49 | Husband Series 23

5.9K 425 110
                                    

"Kamu adalah kado terindah yang pernah aku miliki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu adalah kado terindah yang pernah aku miliki."

🐣 🐣 🐣

"Noona, saranghae."

Tubuhku membeku setelah mendengar pernyataan cinta itu, pandangan tak percaya kini aku layangkan pada namja di hadapanku ini.

Aku menunduk menutup mulut dengan kedua tanganku. "Mianhae, Jisung-ie. Aku tak bisa--"

"Wae? Noona sudah punya kekasih?" Tanyanya memotong perkataanku.

Park Jisung, namja berumur satu tahun lebih muda dariku ini adalah tetanggaku. Kami teman main saat kecil, karena kepintarannya dia menjadi satu tingkat denganku.

Jisung selalu mengikutiku kemana pun aku pergi sehingga setiap ada Jisung pasti ada aku, begitu pula sebaliknya. Namun saat memasuki bangku perkuliahan, kami memilih mengambil jurusan yang berbeda di salah satu universitas yang sama.

Aku mengambil jurusan bahasa dan sastra, sedangkan Jisung mengambil fakultas bisnis. Dia pernah berkata ingin meneruskan perusahaan appa nya, makanya dia mengambil jurusan di dalam fakultas itu.

Karena itulah, pertemuan kami tidak seintens sebelumnya. Jika ingin bertemu maka Jisung akan menungguku di kamar, kebiasaan dirinya semasa kecil. Begitupula aku.

Namun karena pertemuan kami yang sangat jarang belakangan ini, membuat Jisung tak tahu jika aku sudah menjalin hubungan dengan seorang namja bermarga Huang, satu tahun belakangan ini.

Dan tepat minggu lalu, setelah aku menyelesaikan sidang skripsi-ku, Renjun melamarku di depan orangtuaku. Kami menerimanya karena aku pun ingin membina hubungan lebih lanjut dengannya.

Tapi aku belum memberitahu Jisung perkara lamaran Renjun dan juga hubunganku dengan namja bermarga Huang itu. Lalu sekarang di saat aku ingin memberitahunya, Jisung malah menyatakan perasaannya padaku.

Aku memilin gaun bawahku sembari menunduk enggan menatap manik kelam itu. "Mianhae, aku kesini hanya ingin memberimu ini." Ujarku mengulurkan sebuah undangan bercetak apik di tangan Jisung.

"Datanglah." Aku menelan ludah kasar. "Datanglah sebagai teman kecilku, bukan sebagai seseorang yang menyatakan perasaannya padaku."

Setelah mengatakan itu, aku langsung pergi keluar kamarnya lalu meninggalkan rumah Jisung tanpa pamit kepada eomma Park.

Aku meremat tali tas yang kugunakan. Rasa sesak merambat di dadaku ketika aku mengatakan itu pada Jisung.

"Mianhae, Jisung-ie."

🐣

Setelah kepergianku yang membawa seluruh jiwa Jisung. Namja bermarga Park itu kini jatuh dengan sebuah undangan di tangannya.

[✓] I m a g i n e NCT | OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang