Tugas hari ini tidaklah seribet kayak kemarin-kemarin. Kendati masih ada barang yang harus dibongkar muat. Namun gak sesibuk biasanya.
Aku sedang menyelesaikan beberapa laporan, saat Dewa datang menghampiriku. Dewa mengembalikan saputangan yang dibawanya tempo hari.
"Mbak Shinta, ini saputangan mbak yang tempo hari aku pinjam. Udah kucuci bersih ough mbak. Jangan khawatir." Aku hanya tertawa menanggapi sikap juteknya.
"Lagi sibuk yaa,mbak??" Tanyanya padaku, melihat ada beberapa berkas yang menumpuk dimejaku.
"Nggak... Cuman nyelesain beberapa laporan aja." Kataku sambil menatapnya
"Ada apa, Wa?? Ada yang bisa kubantu??" Tanyaku padanya.
"Nanti aja deh, mbak. Mbak selesaiin aja dulu laporannya mbak. Urusanku gak terlalu penting ough." Jawabnya kemudian.
"Okey.... Tunggu bentar yaaa!! Bentar juga selesai." Kataku padanya sambil tersenyum.
Dewa duduk didepanku, menungguku. Entah kenapa aku merasa dia terus mengamatiku. Dan benar saja saat ku angkat kepalaku tanpa sengaja pandangan kami beradu. Dan dia nampak salah tingkah.
"Udara disini panas yaa, mbak??" Katanya sambil ngipas ngipasin tangannya kewajahnya, saat ketahuan olehku sedang terus mengamatiku. Mukanya memerah. Otomatis aku tertawa terbahak-bahak.
"Mbak kok ketawa??" Tanyanya bingung.
"Nih... Liat...." Kataku menunjuk ke kipas angin gedhe disampingku. Dewa ikut ngeliatnya.
"Dari tadi nih kipas angin dah nyentor ke badan kamu dengan kecepatan dah paling maksimal, Wa. Aku ja gak tahan ma anginnya yang terlalu kenceng, makanya aku adepin ke arahmu, masak kamu masih gerah,Wa??" Kataku tak bisa menahan tawa. Dan tampak mukanya Dewa makin memerah dan semakin salah tingkah.
Aku yang gak tega liatnya, langsung fokus kerjain laporan lagi. Sambil sekali kali aku minta dia untuk membantu mengecheck beberapa laporan ku yang udah jadi.
"Naaahhh... Akhirnya kelar juga. Makasih yaaa, Wa. Sudah mbantu aku." Kataku lega sambil merapikan berkas-berkas dimejaku.
"Sama-sama, mbak Shinta..." Jawabnya senang
"Okey... Kamu ada perlu apa???" Tanyaku padanya setelah kubereskan semua berkas dimejaku.
"Ehmmmm...... Ntar siang... Mbak Shinta... Aku ajak makan bareng... Mau gak???" Tanyanya ragu.
Aku sungguh tak percaya dengan Dewa. Dia rela menungguku hampir 1 jam cuma ingin mengajakku makan siang bareng.
Aku jadi bingung dengan kelakuan aneh bocah didepanku itu.
--------
Siang ini aku menerima ajakan Dewa untuk makan siang diluar."Mau makan kemana, Mbak??" Tanyanya saat kami sama-sama keluar dari gudang.
"Mana aja, Wa... Yang penting murah dan bikin kenyang." Jawabku.
Dewapun terkekehAkhirnya dia memilih warteg dekat kantor kami. Warungnya kecil dan agak masuk ke gang. Namun masakannya..... Hemmmmm .... Lezaaat banget, gak kalah sama masakan resto ternama.
"Gimana.... Enak gak, Shin??" Tanya Dewa yang membuatku tersedak. Karena dia cuman manggil namaku aja tanpa embel-embel 'mbak'. Dewa pun buru-buru mengambilkan minuman dan diserahkannya padaku.
"Makanya pelan-pelan aja. Gak usah tergesa-gesa. Jam istirahat masih lama kok." Katanya. Akupun menyruput minumanku perlahan.
"Makasih, wa." kataku kemudian
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSKU MANTAN SUAMIKU
RomantizmKukira takdir kami telah terputus sejak 5 tahun lalu. Saat dia menceraikan aku dan mengusir aku dari rumahnya. Namun aku salah.... Kami dipertemukan kembali dengan takdir yang baru, sebagai atasan dan bawahan. Sifat arogan dan kasarnya padaku semak...