KISAH UNIK

1.7K 58 10
                                    

"DARA!"

"TINA!"

"NISA!"

"REYNOLD!"

Suara emas Lidya menggelegar di kantor setelah tiga bulan lebih tidak menginjakkan kaki di tempat sejarahnya dulu. Terutama semenjak dirinya hamil, satu keluarga melarang keras dirinya melakukan apapun, bahkan keluar rumah saja belum tentu seminggu sekali. Benar-benar dijadikan ratu oleh satu keluarga.

Kali ini Lidya melanggar peraturan rumit itu dan nekat keluar dari rumah secara diam-diam. Lebih tepatnya dibantu oleh Robi. Lelaki yang awalnya berprofesi sebagai tangan kanan Sean, sekarang beralih menjadi babu Lidya. Mau tidak mau, Robi harus lapang dada menerima kenyataan.

Tidak akan lama.

Hanya sampai cucu penerus tahta lahir, maka tugas Robi kembali seperti semula.

Catat baik-baik.

"Lidya? Aaa... Bumil cantik akhirnya nongol."

"Wih, nyonya Sean Wijaya makin ber-aura uang ya, semenjak hamil."

"Lidya, perhiasan kamu bagus banget. Boleh minta nggak?"

"Lidya, jadikan aku sebagai babu mu."

Lihat kan? Teman sejawatnya begitu antusias menyambut tamu utama. Perasaan baru kemarin Lidya menduduki posisi sebagai sekretaris di sini. Sekarang, Lidya sudah mengandung anak dari bos mereka. Si bos paling nyebelin, sok iya, sok bener, banyak ngatur, hobi potong gaji, perhitungan, banyak gaya, nyinyir, dan jangan lupa satu lagi.

Sifatnya kayak setan.

Apakah sifat bosnya akan diwariskan ke anaknya kelak?

Semoga saja tidak. Satu saja sudah repot, apalagi dua. Mudah-mudahan tidak ada Se(t)an versi ke dua.

"Aku juga kangen banget sama kalian semua, sampai aku bela-belain nekat ke sini. Eh Tina, pijitin kaki sama tangan aku, ya? Ayo, cepetan."

Tina yang awalnya nyengir kegirangan, mukanya langsung berubah masam kayak biji kisut.

Lidya dengan santainya duduk di salah satu sofa panjang, lalu memberikan kode pada Tina agar segera melakukan apa yang dia perintahkan.

Tangannya sibuk mengelus perutnya yang terdapat malaikat kecil di dalam sana. Kini, usia kandungannya sekitar 12 minggu dan perutnya pun mulai membuncit.

"Reynold, kamu pulang aja sana. Tiba-tiba aku males liat muka kamu. Selama seminggu, jangan datang ke kantor dulu. Enggak kurang, enggak lebih." Lidya kembali memerintah seenak jidatnya.

Reynold jadi gelagapan sendiri. Dia bingung maksud dari pulang ini mengarah ke mana. Pulang untuk hari ini saja, atau pulang dan tidak akan kembali ke kantor lagi?

"Kalau aku pulang, kerjaan ku gimana? Bisa di smackdown aku sama pak bos." Reynold menggeleng takut saat membayangkan dirinya dalam masalah besar bersama bosnya. "Enggak deh. Aku lebih milih dipukul pake sapu sama mamak ku, daripada colab bareng pak bos."

"Kok kamu nolak sih? Aku lagi ngidam nih, jadi semua permintaan ku wajib diturutin. Aku enggak mau anakku jadi jelek karena permintaan dia enggak dipenuhi."

"Nenek moyang mana yang bersabda terkait itu? Lagian, ya---"

"Tenang aja, itu jadi urusan aku kok. Pokoknya masalah Sean, percayakan sama aku. Yang penting kamu harus pulang secepatnya. Aku jamin, Sean enggak bakal ngamuk ke kamu dan aku jamin, gaji tetap berjalan normal."

Reynold kembali berpikir keras tentang tawaran langka tersebut. Ditolak dosa, enggak diterima mubazir.

"Oke, aku terima!" ucap Reynold semangat, lalu mengambil tas kerja beserta kunci motornya.

BOS BAR BARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang