Prinsha lagi-lagi menemukan Geng Terell sedang mem-bully di belakang perpustakaan. Rencananya ingin ke taman menjadi batal karena ia tidak tahan lagi melihat penindasan yang dilakukan di sekolah itu. Sekarang tidak ada lagi halangan untuk Prinsha mencegah mereka. Ia berjanji akan selalu menolong orang-orang lemah yang menjadi korban bully Geng Terell. Bukan untuk sok-sokan menjadi pahlawan kesiangan, melainkan karena ia merasakan sendiri bagaimana sakitnya diperlukan kasar dan mendapat lontaran kata-kata kasar.
“Bisa kalian stop jahat kayak gini?” tanya Prinsha.
Seperti biasa, Prinsha tidak langsung bertindak menggunakan kekerasan. Ia berbicara baik-baik terlebih dahulu. Jika mereka tidak menanggapinya dengan baik, terpaksa ia lakukan cara kasar.
“Bisa lo stop ngurusin masalah orang?” tanya Devilia balik.
“Apa untungnya sih lo bully orang kayak gini? Pengin jadi orang yang paling berkuasa? Pengin terkenal? Pengin disegani?” cecar Prinsha.
“Bukan urusan lo! Mending lo pergi deh!” seru Frisel sambil mengeraskan jambakan di rambut korban bully-nya.
“Kalau lo segitu maunya disegani orang, gak gini caranya. Coba lo berbuat baik, nolong orang, jangan nyakitin orang, nanti lo bakal dapet karma yang baik.”
“Gak usah sok suci, kita sama-sama pendosa,” ketus Tere sambil menatap Prinsha dengan tajam.
“Iya, gue pendosa. Tapi, setidaknya gue bukan orang haus akan kekuasaan,” balas Prinsha. Jika ditanya siapa murid yang paling berkuasa dan disegani, mungkin semua murid SMA Olimpus akan bilang Prinsha. Berkuasa itu diakui, bukan mengakui. Sayangnya Prinsha tidak haus akan kekuasaan seperti Geng Terell.
“Lihat aja, gue bakal buktiin kalau yang berkuasa di sekolah ini itu Geng Terell, bukan lo!” teriak Frisel yang tampak kesal.
“Gue gak pernah bilang gue berkuasa.”
Frisel mengepalkan tangannya, ia benar-benar ingin memukul wajah Prinsha yang sangat angkuh di matanya. Namun, ia justru merasa takut setiap kali mengingat kepribadian lain dari Prinsha sehingga Frisel mengurungkan niatnya untuk melukai Prinsha.
“Gue bakal suruh bokap gue buat keluarin lo dari sekolah ini! Lihat aja!” pekik Frisel sambil menampar korban bully-nya. Ia sangat kesal karena tidak bisa meluapkan kemarahannya dan berakhir menampar cewek malang itu untuk menggantikan Prinsha.
“Cewek songong. Sok-sokan nolongin padahal cuma cari muka,” cibir Gwela sambil memutar bola matanya jengah. Ia memainkan kuku-kuku panjangnya sambil bersandar di tembok. Kemudian ia tersenyum miring sambil menatap Prinsha.
“Gue baru dapet info nih,” kata Prinsha yang juga ikut bersandar di tembok. Ia menatap keempat cewek itu satu per satu. “Bokap gue jadi donatur dong di sini. Mana mungkin gue bisa dikeluarin.” Kini giliran Prinsha yang tersenyum miring. Ia puas melihat wajah-wajah yang sepertinya sangat tercengang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISS APPLE (END)
Teen FictionPrincess Roula Itaran Navida Sarona Hansela Agalori atau yang sering dipanggil Prinsha, disingkat menjadi Prinsha. Dia mudah tertawa, mudah tersenyum, dan juga mudah tersakiti. Hari pertama sekolah, ia memacari orang yang bisa menghafal namanya yan...