Matahari bersinar sangat cerah. Nyanyian burung-burung yang berkicau sangat merdu, membuat hariku kian penuh semangat. Kupandangi wajah malaikat kecilku yang masih terlelap dalam tidurnya. Kucium dengan hangat kedua pipi chubbynya sebelum kulangkahkan kaki keluar rumah.
Kulihat sosok tinggi kurus dengan rambut yang hitam bergelombang sedang menjemur pakaian diluar. Dia adalah Mbak Dyan, sosok malaikat yang muncul dalam hidupku, saat seluruh dunia meninggalkanku dalam keterpurukan. Saat aku berada dititik terendah, diceraikan dan dicampakkan oleh suamiku sendiri.
Kesamaan nasib kami yang sama-sama ditinggalkan oleh pria yang dicintai hanya demi wanita lain, membuat kami saling memahami dan memberi dukungan satu sama lain. Paling tidak dalam kegelapan yang menyelimuti diriku 5 tahun lalu, justru aku malah mendapat sosok asing yang menyayangi dan mencintaiku melebihi saudara kandung sendiri.
"Aku berangkat kerja dulu ya, mbak!!" Pamitku padanya sambil kucium punggung tangannya lembut.
"Hati-hati, Shinta!!" Ucapnya sambil tersenyum dan mengusap punggungku dengan lembut.
Aku menjawabnya dengan balas tersenyum dan menganggukkan kepala.
Jarak rumah ke kantor tidaklah jauh. Aku selalu menggunakan bis umum, transportasi kesayanganku yang murah meriah.
Walaupun sering berdesak desakan, senggol kanan senggol kiri, belum lagi saat bis direm mendadak karena hendak bersenggolan dengan pengguna jalan lain, yang membuat semua penumpang langsung menjerit histeris, dan sang sopir langsung mengumpat kasar dengan mengabseni semua nama binatang, adalah sebuah sensasi tersendiri yang selalu kunikmati tiap harinya.
Hari ini kantorku sudah sangat ramai kendati hari masih terlalu pagi. Maklum hari ini SANG BIG BOSS yang baru, akan datang.
Perusahaan kami telah berpindah kepemilikan sejak 7 bulan yang lalu. Namun baru hari ini, kami dapat melihat bos kami yang baru itu karena dia baru balik dari Jepang.
Konon BIG BOSS kami sangatlah tampan dan keren. Namun sayangnya orangnya sangat angkuh dan dingin. Dia tidak mentolerir semua bentuk kesalahan. Dan asal main pecat saja tanpa mau mendengar alasan apapun. Mengetahui sepak terjangnya yang asal main depak karyawan, tentu saja membuatku menjadi sangat cemas.
Bagaimana tidak?? Sekarang aku adalah kepala rumah tangga yang harus menafkahi 3 orang. Bagaimana jika tanpa sengaja aku melakukan kesalahan?? Tak bisa kubayangkan, mau makan apa nanti kami, jika aku dipecat.
Semua karyawan sudah berjajar dengan rapi saat Pak Ronal mengumumkan Big Boss sudah datang. Kami langsung menunduk dan memberi hormat. Entah kenapa jantungku tak henti hentinya berdebar kencang. Biasanya kalau ini terjadi, alamat sebuah kejadian buruk akan datang.
Dan benar saja!!!
'Tak.. tak... Tak...' Suara langkah kaki si Boss mulai memasuki ruangan. Aku semakin gelisah. Jantungku semakin berdebar kencang tak karuan. Dan apesnya, langkah kakinya terhenti didepanku, lamaaa!!! Aku sangat terkejut.
'Ada apa ini???' Aku masih menunduk ketakutan, tak berani menatap kedepan.
"Mana ID CARD mu??" Tanyanya tiba-tiba dengan suara yang keras. Membuat jantungku nyaris saja melompat dari tempatnya.
'DWEEEEEERRRR...' Suaranya benar-benar bagai suara geledhek yang menyambar persis diatas kepalaku.
Dan benar juga, aku belum memakai id card!!
"D-di tas, Pak.." jawabku gugup masih menunduk tak berani menatap wajahnya.
"SEBENARNYA KAMU NIAT KERJA APA GAK?? KENAPA ID CARD SAJA SAMPAI KETINGGALAN DI TAS." Bentaknya.
"IKUT KERUANGAN SAYA!! ADA HADIAH PERKENALAN BUAT KAMU." Katanya dengan suara menakutkan.
'Aduh... Mati aku... ' Gumamku pasrah.
'BODOH...BODOH...BODOH!!!" Rutukku dalam hati. Dengan langkah lunglai kuikuti bosku menuju keruangannya.
Aku berjalan dibelakang Para manajer dan Para Pemegang Saham, yang mengikutinya masuk ke kantornya. Semua rekan kerjaku menatapku dengan prihatin tapi tak ada yang berani mengucapkan sepatah katapun. Semuanya hanya terdiam dan saling pandang.
SI BOSS sedang bicara dengan Para manajer dan Para Pemegang Saham diruangan kerjanya, sementara aku menunggu diluar pintu kantornya. Menunggu giliranku. Menunggu vonis pecat darinya. Aku membayangkan wajah tersenyum putra tunggalku yang ada di gendongan mbak Dyan. Ada rasa pedih dihatiku. Bagaimana jika aku benar-benar dipecat. Pikirku sedih. Ingin rasanya aku menangis keras saat itu juga.
Semua manajer dan yang lainnya, sudah keluar dari ruangan sang Bos. Hanya tersisa aku sendiri yang mematung didepan ruangan kantornya.
"KAU YANG MELANGGAR PERATURAN, MASUUUUK!!" Perintahnya galak.
Ada aura gelap yang membuatku merinding saat memasuki ruangan besar sang Bos. Dia masih menunduk tak melihatku, matanya fokus memandangi semua tumpukan berkas yang ada dihadapannya. Sementara tangannya memegang sebuah berkas yang sedang dibolak baliknya tanpa minat. Diputarnya kursi kerjanya memunggungiku dan kulihat dia berdiri menatap ke arah jendela. Mungkin dia memang tak ingin menatap wajahku, yang telah membuatnya kesal di hari pertamanya dia masuk kerja di kantor ini.
"KAU TAHU APA SALAHMU???" Tanyanya sambil masih berdiri membelakangiku dengan pandangan menatap ke arah luar jendela.
"Ya..Pak." jawabku lirih.
"Tapi itu tak sengaja, pak. Itu karena tadi saya terlalu fokus untuk menyambut kedatangan bapak, sampai saya kelupaan memakai id card saya." Kataku membela diriTiba-tiba dia tertawa mengerikan. Entah kenapa tawa itu begitu familiar ditelingaku, aku berusaha mengingat-ingatnya. Dimanakah aku pernah mendengar suara tawa itu??
"Diantara sekian ratus pegawai disini yang menyambut ku, kenapa hanya engkau yang tak memakai ID CARD. APA KAU PIKIR KAULAH YANG PALING FOKUS DAN YANG LAIN TIDAK!!!" Bentaknya padaku.
Dengan perlahan, dia membalikkan badannya kearahku. Dan saat itulah mata kami beradu.
Kami sama-sama sangat terkejut. Tubuhku yang sudah gemetaran dari tadi sekarang sudah lemas tanpa daya. Dia menatapku dengan penuh kebencian.
YAA ...DIA SANG MANTAN SUAMIKU.... ARJUNA
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSKU MANTAN SUAMIKU
RomanceKukira takdir kami telah terputus sejak 5 tahun lalu. Saat dia menceraikan aku dan mengusir aku dari rumahnya. Namun aku salah.... Kami dipertemukan kembali dengan takdir yang baru, sebagai atasan dan bawahan. Sifat arogan dan kasarnya padaku semak...