Reja berdiri, menatap teman-temannya dengan sorot mata yang redup. Kemudian ia terkekeh pelan dan berjalan perlahan menuju pintu keluar dengan sempoyongan. Kepalanya terasa pusing akibat minuman yang Prinsha beri.
“Kita pulang,” kata Reja sambil menarik pintu itu hingga terbuka. Dengan segera teman-temannya menyusul dan menuntun Reja yang berjalan sempoyongan. Biarlah hanya hari ini Reja melupakan rasa sakitnya kehilangan Zakka. Biarlah Reja melupakan rasa bersalahnya walau hanya sekejap.
“Yang bawa motornya siapa?” tanya Prinsha sambil menunjuk motor Reja. Kini Reja sudah ada di jok penumpang motor Ghanu dan sepertinya cowok itu tertidur dengan posisi memeluk Ghanu dari belakang. Walaupun Ghanu tidak merasa nyaman, tetapi ia membiarkan saja daripada Reja terjatuh saat perjalanan.
“Lo. Siapa lagi?” sahut Deros. Ia juga sudah naik ke motornya.
“Gak mau, nanti nyungsep di got,” tolak Prinsha. Namun, tak urung ia naik ke motor Reja dan segera menyalakannya. Malah dia yang paling pertama melaju padahal tadinya menolak.
“Dasar,” kata Yuga sambil tersenyum tipis melihat Prinsha yang sudah lumayan jauh. Kemudian ia memakai maskernya dan juga helmnya. Barulah ia melajukan motornya bersama temannya.
Laju motor mereka tidak mengebut karena tidak baik juga bagi keselamatan Reja yang sedang tertidur. Jadi mereka memutuskan untuk pelan-pelan saja. Untuk mencapai rumah Reja dengan cepat, mereka memutuskan untuk lewat jalan pintas yang melewati markas Bezaru. Lagi pula mereka tidak berbanyak, jadi mungkin aman kalau lewat sana.
“Sha, langsung pulang aja sana!” seru Yuga yang kini berkendara tepat di samping Prinsha. Prinsha tidak menoleh, merasa tegang karena ini pertama kalinya ia membawa motor. Walaupun Prinsy sering memakai tubuhnya untuk naik motor, tetap saja Prinsha merasa sedikit kaku.
“Gue nginep!”
Yuga menghela napas dan membiarkan Prinsha melaju di depannya. Mau bagaimana lagi, Prinsha pasti akan kena marah jika ketahuan pulang malam hari. Mungkin mereka semua akan menginap malam ini di rumah Reja.
Masih dalam keadaan tenang dalam berkendara. Sebelum melewati markas Bezaru, mereka melaju dengan lambat agar tidak terlalu berisik. Bukannya takut pada Bezaru, mereka hanya tidak ingin mencari masalah lebih dahulu. Mereka tidak suka memulai keributan karena itu menyia-nyiakan waktu berharga yang harusnya untuk bersenang-senang.
“Awas!” Tiba-tiba Prinsha memekik kencang karena ada orang menyebrang di depannya. Untuk menghindari orang itu, Prinsha segera membelokkan stang. Untung saja ia tidak jatuh.
“Bawa motor yang bener! Cari mati?” bentak orang yang hampir ditabrak oleh Prinsha. Dalam kegelapan mereka tidak tahu orang itu sampai, tetapi mereka merasa tidak asing dengan suara itu.
“Makanya jalan lihat-lihat! Gue udah pelan banget bawa motornya!” balas Prinsha dengan nada nyolot. Enak saja ia disalahkan padahal ia tidak mengebut. Orang itu saja yang tidak lihat-lihat sebelum menyeberang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISS APPLE (END)
Teen FictionPrincess Roula Itaran Navida Sarona Hansela Agalori atau yang sering dipanggil Prinsha, disingkat menjadi Prinsha. Dia mudah tertawa, mudah tersenyum, dan juga mudah tersakiti. Hari pertama sekolah, ia memacari orang yang bisa menghafal namanya yan...