NGIDAM ANEH

1.6K 88 8
                                    

"Pelan-pelan, beb. Iya gitu. Terus, beb. Hati-hati sayangku."

"Jalannya pelan-pelan dong. Pegang tanganku ku beb, jangan burung ku."

Sean tuh dari tadi berisik mulu kayak kang parkir. Baru keluar dari ruangan dokter kandungan aja langsung panik pas liat istrinya jalan duluan ke depan.

Kandungan Lidya memasuki usia tiga minggu dan dokter mengatakan bahwa kondisi ibu dan calon anaknya dalam keadaan baik. Awalnya Sean mau panggil dokter datang langsung ke rumah sekaligus bawa semua peralatan dari sakit. Alasannya biar Lidya enggak capek dan takut anaknya kenapa-napa.

Lidya menolak mentah-mentah permintaan suami over-nya itu, karena dia lebih memilih menjadi ibu hamil pada umumnya. Ke rumah sakit langsung serta didampingi suami tercinta. Ya, hanya itu yang dia inginkan.

"Beb, pegangan. Kita lagi di situasi darurat. Pegangan, ya." Sean cerewet banget sampai istrinya jadi dongkol. Malu dia karena suaminya terlalu berlebihan. Bahkan orang yang berlalu-lalang melihat mereka dengan tatapan aneh.

"Woi prajurit! Kawal nih bini gue!" Sean memanggil para pengawal yang sejak awal dibawanya ke sini, berjumlah sekitar sepuluh orang.

Mereka segera menghadap sang ketua begitu panggilan alam memanggil. Lelaki bertubuh tegap, tinggi, dengan pakaian jas formal warna hitam tersebut membentuk barisan di kedua sisi bosnya sebagai pelindung.

"Lelet banget kerjanya! Bini gue mau turun tangga. Kalau dia jatuh gimana?Udah gue bayar mahal lo pada. Ugh!" Sean menjitak salah satu pengawalnya yang berkepala botak.

Makin glowing dah pala anak orang. 

"Aduh! Maaf bos. Ampun, ampun," lelaki botak itu mengeluh sakit, lalu menundukkan kepala tak berani menatap wajah bosnya.

Sean yang tadinya kesel langsung kembali ke mode cowok hello kitty, begitu melihat istri cantiknya. Tangannya pun masih setia berada di perut sang istri. "Kita turun yuk, beb. Pelan-pelan ya, takut lantainya licin, takut kamu jatuh. Kalau mereka yang jatuh gapapa, itung-itung ngurangin beban keluarga."

Para pengawal mah biasa aja pas bosnya bersabda. Enggak ada istilah sakit hati ataupun tersinggung. Mereka udah pada kebal. Selow ajalah.

Satu-persatu tangga dituruni secara pelan, lambat, slow motion, diiringi lirikan mata orang sirik tanda tak mampu.

Sebagai suami siaga dan calon ayah paling bertanggung jawab, Sean sampai rela kehilangan sepuluh miliar hari ini dikarenakan enggak masuk kantor. Enggak akan rugi dia. Hartanya masih banyak, bahkan sangat banyak. Kehilangan uang segitu kecil lah bagi dia. Besok-besok pasti cair uang satu triliun sebagai gantinya.

"Mas, dia siapa? Kamu selingkuh kan? Tega kamu, mas. Aku ini istri kamu."

"Ah diam kamu! Dia ini calon istri baru aku. Aku udah nggak cinta lagi sama kamu. Aku cintanya sama dia."

"Tapi aku istri kamu, mas. Kamu nggak bisa lakuin ini ke aku."

"Udah lah! Aku muak sama kamu! Mulai sekarang, kamu aku talak tiga!"

"Mas, jangan tinggalin aku. Mas!!!"

Ku menangis....
Membayangkan, betapa kejamnya dirimu atas diriku...

Baru sampai di rumah langsung disambut sinema kebanggaan pemersatu bangsa. Udah gitu yang nonton adalah papi. Ya, si papi lagi asik nonton sambil selonjoran di karpet, ditemani kerupuk rengginang.

"Papi." Lidya berlari kecil menghampiri ayah mertuanya.

"Beb, jangan lari-lari! Aduhh." Sean panik khan maen. Takut istrinya tiba-tiba brojol.

BOS BAR BARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang