"Mama," panggil Prinsha sambil tersenyum saat melihat Mareta sedang menjalani terapi di ruangan khusus. Wanita itu akhirnya mulai bisa berjalan pelan-pelan setelah mengalami lumpuh sementara.
"Prinsha, akhirnya Mama bisa jalan. Mama seneng banget!" Mareta berjalan tertatih menghampiri Prinsha yang datang bersama Jey. Wanita itu tersenyum senang, lalu memeluk Prinsha sebentar.
"Prinsha ikut seneng. Kalau udah sembuh total, kita harus jalan-jalan pokoknya," kata Prinsha bersemangat. Mareta langsung mengangguk menyetujui.
"Ayo kita pulang," ajak Paundra menginterupsi percakapan anak dan istrinya itu. Padahal rencananya Prinsha ingin melihat bagaimana proses penyembuhan Mareta, tetapi ia terlambat karena Mareta sudah selesai menjalani terapi.
"Om, Tante, pinjem Prinsha boleh?" tanya Jey.
"Pinjem? Emang gue barang?" protes Prinsha.
"Boleh kok boleh," sahut Paundra dan Mareta bersamaan. Sementara Prinsha malah terlihat kesal karena Jey seperti menganggapnya barang.
"Mau ke mana emang?" tanya Prinsha setelah kedua orang tuanya pergi dari sana. Kini Prinsha berjalan beriringan dengan Jey menuju tempat Jey memarkirkan motornya.
"Toko buku."
"Malah ke toko buku, kirain mau jalan-jalan. Dasar ih cowok gak peka. Semenjak pacaran mana pernah ngajak jalan-jalan," gerutu Prinsha sambil berjalan lambat. Jey sudah jauh di depan, sepertinya tidak menyadari kalau Prinsha tertinggal jauh di belakang. "Nyebelin banget deh punya pacar cueknya kelewatan, tapi mau gimana, gue sayang."
Terpaksa Prinsha berlari untuk mengejar Jey yang sudah naik ke motornya. "Gue kira lo gak mau ikut," kata Jey saat Prinsha duduk di belakangnya.
"Maksud lo? Lo ada rencana ninggalin gue di sini gitu?" tanya Prinsha yang tampak tercengang dengan kata-kata yang Jey lontarkan.
"Ya gitu. Gue 'kan gak suka maksa."
"Nyebelin!" pekik Prinsha sambil memukul-mukul punggung Jey dengan kesal. Lain halnya dengan Jey yang tidak merasa sakit dipukul dengan pelan seperti itu. Jey yang sudah memakai helmnya pun menoleh ke arah Prinsha dan menyerahkan helm satunya.
"Pake," kata Jey.
"Dasar ya gak ada romantis-romantisnya, pakein kek," cibir Prinsha yang tak urung mengambil helm itu juga dan langsung memakainya.
"Gue gak mau kehilangan lo," kata Jey yang tampak serius. Ia menatap Prinsha lewat spion motornya.
"Apaan sih? Gue gak ke mana-mana juga," sahut Prinsha yang tampak salah tingkah.
"Makanya gue gak romantis sama lo. Kalau gue romantis, jantung lo loncat ke kepala," ujar Jey. Kalimatnya mengandung unsur candaan, tetapi cowok itu tidak tertawa sama sekali. Begitu juga dengan Prinsha, cewek itu tidak tertawa, melainkan tersenyum malu-malu sambil menyembunyikan wajahnya di punggung Jey.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISS APPLE (END)
Novela JuvenilPrincess Roula Itaran Navida Sarona Hansela Agalori atau yang sering dipanggil Prinsha, disingkat menjadi Prinsha. Dia mudah tertawa, mudah tersenyum, dan juga mudah tersakiti. Hari pertama sekolah, ia memacari orang yang bisa menghafal namanya yan...