Prinsha menyipitkan matanya saat melihat seorang cowok di koridor sekolah yang ia rasa familier. Cowok itu sedang membawa tumpukan buku bersama seorang cewek yang tampak sangat senang. Prinsha pun segera berlari untuk memastikan apakah yang dilihatnya itu benar atau tidak.
“Loh, Yuga,” ujarnya pelan. Dari belakang ia melihat kalau Yuga sedang menatap cewek disampingnya dan juga tersenyum.
“Makasih ya udah nolongin. Lo baik banget,” kata cewek yang ada di sebelah Yuga itu. Prinsha mendengus saat tahu cewek itu hanya modus pada Yuga. Padahal kalau ia lihat-lihat, buku yang dibawa Yuga itu tidak tampak berat.
“Gak masalah. Gue gak tega lihat orang kesusahan,” balas Yuga sambil menyunggingkan senyumannya. Prinsha melongo. Ia kira Yuga itu orangnya sombong karena saat ia mengajak berkenalan, cowok itu sangat dingin.
“Aduh!” Tiba-tiba Prinsha memekik saat ia terjatuh akibat sebuah kelereng yang membuatnya tergelincir. Ia terjatuh dengan posisi terduduk sehingga bokongnya terasa sangat sakit.
Yuga dan juga cewek yang di samping Yuga itu menoleh bersamaan dan melihat Prinsha masih berada di bawah. Hanya sesaat Yuga melihatnya, lalu kembali berbalik dan berjalan seolah tadi tidak melihat Prinsha sedang membutuhkan bantuan. Cewek modus tadi juga langsung berlari menyusul Yuga.
“Yuga! Bantuin kek!” pekik Prinsha kesal. Teman sekelasnya itu sangat aneh karena terlihat sangat membencinya padahal mereka baru bertemu saat SMA. “Gak tega lihat orang kesusahan apanya? Bacot doang,” gerutunya, lalu berusaha berdiri walaupun tubuhnya sakit-sakit akibat terjatuh dengan keras tadi. Kemudian ia memungut kelereng yang membuatnya terjatuh tadi.
“Makan tuh!” seru Frisel yang sejak tadi bersembunyi. Ia sudah menahan tawanya sejak tadi. Ia sangat senang melihat Prinsha terjatuh, apalagi saat Prinsha diabaikan oleh Yuga.
“Punya lo?” tanya Prinsha sambil memantulkan kelereng itu ke lantai, lalu menangkapnya lagi. Kemudian ia tersenyum miring dan menatap kelereng itu.
“Lebih baik lo minta maaf sama Frisel sebelum lo dapet pelajaran yang lebih,” kata Lia sambil bersedekap dada.
“Gue?” Prinsha menunjuk dirinya sendiri lalu menoleh ke belakang. Tidak ada satu orangpun di belakangnya dan artinya Lia berbicara dengannya.
“Aduh, ternyata lo bego banget ya. Kenapa bisa masuk kelas unggulan sih?” cibir Gwela sambil menatap Prinsha dengan remeh.
“Oh gue?” Prinsha menyeringai sambil menatap Frisel dan kelereng itu secara bergantian. Merasa Prinsha yang akan berbuat hal yang buruk, Frisel merasa was-was. Rasa takut itu seketika muncul saat melihat ekspresi Prinsha yang menyeramkan. Namun, Frisel yang merasa dirinya paling kuat itu tidak akan menunjukkan rasa takutnya pada Prinsha.
“Cepetan sujud di kaki gue. Urusan kita bakal selesai kalau lo lakuin itu.” Frisel menghentak-hentakkan satu kakinya sambil bersedekap dada dan sedikit mengangkat kepalanya dengan angkuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISS APPLE (END)
Teen FictionPrincess Roula Itaran Navida Sarona Hansela Agalori atau yang sering dipanggil Prinsha, disingkat menjadi Prinsha. Dia mudah tertawa, mudah tersenyum, dan juga mudah tersakiti. Hari pertama sekolah, ia memacari orang yang bisa menghafal namanya yan...