PERSIAPAN

4.3K 396 66
                                    

Menjelang hari pernikahan serta menjalani masa pingit selama satu minggu, semuanya semakin sibuk menyiapkan acara sakral satu kali seumur hidup bagi anak-anak kesayangan mereka. Memang acara pernikahannya itu tidak di rumah mempelai wanita, melainkan di gedung besar milik keluarga Wijaya.

Calon pengantin wanita sudah bersiap untuk dihias tangan dan kakinya dengan henna sebagai lambang kebahagiaan menempuh hidup baru bersama suaminya kelak.

Orang yang menghiasi tangan dan kaki Lidya adalah suruhan dari calon mama mertuanya. Setelah beberapa jam menunggu, barulah hasilnya akan terlihat.

"Wah, bagus sekali hasilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, bagus sekali hasilnya. Warnanya juga sangat cerah," ucap bunda, sedangkan putrinya hanya tersenyum tipis.

"Kamu tau nggak, kalau henna calon pengantin itu warnanya cerah, artinya calon suamimu sangat menyayangimu," lanjut bunda antusias.

Lidya menatap tangannya dengan ekspresi datar, lalu menatap telapak tangannya yang bertuliskan inisial S & L yang dibentuk unik yaitu bentuk hati. Tinggal beberapa hari lagi, dirinya akan resmi menyandang status sebagai NYONYA SEAN WIJAYA.

"Lidya, dari tadi bunda perhatiin kamu kok diam aja sih? Seharusnya, calon pengantin itu tersenyum bahagia. Coba bunda liat dulu senyuman si cantik ini," titah bunda.

Wanita mungil itu tersenyum, walaupun agak dipaksa. Ia tidak ingin bundanya tau kalau dirinya dan Sean itu terpaksa menikah karena kejadian tak terduga.

"Nah, gitu dong. Ini baru namanya anak bunda," sang ibu memeluk anaknya erat.

"Bunda masih gak nyangka kalau kamu akan segera menikah. Kamu tau, apa yang bunda rasakan saat ini adalah senang dan sedih."

"Kenapa gitu?" tanya Lidya, masih memeluk bundanya erat.

"Bunda senang karena kamu telah menemukan seseorang yang akan membahagiakan dan menjagamu sepenuh hatinya."

"Kalau sedihnya kenapa?"

"Bunda sedih karena bunda akan berpisah dari si manja ini," bunda menarik hidung mancung putrinya.

"Iih bunda," rengek Lidya.

Bunda terkekeh "Gapapa sayang. Walaupun berat untuk berpisah dari kamu, tapi doa terbaik bunda dan ayah selalu menyertaimu."

"Baik-baik, ya sayang. Jadilah istri yang baik, turuti dia, hormati dia, dan sayangi dia. Yang paling penting dalam berumah tangga adalah saling percaya dan saling mencintai satu sama lain. Ingat, kalau sudah jadi istri itu gak boleh melawan sama suami."

"Iya bunda. Apa yang bunda katakan, akan selalu aku ingat." Lidya meneteskan air matanya, lalu kembali memeluk sang ibu.

Sementara di tempat lain, calon pengantin pria malah menatap seseorang yang lebih muda lima tahun darinya dengan melas. Sudah hampir seminggu adiknya mengacuhkan dirinya, bahkan tidak pernah menganggap dirinya ada.

BOS BAR BARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang