BAHAGIA ITU SEDERHANA

4.5K 438 64
                                    

Hari minggu telah menyambut dua sejoli yang sedang dilanda rasa cinta. Pagi ini, mereka berada di kamar ternyaman menikmati waktu berdua sebelum turun ke bawah untuk sarapan. Mereka juga sudah mandi, makanya sekarang terlihat tampan dan cantik.

Sang istri baru saja keluar dari kamar mandi, sementara suaminya sedang asik menikmati dunianya dengan memegang iPad di atas ranjang.

Wanita itu mendatangi suaminya untuk menyampaikan sesuatu.
"Beb?"

Yang dipanggil menoleh ke istri cantiknya dengan senyuman manis.
"Kenapa sayang?"

Tangan kekar miliknya mengelus pipi wanitanya lembut, sampai sang empu memejamkan mata karena menikmati perlakuan hangat tersebut.

"Kamu masih ingat janji yang waktu itu?" tanya Lidya.

Sean berusaha berpikir "Janji apa?"

"Itu loh... Yang kamu bilang kalau aku berhasil dapat berkas, kamu akan nurutin semua yang aku mau."

"Oh itu. Iya-iya aku ingat." Sean memainkan dagu istrinya gemas. "memangnya kamu mau apa beb? Mobil mewah 10 biji? Apartemen 5 unit? Jalan-jalan ke luar negeri? Pesawat jet mewah? Atau bikin pulau pribadi?"

Lidya menggeleng atas semua tawaran suaminya yang super duper kaya raya. "Aku nggak mau itu."

"Terus?" tanya Sean, lalu istrinya memainkan kancing bajunya.

"Aku kangen ayah sama bunda. Aku juga pengen banget nginep di sana. Boleh kan beb?"

Pria tampan itu tersenyum dan membawa pujaan hatinya ke pelukannya "Empat hari cukup?"

Wanitanya mengangguk seperti seperti anak kecil. Namun di mata Sean, hal itu sangat menggemaskan.

"Cukup kok. Makasih ya, beb. Jadi makin sayang deh sama kamu."

"Aku lebih menyayangimu, istriku. Selagi aku bisa, apa pun yang kamu inginkan akan ku penuhi."

Kecupan lembut, selalu diberikan Sean sebagai tanda sayangnya terhadap istrinya. Walau pun di kantor cerewet nauzubillah, tapi ia masih memiliki sisi romantis terhadap orang terkasih.

Sean melirik jam yang ada di dinding kamarnya "Sekarang hampir jam setengah tujuh. Kita siap-siap yuk. Kamu mau kan sarapan di rumah bunda?"

Gadis cantik itu kembali mengangguk lucu "Mau, mau."

Sean terkekeh dan mengecup bibir istrinya sebanyak tiga kali. Sepertinya, sekarang dirinya sudah kecanduan bibir manis itu.

"Kenapa bibir mungil selalu berhasil menggoda ku? Kamu harus tanggung jawab beb. Aku udah kecanduan si manis ini," ucapnya sembari mengusap bibir bekas kecupan nya barusan.

"Udah nggak usah mulai. Ayo, tadi katanya mau siap-siap." Lidya menarik tangan suaminya sekuat tenaganya.

"Oke oke. Kita siap-siap sekarang, ya." Sean menggendong istrinya menuju walk in closet untuk mengganti pakaian mereka.

Baru saja menuruni tangga terakhir, keduanya disambut keluarga lain yang sedang menatap mereka bingung.

"Pagi semuanya," sapa Sean.

"Pagi sweety. Kalian mau ke mana? Tumben hari minggu ini rapi banget?" tanya mami.

"Ho'oh. Kamu mau pergi ke mana, Cok? Tumben jelek?" canda papi.

Sean menatap malas sang ayah.
"Kita mau ke rumah Lidya. Dia udah kangen banget sama orang tuanya."

"Oh... mau ke rumah mertua tohh," ucap Vano diiringi anggukan kedua orang tuanya.

BOS BAR BARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang