Belajar, itulah yang Prinsha lakukan saat ini. Bukan di meja belajar, melainkan di bathtub yang kini penuh dengan boneka-boneka agar tubuhnya tidak sakit. Sebentar lagi ulangan kenaikan kelas akan berlangsung sehingga Prinsha menjadi lebih giat belajar. Bukan tanpa alasan ia belajar giat seperti ini padahal otaknya sudah pintar.
Semua itu ia lakukan untuk mendapat beasiswa sehingga nantinya ia bisa terlepas dari keluarga ini. Prinsha berangan-angan kalau ia sudah sukses ia akan pergi dari rumah bak neraka ini. Namun, ia tetap bersenang-senang melakukan semua ini. Tujuannya untuk hidup bahagia pasti akan tercapai saat ia sudah terlepas dari mama tirinya dan juga papanya yang tidak pernah peduli padanya.
“Kata aishiteru termasuk ke golongan dua karena berasal ….” Prinsha berhenti membaca buku panduan bahasa Jepang yang ia pegang. Mendengar kata aishiteru membuat Prinsha teringat dengan mimpinya. “Sialan, gak konsen lagi 'kan gue,” gerutunya sambil menutup buku itu.
Prinsha berdecak kesal karena teka-teki yang terkandung dalam apel terukir itu membuatnya frustrasi sebab ia tak kunjung mendapat jawabannya. Sekeras apapun ia berpikir, otaknya tidak lancar dalam hal seperti ini. Padahal otaknya sangat pintar saat belajar.
“Sanaaai? Ai? Aishiteru? Kata Yuga itu nama gue.” Kemudian Prinsha mengangkat satu per satu boneka yang ada di dalam bathtub itu untuk menemukan pulpennya yang tenggelam di antara boneka-boneka itu. Setelah menemukannya, Prinsha menulis nama panjangnya.
“Bego, gue emang goblok,” kata Prinsha saat menyadari sesuatu. Ia sangat bodoh karena tidak menyadari kalau Sanaaai itu adalah singkatan dari nama panjangnya, sama seperti nama panggilan Prinsha yang juga merupakan singkatan. Namun, bedanya nama Sanaaai ini diambil dari setiap huruf belakang pada nama panjangnya.
“Jadi, mimpi itu kenangan gue?” tanyanya pada dirinya sendiri. Ia merasa bukan kebetulan saat ia bermimpi tentang anak kecil yang meneriakkan nama Sanaaai. “Tapi Gala siapa?”
🍎🍎🍎
Langkah Prinsha tergesa-gesa menuju ruang kelasnya. Pagi-pagi buta ia sudah sampai di sekolah karena ada sesuatu yang harus ia bicarakan dengan Yuga. Kemarin ia sudah membuat janji dengan Yuga agar Yuga mau datang pagi-pagi. Untunglah cowok itu menyetujuinya.
Prinsha membuka pintu kelas dengan kasar. Di dalam sana sudah ada Yuga yang menyambut Prinsha dengan senyuman. Lain halnya dengan Prinsha yang terlihat tidak sabaran. “Jelasin sama gue,” pinta Prinsha menuntut penjelasan.
“Jelasin apanya? Bukannya lo udah tahu sekarang?” Yuga menarik tangan Prinsha dan menyuruhnya duduk di bangku milik Deros, tepat di sampingnya. Kemudian ia menatap Prinsha lekat-lekat sehingga Prinsha menjadi salah tingkah.
“Oh iya, kemarin gue mimpi, tapi kayaknya bukan mimpi deh. Pasti ingatan masa kecil gue,” tutur Prinsha. Sejak adanya Prinsy dalam hidupnya, Prinsha kerap kali melupakan kejadian-kejadian tertentu. Karena itulah Prinsha menganggap mimpi itu sebagai kepingan memorinya yang hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISS APPLE (END)
Teen FictionPrincess Roula Itaran Navida Sarona Hansela Agalori atau yang sering dipanggil Prinsha, disingkat menjadi Prinsha. Dia mudah tertawa, mudah tersenyum, dan juga mudah tersakiti. Hari pertama sekolah, ia memacari orang yang bisa menghafal namanya yan...