“Lo ngapain lihat-lihat gue kayak gitu?” ketus Prinsy sambil menatap Jey dengan sinis. Selama perjalanan pulang, Jey kepergok memperhatikan Prinsy beberapa kali sehingga Prinsy merasa risi.
Jey tidak menyahut, pura-pura fokus menyetir mobil, lalu menghidupkan musik karena suasana menjadi sangat canggung. Ia merasa gelagapan setelah kepergok melirik Prinsy beberapa kali. Entahlah kenapa ia susah memalingkan matanya saat Prinsy ada di dekatnya.
“Ngebut dikit napa,” protes Prinsy. Ia memandang ke arah luar karena malas melihat Jey. Di terik matahari yang sangat panas ini jalanan lumayan macet. Banyak pengemudi roda dua mengeluh kepanasan, tetapi tidak bisa apa-apa karena mereka tidak bisa menghilangkan kemacetan.
“Mau nabrak?” tanya Jey dengan nada ketus. Mana mungkin ia bisa mengebut saat kondisi jalan terdapat sangat banyak kendaraan yang berlalu lalang. Ini masih untung mereka bisa bergerak sedikit demi sedikit.
“Terbang sekalian.”
“Gak lucu.”
“Gue gak ngelawak!” seru Prinsy kesal.
Jey diam karena tidak mau berdebat lagi. Mulutnya sudah pegal akibat banyak omong sejak tadi. Maklumlah soalnya Jey jarang menggerakkan mulutnya, jadi gampang pegal.
“Gimana harapan lo? Udah terkabul?” tanya Prinsy setelah mereka terdiam cukup lama.
“Mana mungkin terkabul, gue aja belum ketemu Prinsha,” sahut Jey.
“Harapan gue bakal terkabul malam ini,” kata Prinsy pelan. Ia menarik salah satu sudut bibirnya hingga membentuk senyum miring. Saking pelannya suara Prinsy, Jey tidak bisa mendengarnya dengan jelas, apalagi musik yang terputar lumayan keras.
“Lo bilang apa?”
“Harapan lo bakal terkabul kok,” dalih Prinsy.
Mereka terdiam lagi hingga sampai di tempat Prinsy tinggal. Prinsy turun dari mobil tanpa mengucapkan terima kasih ataupun selamat tinggal pada Jey. Jey pun begitu, langsung melajukan kembali mobilnya.
Saat Prinsy akan membuka pintu, seorang pria paruh baya keluar lebih dulu. Itu Paundra. Prinsy menatap tajam pria yang merupakan papa kandung Prinsha itu.
“Prinsha, ke mana saja kamu? Papa cari-cari,” ujar Paundra yang tampak terkejut karena bertemu dengan anaknya.“Papa kali yang gak pernah pulang. Aku selalu di rumah kok, jagain istri dan calon anak kesayangan Papa,” sahut Prinsy dengan penuh penekanan. Kemudian ia melengos melewati Paundra, tetapi Paundra malah memegang bahunya.
“Papa akan tetap mencari psikiater terhebat untuk kamu,” kata Paundra lalu pergi dengan tergesa-gesa. Sepertinya pria itu sedang sibuk hingga tidak bisa berlama-lama di sana.
“Cih, sok peduli,” desis Prinsy sambil menatap Paundra sinis. Ia memegang dada sebelah kirinya, entah kenapa rasanya sesak saat Paundra bilang akan mencari psikiater. Itu artinya Paundra ingin Prinsy menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISS APPLE (END)
Fiksi RemajaPrincess Roula Itaran Navida Sarona Hansela Agalori atau yang sering dipanggil Prinsha, disingkat menjadi Prinsha. Dia mudah tertawa, mudah tersenyum, dan juga mudah tersakiti. Hari pertama sekolah, ia memacari orang yang bisa menghafal namanya yan...