KEJUTAN?

4.1K 387 19
                                    

Selama empat hari berada di rumah mertua, membuat Sean bahagia. Keluarga istrinya sangat baik padanya, bahkan menganggap dirinya sebagai anak sendiri. Maklum saja, waktu kecil ia kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya sebab terlalu sibuk dengan dunia pekerjaan.

Pria itu juga mendadak manja pada istri cantiknya. Contohnya seperti sekarang ini, di mana ia sedang menikmati waktu berdua. Kepalanya bertengger di paha sang istri sambil dielus-elus lembut.

Mereka sudah kembali ke mansion milik keluarga Wijaya. Sambil dielus-elus, Sean juga mencium tangan istrinya sayang.

"Beb. Aku bahagia banget bisa kenal sama kamu. Aku dapat mertua baik, apa lagi ayah itu udah nganggap aku seperti temannya," kesan Sean.

"Teman?" beo Lidya.

"Iya, beb. Waktu itu, ayah ngajak aku main catur. Kata ayah, dia itu jago banget main catur. Jadi aku terima tantangannya dan siapa yang kalah, dapat hukuman."

"Hukumannya apa?"

"Mukanya dicoret pake ampas kopi."

"Jadi hitam dong mukanya?"

"Itu mah udah jelas. Malah, aku yang selalu kalah dari ayah. Akhirnya, muka aku hitam deh."

Lidya tertawa mendengar curahan hati suaminya "Dari dulu, ayah itu emang jago main catur soalnya ayah pernah juara juga."

"Wow, hebat juga ya, ayah mertua. Aku harus banyak belajar nih supaya bisa kalahin ayah suatu hari nanti."

Mata Sean terpejam menikmati sentuhan lembut dari istrinya. Satu tangan Lidya mengelus kepalanya, satu tangan lagi di genggamnya.

"Aku sayang kamu, beb." kecupan sayang diberikannya untuk orang paling spesial di hidupnya. Secara perlahan, ia menarik pelan kepala Lidya untuk mencium bibir mungil tersebut.

Malam yang tenang dan hanya diisi dua makhluk saling mencintai, semakin menambah kesan romantis.

Tiba-tiba saja pak bos bangkit dari posisi nyamannya tadi.
"Sini, beb. Sekarang giliran kamu untuk dimanja." ia menepuk-nepuk pahanya agar wanitanya berbaring di situ.

Dengan senang hati, Lidya menjadikan paha suaminya sebagai bantal ternyaman. Sama sepertinya tadi, suaminya juga mengelus kepalanya lembut.

"Kamu cantik. Kamu adalah bidadariku yang paling cantik."

"Makasih beb."

Bibir Sean mencium kening istrinya cukup lama, sekaligus menghirup aroma vanila kesukaannya. Sentuhan lembut selalu diberikannya agar yang dimanja merasa senang.

Walau pun lama-kelamaan pahanya terasa pegal, tapi senyum wanitanya membuat semua beban itu hilang seketika. Sungguh menyenangkan sekali saat bermanja bersama istrinya.

"Udah malam, beb. Bobok yuk." Sean membawa tubuh mungil itu berbaring di sisinya. Lengannya dijadikan sebagai bantal dan wajah mereka saling berhadapan.

"Kenapa kamu liatin aku terus?" tanya Lidya memperhatikan mata suaminya yang tak lepas memandanginya.

"Kamu cantik sekali sampai aku sendiri nggak bosan liatin kamu."

"Dasar gombal!"

"Aku bukan tipe pria yang pandai menggombal. Kamu tau sendiri kan suamimu ini adalah pria kaku?"

Senyuman Lidya kembali menghiasi kecantikannya. Jari-jari lentiknya menyusuri wajah tampan rupawan sang suami.

"Hana, dul, set." ia menghitung satu sampai tiga menggunakan bahasa Korea sambil menyentuh kening, hidung dan bibir Sean.

BOS BAR BARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang