Kudengar dari Ronal, Shinta sedang mencari rumah untuk tempat tinggal barunya. Rupanya dia benar-benar sudah mempersiapkan diri sebelum aku usir.
Kupanggil Shinta ke ruanganku.
Alih-alih menawarkannya rumah, aku menawarkan alternatif sekolah TK yang terbaik buat Abiem. Dan Shinta terlihat sangat tertarik. Namun matanya langsung melotot saat kusebutkan angka fantastis biaya perbulannya."Mahal banget.." Gumamnya. Sambil melihat-lihat brosur sekolah yang aku berikan.
"Dengan gajimu yang sekarang tak mungkin untuk membeli rumah sekaligus menyekolahkan Abiem ke sekolah favorit." Kataku.
Shinta sangat terkejut karena aku mengetahui dia berniat akan pindah rumah.
"Mungkin bapak bisa menaikkan gaji saya." Katanya sambil menatapku tajam.
"Apaaaa??" Tanyaku terkejut.
"Bapak saja menaikkan gaji Nilam 2 kali lipat, dapat insentif, dapat bonus, dapat rumah dan dapat mobil pula. Sementara saya?? Malah saya sekarang hanya bisa numpang dirumah Bapak. Saya tidak mendapat fasilitas kayak yang Nilam dapetin. Ini namanya pilih kasih, Pak. Nilam dapat kenapa saya tidak. Sementara kami sama-sama pindah tempat kerja atas perintah Bapak." Katanya protes
Lagi lagi aku Sangat terkejut. Darimana Shinta bisa tahu aku memberikan semua fasilitas tambahan itu untuk Nilam.
Itu semua hanyalah siasatku agar Nilam bersedia menggantikan Shinta pindah ke Semarang. Dan Agar Shinta bisa balik ke sini. Mana tahu dia kalau aku melakukan ini agar bisa lebih dekat dengannya dan lebih dekat dengan putra kami, Abiem. Demi mengembalikan dia ke Jakarta. Aku harus keluar modal banyak.
"Nilam layak mendapatkannya. Dia sangat kompeten dan tak pernah bolos kerja dengan alasan yang gak jelas." Kataku tegas
Dan skakmat. Shinta gak bisa berkutik jika kuungkit acara bolosnya yang waktu dulu. Shinta langsung cemberut. Tak bisa berkata-kata. Dia menatapku dengan pandangan sangat sebal.
"Masalah sekolah Abiem, aku yang bakal nanggung sepenuhnya." Kataku setelah kami sama-sama terdiam dan saling pandang cukup lama.
"Benarkaaaahhhh, pak???" Mata Shinta terlihat berbinar. Shinta tampak sangat bahagia.
"Tapi dengan satu syarat..." Kataku sambil menatap tajam ke arahnya.
"Syarat?? Syarat apa??" Tanyanya kaget.
"Sekali kau meninggalkan rumah tanpa seijinku, maka kau akan kehilangan hak asuh atas Abiem untuk selamanya." Ancamku.
"Kok bissaaaaa??? Gak bisa gitu donk, Pak!!" Katanya sambil melotot gak terima atas keputusanku.
Kulihat wajahnya terlihat sangat kesal. Tapi hanya itu satu satunya cara untuk menahannya agar tetap disisiku. Aku sungguh sangat menikmatinya. Matanya yang membelalak lebar saat dia sedang kesal, menjadi daya tarik tersendiri untukku.
______
Hari ini Eliza berkunjung ke rumah, sebenarnya aku sangat muak melihatnya. Namun aku sungguh tertarik ingin melihat reaksi Shinta.
Dengan sengaja Shinta kuajak bergabung ngobrol dengan kami. Awalnya ia menolak. Namun aku paksa. Akhirnya dengan wajah gak ikhlas dia duduk berhadapan denganku. Sementara Eliza duduk disampingku.
Aku duduk diantara dua wanita yang kini mengisi hidupku. Eliza tampak bahagia saat tangannya terus-terusan aku elus-elus dan aku genggam untuk membuat Shintaku cemburu.
Dan benar saja beberapa kali Shinta terlihat melengos dan kesal. Dia merasa bagai obat nyamuk yang gak dianggep diantara kebersamaanku dengan Eliza.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSKU MANTAN SUAMIKU
RomantizmKukira takdir kami telah terputus sejak 5 tahun lalu. Saat dia menceraikan aku dan mengusir aku dari rumahnya. Namun aku salah.... Kami dipertemukan kembali dengan takdir yang baru, sebagai atasan dan bawahan. Sifat arogan dan kasarnya padaku semak...