSY. BUKAN KE KAMU... SEJAK KAPAN NAMAMU GANTI JADI ROSSY."Teriakku ke Shinta karena saking kesalnya. Sejak tadi dia terus terusan membantu temannya bicara. Shinta tampak sangat terkejut dengan teriakanku.
Rossy menangis kencang terisak didepanku, Shinta sampai harus memeluknya menenangkannya.
"Ma... Maaf pak.... Saya tak kan mengulanginya lagi.." kata Rossy sambil terisak.
Aku paling gak tahan kalau melihat wanita menangis dihadapanku.
"SUDAH... SUDAH.... KELUAR KALIAN DARI KANTORKU. AKU MAAFKAN KALIAN KALI INI. LAIN KALI JIKA KETAHUAN MASIH DIULANGI LAGI AKU TAK KAN SEGAN-SEGAN PECAT KALIAN BERDUA DARI PERUSAHAAN INI." Ancamku.
Tangis Rossy makin pecah, tubuhnya bergetar hebat. Shinta membantunya memapahnya keluar.
"Shinta, habis kau antar temenmu itu keluar... Balik lagi kesini!! Ada yang mau aku bicarakan." Perintahku.
"Baik... Pak..!! Sahut Shinta dan diapun segera memapah Rossy, membantunya keluar dari kantorku.
Tak berapa lama Shinta udah balik ke kantorku lagi.
"Ya, Pak... Ada apa??" Tanyanya.
Aku menatapnya tajam.Aku diam sesaat sambil terus menatap wajahnya. Penaku kuketuk ketukan diatas meja.
"Pesanin makan giih... Aku lapar. Habis ngamuk ngamuk ke kalian, perutku lapar lagi." Kataku sambil mengelus elus perutku yang kembali keroncongan. Setelah aku puas melihat kebingungan di wajah Shinta.
Shinta terlihat sangat Shock. Sebal. Menatapku tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSKU MANTAN SUAMIKU
RomanceKukira takdir kami telah terputus sejak 5 tahun lalu. Saat dia menceraikan aku dan mengusir aku dari rumahnya. Namun aku salah.... Kami dipertemukan kembali dengan takdir yang baru, sebagai atasan dan bawahan. Sifat arogan dan kasarnya padaku semak...