Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dua kata. Aku mencintaimu."
🦊 🦊 🦊
Punya suami seperti Huang Renjun itu rasanya nano-nano, pengen giveaway-in saja kalau bisa. Tapi memang gak bisa, karena terlalu sayang dengannya.
Setiap hari bawaannya pengen gelut terus, ada saja yang diributin. Hal kecil menjadi hal besar kalau aku dengannya.
"Yak! Kamu curang."
Aku memeletkan lidah. "Aku melakukan dengan benar, Renjun. Kamu saja yang lelet."
Renjun mendesis. Ia kembali memasang tangan membuatku ikut mengikuti langkahnya.
"Kai, bai, boo.."
Aku mengeluarkan batu sedangkan Renjun mengeluarkan gunting ditangannya. Hal itu membuatku bersorak girang. Aku memeletkan lidah kembali meledeknya.
"Aku menang lagi."
Renjun mendengus tatapan kesal ia lontarkan padaku. "Hanya beruntung saja, jangan terlalu senang."
Aku mencebik. "Terserah, yang penting aku menang. Jadi sekarang kamu harus membersihkan semua rumah tanpa terkecuali." Ledekku membuat Renjun mengerang kesal.
"Ini tidak adil. Ayo kita lakukan ulang."
Aku menggeleng. "Cepat kerjakan. Tak ada kata tidak adil, suamiku." Aku mendelik menekan kata terakhir.
Renjun langsung beranjak mengambil peralatan bersih-bersih di gudang. Ia kembali menghentakkan kaki menatapku dengan mengerang kesal, lalu mengerjakan pekerjaan rumah.
Sesekali aku menoleh meneliti kerjaan Renjun. Ia menyapu dengan bersih lalu mengepel lantai dengan geram, gagang pel yang tak berdosa menjadi sasaran kemarahannya.
"Bersihkan sebelah sana lagi, jangan sampai terlewat, Renjun."