DASAR BOS BAR BAR

5.3K 490 17
                                    

Saat ini, Sean sedang sibuk dengan pekerjaannya yang menumpuk hampir segunung. Pacar Sean itu sangat banyak dan ada dimana-mana serta 24 jam setia menemaninya. 'Pacar' yang dimaksud itu bukanlah seorang wanita, melainkan kertas-kertas yang menumpuk di meja kerjanya. Pria yang mempunyai sifat sombong diatas rata-rata ini, tidak punya waktu untuk pacaran.

Walaupun banyak wanita selalu datang untuk menarik perhatiannya, namun ia sama sekali tidak tertarik sedikitpun. Di usia mudanya ini, ia sudah menjabat sebagai bos pemilik salah satu perusahaan terkenal di
Ibukota Jakarta. Bukanlah hal mudah baginya untuk terus mengembangkan agar perusahaannya semakin maju serta memiliki nilai saham tinggi. Tapi, lama-lama ia sudah terbiasa agar cita-cita terbesarnya menjadi orang sukses selalu mengiringi hidupnya.

Semakin lama, Sean semakin mengeluh dan merasa lelah. Kalau ia mengerjakan ini semua sendirian, bisa dipastikan akan selesai tahun depan. Mau tidak mau, ia harus meminta bantuan pada sekretaris kesayangannya. Bukan meminta bantuan sih, tapi lebih tepatnya akan memaksa membantunya.

Sean mengambil telepon yang akan menghubungkannya langsung dengan sekretarisnya.

"Lidya, ke ruangan saya sekarang."

"Baik, pak."

Begitulah isi perintah dari seorang Sean tanpa ada basa-basi terlebih dahulu. Sambil menunggu Lidya datang, pria ini menyenderkan kepalanya di kursi kebesaran miliknya yang harganya itu mencapai puluhan juta rupiah.

Tok! Tok! Tok!

Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Gadis berambut panjang itu sudah datang dengan senyuman ramahnya.

"Ada yang bisa saya bantu pak?" tanya Lidya basa-basi.

"Tolong bantu saya mengoreksi dan merevisi berkas ini." Sean menunjuk kertas yang menumpuk di mejanya.

Lidya sempat mengamati betapa banyaknya berkas-berkas yang menumpuk di meja bosnya itu. Baru melihatnya saja sudah membuat gadis ini mengeluh dan rasanya ingin menyerah. Tapi kalau ia menolak, maka pekerjaannya ini akan jadi taruhannya juga.

"Kamu masih hidup, kan? Kenapa tiba-tiba jadi diam kayak patung?" Sean menegur sekretarisnya yang sempat terdiam beberapa menit.

"Ha iya, pak. Maaf karena saya sempat melamun," ucap Lidya.

"Yaudah, cepat kesini dan bantu saya," perintah Sean.

Lidya segera mendekat ke arah bosnya untuk membaca sejenak isi berkas tersebut. Setelah dibaca, ternyata ini adalah sejenis proposal yang isinya menyangkut launching produk terbaru perusahaan.

"Tolong kamu revisi berkas itu dengan benar, karena itu akan saya ajukan besok pagi pada klien penting," ucap Sean.

"Baik pak." Lidya sempat berbalik saat ia sudah mengambil berkas tersebut agar ia revisi di meja kerjanya.

"Eh bentar, mau kemana kamu?" tanya Sean bingung.

"Mau kembali ke meja kerja saya sendiri pak. Kan tadi bapak sendiri yang nyuruh untuk merevisi berkas ini," jelas Lidya.

"Gau usah, disini aja kamu merevisi nya." Sean menunjuk mejanya dengan dagunya sendiri.

Gadis itu hanya mengangguk mengerti, lalu duduk di hadapan bosnya. Entah mengapa, sepertinya ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya saat berhadapan dengan seorang lelaki seperti Sean. Bukan karena deg deg ser gitu, tapi sepertinya akan ada hal aneh terjadi dan keluar dari mulut seorang Sean.

Kalau Lidya sedang sibuk membaca dengan teliti berkas di tangannya, lain halnya dengan Sean yang hanya bersantai sambil memainkan I-pad mahal miliknya.

BOS BAR BARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang