UCOK OMES

4.7K 406 29
                                    

Setelah tiga hari cuti nikah, sekarang saatnya kembali menyambut hari paling menyebalkan yaitu bekerja di kantor milik Sean bin Sukampret. Walau pun malas dan tak ikhlas lahir batin, tapi mau bagaimana lagi? Memang status Lidya adalah istri dari bos besar, tapi bagi Sean sendiri hal tersebut tidak berlaku dalam dunia bisnisnya.

Baru saja matahari menampakkan sinarnya, suara ribut langsung menggema di rumah mewah keluarga Wijaya. Entah apa tujuannya berteriak sampai satu rumah pun jadi terganggu.

"MAMI! MAMI!"

"MAMI! YUHUU!!"

Yang dipanggil langsung datang dengan perasaan kesal, padahal nyonya Wijaya ini sedang sibuk mengurusi suaminya.

"Ya Allah Sean, ngapain sih kamu pagi-pagi udah teriak?!"

Sean cengir tak berdosa pada mami.
"Mi, pakein dasi Sean dong."

"Kamu ini udah punya istri, tapi kok masih manja sama mami? Dasar nggak tau malu!"

Sean tidak menghiraukan ejekan dari sang ibu tercinta, malah mukanya semakin menampakkan tampang tak berdosa. Dari dulu, mami memang sangat memanjakan anaknya yang satu ini dan akibatnya masih menempel sampai sekarang.

"Mi, ini ada apa kok teriak-teriak segala?" tanya Lidya yang baru saja datang.

"Ini si sweety lagi manja sama mami," jawab mami.

Lidya sempat melongo "Sweety?"

"Itu adalah panggilan kesayangan untuk babang Sean tercinta," sahut Vano yang baru datang juga. Ia juga masih sempat sempatnya mencolek dagu abangnya.

"Ih apaan sih lo? Jijik gue!" ucap Sean kesal.

"Udah udah! Jangan pada berantem kenapa sih!" mami menggelengkan kepalanya melihat tingkah unik kedua putranya.

"Tapi kenapa Sean pagi-pagi udah teriak manggil mami?" Lidya kembali bertanya. Dirinya benar-benar dibuat penasaran setengah hidup dan harus tau jawaban dari masalah ini.

Mami tersenyum menanggapinya.
"Biasa deh, Sean cuma minta mami untuk pasangkan dasinya."

"Ho'oh. Sean itu setiap mau pergi kerja, pasti selalu minta mami pasangkan dasi. Maklum, anak kesayangan mami emang gitu," ejek Vano. Sementara Sean langsung memberikan tatapan tajam pada adik satu-satunya yang nggak ada akhlak.

Pantesan aja waktu itu si Ucok pake dasi terbalik. Ternyata dia nggak bisa pakai dasi sendiri? batin Lidya.

"Lidya, mami boleh minta tolong?" pinta mami.

Gadis itu menganggukkan kepalanya.
"Boleh, mi."

"Tolong Pakaikan bayi besar ini dasi, ya? Mami mau ngurus papi dulu."

"Hah, kok mami malah nyuruh Lidya sih? Sean kan maunya sama mami," si Ucok seketika protes tak terima dan bersikap manja.

"Udah nggak usah banyak protes! Lagi pula kan dia ini istri kamu, jadi ya wajar dong," ucap mami.

"Udah lah bang, lo itu kayak anak perawan aja deh pake acara malu-malu embek," tambah Vano.

"Tapi kan mi---" baru saja mau merengek, tapi sayangnya si mami sudah pergi duluan. Lebih tepatnya sudah masuk ke kamarnya untuk menyiapkan keperluan papi. Vano juga sudah turun ke bawah agar Sean lebih nyaman bersama istrinya.

"Sini biar aku pakein dasi kau, Cok." Lidya mengambil alih dasi warna hitam dari tangan si Ucok, lalu memakaikannya.

Selama Lidya memakaikan dasi padanya, matanya terus saja menatap lekat wajah istrinya. Entah apa yang dipikirkannya sampai tangannya sendiri hendak menyentuh pipi mulus itu.

BOS BAR BARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang