SANG BOS PENDENDAM

45.7K 2.6K 18
                                    

POV SHINTA

Alarm jam berbunyi dengan berisiknya. Ku matikan alarm dan aku kembali tertidur lagi karena hawa yang masih terasa dingin.

Kukerjap-kerjapkan mata untuk melihat jam dinding. Aku kaget tak percaya, ku kucek kedua mataku untuk lebih bisa memfokuskan pandanganku lagi.... dan benar... jam dinding menunjuk pukul 07.10 pagi.

Aku langsung meloncat turun dari tempat tidur. Kubangunkan Juna yang tertidur lelap di kasur lantai tak jauh dari ranjangku

"Astaghfirullahal adzim.... Mas. Mas Juna...bangun!!!! Kita kesiangan." Teriakku sambil menggoncang goncangkan tubuh Juna

Diapun terbangun dan sangat terkejut. Dia otomatis langsung berlari ke kamarnya. Saat berlari keluar kamar, Juna hampir bertabrakan dengan mama dipintu.

Mama mendatangi kamarku hendak membangunkanku dan tentu saja Mama sangat terkejut melihat Juna keluar dari kamarku pagi-pagi dalam keadaan kacau dan akupun tak kalah kacaunya.

Saat dimeja makan, kami hampir bertabrakan satu sama lain. Mbak Dyan dan mama hanya bisa saling bertukar pandang melihat kelakuan kami tanpa bisa berkomentar.

Aku mengambil selembar roti bakar, dan langsung pamit mencium tangan mama sama mbak Dyan. Tak lupa kuciumi pipi kanan dan kiri putraku yang pagi itu sudah ganteng dan wangi. Juna mengikutiku dibelakang.

"Ikut mobilku. Kita udah telat. Gak keburu kalau naik bis." Tawarnya.
Akupun mengangguk mengikutinya masuk mobil tanpa harus berdebat dengannya terlebih dahulu karena memang waktunya udah gak keburu. Namun sayangnya kami malah terjebak kemacetan dijalan.

Kuambil ponselku dan ku tekan nomer pak Ronal. Juna yang duduk dibangku belakang bersamaku, hanya menatapku dengan tajam.

"Yaaa, Shin.... Ada apa??" Tanya Pak Ronal dari seberang saat telpon kami sudah tersambung.

"Maaf pak.... Saya datang terlambat hari ini. Soalnya tadi ada urusan sebentar dan sekarang kena macet di jalan." Ijinku padanya.

"Urusan apa yang bikin kamu telat." Tanya pak Ronal galak dari seberang.

Juna yang sejak tadi hanya diam sambil diam diam menguping dari samping langsung merebut ponselku dengan kesal.

"ADA URUSAN DENGANKU, TADI KETEMU KLIEN SEBENTAR. DAN KINI LAGI PERJALANAN KE KANTOR AGAK TERLAMBAT KARENA KENA MACET." Teriak Juna Galak

Tanpa menunggu jawaban dari seberang Juna langsung mematikan ponsel dan memberikannya padaku kembali.

"Gak usah ijin-ijin segala. Kamu kan datengnya bareng aku." Kata Juna dengan wajah bete.

Jam 09.55, kami baru nyampe dikantor. Aku hanya mengekor berjalan dibelakang Juna. Semua mata menatap tajam ke arah kami. Juna cuek saja. Tapi aku merasa risih.

Begitu Juna masuk ke kantornya, Pak Ronal langsung mendekatiku.

"Kenapa gak bilang kalau big boss tadi ada disampingmu?? Hampir copot jantung aku, pagi-pagi sudah dengar teriakannya." Kata Pak Ronal ketakutan

"Maaf, pak!!!" Jawabku merasa tidak enak.

Tak berapa lama, ada panggilan untuk Pak Ronal dari sang big boss.
Auto Pak Ronal langsung menepuk jidatnya....

"MATI AKUUUUU..." Gumamnya sambil berjalan bergegas menuju kantor Juna.

Ingin rasanya kutertawa, tapi melihat ekspresi ketakutannya Pak Ronal, aku jadi gak tega.

Siang harinya Juna ngajak makan siang bersama di rumah makan dekat kantor.

"Kita nanti harus menjelaskan ke mama kalau semalam antara kita gak terjadi apa-apa, Mas." Pintaku pada Juna di sela sela makan siang kami.

BOSKU MANTAN SUAMIKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang