Setelah puas menangis, Prinsha tertidur di pelukan Jey. Selama ini Jey belum pernah melihat Prinsha sehancur ini. Wajar saja karena selama ini Prinsha memendam rasa sakitnya sendirian. Bagi Jey, Prinsha adalah cewek yang paling tegar dari semua cewek yang ia kenal.
Keadaan Prinsha yang seperti ini tidak memungkinkan untuk Jey membawanya pulang ke rumah cewek itu. Mama tiri Prinsha pasti ada di rumah sekarang. Jey tidak ingin meninggalkan Prinsha bersama manusia kejam itu. Ia sudah pernah melihat bagaimana Mareta memperlakukan Prinsha dan ia tidak akan membiarkan Mareta menambah rasa sakit Prinsha lagi.
Jey memutuskan untuk membawa Prinsha pulang ke rumahnya sendiri. Ia yakin kalau mamanya pasti heboh karena ia membawa seorang cewek untuk pertama kalinya. Namun, lebih baik mamanya yang heboh daripada Jey harus membiarkan Prinsha berada di dekat Mareta.
Laju mobil Jey semakin pelan saat rumah mewah milik keluarganya sudah dekat. Begitu mobil Jey mendekat, gerbang menjulang tinggi itu terbuka otomatis dan Jey langsung melajukan kembali mobilnya hingga sampai di halaman rumah.
“Sha,” panggil Jey sambil mengusap pipi Prinsha yang terasa panas. Demam Prinsha semakin meninggi sehingga Jey mengurungkan niatnya untuk membangunkan Prinsha.
Jey turun terlebih dahulu, lalu membuka pintu mobilnya untuk Prinsha. Kemudian ia membuka sabuk pengaman yang terpasang di tubuh Prinsha. Barulah ia menggendong tubuh Prinsha dan menutup pintu mobil dengan kakinya.
“Berat banget sih lo. Ciri-ciri orang banyak dosa,” cibir Jey sambil menatap Prinsha yang tampak tertidur pulas. Ia tersenyum tipis melihat wajah cantik Prinsha walaupun kini dalam keadaan acak-acakan.“Ya ampun, Jey!” jerit Jevia sambil memasang ekspresi kagetnya. Ia bahkan menepuk-nepuk pipinya sendiri saat melihat Jey datang dengan menggendong seorang cewek.
Jey memberi kode pada mamanya agar diam. Prinsha sedikit terganggu karena teriakan cempreng Jevia sehingga cewek itu menggeliat tidak nyaman. Sementara Jevia membekap mulutnya sendiri, ia tidak tahu kalau cewek yang dibawa oleh anaknya itu sedang tidur.
“Ini siapa Jey? Pacar kamu? Sejak kapan? Kok kamu bawa dia ke sini? Ya ampun cantik banget. Mama setuju nih kalau kami sama dia. Ini cewek yang kamu ceritain, 'kan? Yang nolak kamu dua kali? Terus dia nerima kamu sekarang? Ceritain dong. Mama penasaran banget. Pokoknya kamu harus cerita sedetail-detailnya,” cecar Jevia sambil mengikuti langkah cepat Jey.
Jey tidak menjawab dan terus berjalan cepat hingga sampai di sebuah kamar bernuansa gelap yang merupakan kamarnya sendiri. Ia menidurkan Prinsha di kasurnya yang berukuran besar dan tidak lupa ia menyelimuti setengah tubuh Prinsha.
“Jey, Mama kok dikacangin sih? Jawab dong. Mama kepo ih,” tuntut Jevia.
“Dia demam, Ma.”
Jevia langsung mengecek suhu tubuh Prinsha dan benar apa kata Jey, cewek itu sedang demam. Jevia tidak mengulur waktu lagi, ia langsung pergi dari kamar itu untuk menyiapkan obat tradisional.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISS APPLE (END)
Teen FictionPrincess Roula Itaran Navida Sarona Hansela Agalori atau yang sering dipanggil Prinsha, disingkat menjadi Prinsha. Dia mudah tertawa, mudah tersenyum, dan juga mudah tersakiti. Hari pertama sekolah, ia memacari orang yang bisa menghafal namanya yan...