PAK BOS NYINYIR

5.2K 465 40
                                    

Di pagi hari yang cerah, seorang pria sedang bercermin menatap betapa sempurna dirinya dengan stelan jas warna biru tua dan semakin menambah kewibaan. Saking kagumnya dengan dirinya sendiri, mungkin sudah satu jam lebih ia berdiri seperti cewek yang berdandan sampai berjam-jam.

Sesekali juga ia menyisir rambutnya menggunakan tangannya sendiri yang sudah diberi pomade mahal dan terkenal. Setelah diliat-liat, sepertinya ada sesuatu yang kurang agar ketampanannya semakin bertambah. Ia pun segera mencari barang pelengkap ketampanannya yaitu kaca mata.

"Oke mantap. Gue emang ganteng dari lahir dan gue yakin setelah ini para cewek-cewek akan berteriak menyebut nama SEAN."

Ya, pria yang dari tadi bermonolog memuji dirinya sendiri adalah SEAN alias pak bos. Memang beginilah aktivitasnya setiap hari sebelum berangkat ke kantor yaitu berdandan terlebih dahulu selama berjam-jam lamanya.

Setelah selesai berdandan, pak bos langsung turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarga tercinta. Dalam hati ia berdo'a semoga saja keluarganya ini tidak lagi menyinggung soal pernikahan.

"Pagi mi, pagi pi," sapa Sean yang melihat orang tuanya sudah duduk manis di kursi masing-masing.

"Pagi sayang mami," balas mami nya.

Sean hanya memutar malas matanya karena lagi-lagi, mami nya selalu menyebutnya dengan panggilan sayang padahal ia sangat tidak menyukai itu. Kalau dirinya ini perempuan, ia masih bisa menerimanya. Tapi Sean itukan laki-laki jantan dan agak geli-geli gimana gitu saat mami nya itu menganggap bahwa ia adalah cowok cute.

"Bocah curut itu mana, mi? Tumben belum keliatan batang hidungnya?" tanya Sean sambil memakan roti yang sudah diberi selai rasa coklat.

"Bocah curut? Siapa yang kamu maksud bocah curut?" tanya papi nya.

"Siapa lagi kalau bukan Vano," jawab Sean dengan santai, lalu kembali melahap rotinya.

"Enak aja kamu manggil adiknya sendiri bocah curut! Dia itu punya nama dan papi sendirilah yang memberi nama untuk adikmu Vano," protes papi nya.

"Iya iya maaf, tadi tuh Sean cuma spontan aja." Sean meminum susu coklat favoritnya yang wajib di sediakan setiap pagi.

Dari semua keluarga, cuma pak bos yang udah sarapan duluan tanpa menunggu adik satu-satunya turun dan ikut bergabung. Sean sih masa bodo yang penting perutnya kenyang, hati pun senang.

"Vano kenapa belum turun sih?" tanya Sean saat selesai menghabiskan sarapannya.

"Gak tau, kayaknya masih berdandan tuh anak," ucap mami nya.

"Sean lama berdandan tapi Vano lebih lama dandannya," sambung papi nya.

"Gapapa dong pi, namanya juga cogan pasti lama dandannya biar menarik perhatian cewek-cewek," balas mami nya.

Tiba-tiba perasan Sean jadi tidak enak seakan merasakan firasat buruk akan terjadi. Sebelum hal itu benar-benar terjadi, lebih baik ia mengindar saja.

"Sean berangkat dulu ya pi, mi." Sean menyalami tangan kedua orang tuanya sebagai tanda bakti seorang anak.

"Kok cepat banget? Kamu gak berangkat sama Vano?" tanya mami nya.

"Sean lagi buru-buru mi. Sebagai bos berwajah tampan, kaya raya dan berhati baik, Sean harus selalu disiplin terhadap semua karyawan." Sean mengucapkannya dengan kepedean tingkat tinggi.

Kedua orang tuanya hanya mengangguk paham akan sifat putra mereka yang satu ini. Lebih tepatnya sih lain dari yang lain. Dari kedua putra mereka, Sean sendirilah yang agak lain dan selalu berlagak sombong.

BOS BAR BARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang