🍎16🍎 Benar-benar Berakhir

953 144 22
                                    

Wanita paruh baya itu berjalan dengan tergesa-gesa memasuki rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita paruh baya itu berjalan dengan tergesa-gesa memasuki rumahnya. Tangannya terus berada di punggung seperti sedang menutupi sesuatu. Matanya melirik ke mana-mana untuk memastikan tidak ada yang melihatnya bertingkah demikian.

Mareta, wanita itu bernapas lega setelah berhasil masuk ke rumahnya. Namun, tangannya masih berada di punggung. Kemudian ia menatap sekeliling rumahnya yang sepi dan berteriak heboh.

“Prinsha! Prinsha! Keluar kamu! Anak sialan!” teriaknya sambil berjalan menuju kamar Prinsha. Biasanya Prinsha selalu menghabiskan waktunya di kamar dan sekarang pasti cewek itu ada di kamar.

“Prinsha!” jerit Mareta sambil membuka pintu kamar Prinsha dengan kasar. Kemudian ia berkacak pinggang sehingga membuat hal yang ia tutupi menjadi terlihat. Pada bagian punggung dress yang ia kenakan ternyata berlubang sehingga membuat Mareta kerepotan menutupinya, apalagi ia tidak membawa jaket.

“Apaan?” ketus Prinsha yang tampak baru bangun. Cewek itu masih dalam posisi tidur di kasur dan masih mengenakan seragam sekolahnya.

“Kamu yang lakuin ini, 'kan?” tuduh Mareta sambil menunjukkan lubang di dress-nya. Kemudian ia mendekati Prinsha dan menarik selimut yang menutupi setengah tubuh Prinsha. Hal itu membuat Prinsha melotot kesal karena rencananya ia akan tidur kembali, tetapi malah tidak bisa gara-gara Mareta sedang mengomel.

“Ya enggaklah,” elak Prinsha.

“Ngeles lagi! Tahu gak kalau saya itu malu banget gara-gara pake nih baju! Pasti ini ulah kamu!” bentak Mareta. Kemudian tangannya meraih rambut Prinsha dan menariknya kencang sehingga kini Prinsha berdiri.

“Kenapa dipake padahal bolong?”

“Kamu nyalahin saya?” Mareta semakin mengencangkan tarikan rambut Prinsha sehingga Prinsha meringis kesakitan. Cewek itu menggerutu dalam hati karena semua orang yang membencinya pasti akan menarik rambutnya. Entah kenapa rambut Prinsha menjadi sasaran kemarahan.

“Iya, aku yang gunting. Kenapa? Mau marah?” Prinsha terkekeh pelan saat melihat wajah Mareta tampak memerah akibat marah. Sungguh ia menyukai wajah penuh kekesalan itu, membuat Prinsha menjadi ingin bertingkah lebih menyebalkan lagi.

“Kamu!” Mareta menghempaskan rambut Prinsha dan langsung memukul pipinya lagi dengan keras. Prinsha tersungkur ke bawah sambil memegang pipinya yang panas akibat dipukul oleh Mareta.

Bukannya meminta maaf atau menenangkan Mareta, Prinsha malah tertawa sehingga membuat Mareta menjadi geram. Mereta memukul Prinsha lagi. Kali ini Prinsha terdiam sambil menatap ke arah lain, tepatnya ke arah ambang pintu kamarnya. Seorang laki-laki paruh baya berdiri di sana, menyaksikan penyiksaan yang Mareta lakukan tanpa berniat menghentikan.

“Papa bukan manusia,” kata Prinsha pelan. Kemudian ia tersenyum lebar pada laki-laki paruh baya yang merupakan Paundra itu. Setelah Paundra pergi, Prinsha kembali menatap Mareta yang masih terlihat sangat marah.

MISS APPLE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang