Siang hari yang cukup panas. Matahari bersinar terik dan udara semakin pengap sehingga memaksa orang-orang keluar dari rumah mereka dan duduk-duduk diteras. Minum jus buah yang menyegarkan dan beberapa kue kering yang sayang untuk dibiarkan begitu saja. Evie terduduk dikursi sambil meminum jus jeruk kesukaannya. Mereka semua menyapa setiap orang yang melintas didepan rumah mereka.
"Mampir dulu Bu Inah". Ujar ibunya Evie ketika melihat teman mengobrolnya itu lewat depan rumah mereka. Bu Inah tersenyum lalu pandangannya tertuju kepada Evie yang terduduk santai.
"Udah mendingan vie?". Tanya bu Inah dengan penuh perhatian.
"Udah bu. Ya masih kaku sedikit. Tapi gak apa-apa". Jawab Evie ramah.
"Oh ya syukurlah kalau begitu. Saya permisi dulu ya".
"Enggak mampir dulu bu?". Cegah ibunda Evie.
"Enggak bu. Terima kasih. Lain kali saja saya mampir".
Bu Inah melanjutkan perjalanannya.
Orang-orang kembali berbincang dan bersenda gurau. Evie baru seminggu pulang dari rumah sakit setelah koma selama tujuh bulan. Bukan hal mudah, otot-ototnya masih terasa kaku dan harus menggapai atau memegang sesuatu yang jauh lebih kuat hanya untuk membantunya bangkit. Orang tuanya sangat menyayanginya, karena Evie anak bungsu dan paling manja diantara kakak-kakaknya yang lain. Apalagi semenjak peristiwa tak menyenangkan beberapa bulan yang lalu dan membuat Evie tak sadarkan diri. Evie terjatuh dikamar mandi ketika hendak membasuh tangannya yang kotor karena terkena cairan spidol warna yang bocor. Yang semua orang tau Evie terpeleset lalu terjatuh, naas kepalanya membentur dinding bak mandi dengan keras. Ketika itu semua orang segera berlari mendengar suara gedebug yang nyaring. Saat itu keadaannya sangat mengenaskan, darah menggenangi seluruh lantai kamar mandi yang mengalir deras dari belakang kepalanya. Ayahnya terduduk lemas, Ibunya tak sadarkan diri. Kakak ipar nya membantu mengangkat tubuh Evie yang tergeletak di lantai, sementara kakak perempuannya mencoba menghentikan aliran darah dari kepalanya dengan membelitkan kaus, tapi apa daya, dengan kaus putih milik ayah yang sudah berubah warna menjadi warna merah, mereka tau, darah itu tak mungkin bisa dihentikan begitu saja. Dengan tangan gemetar, air mata yang mengalir bagai air terjun ditambah lagi bau anyir darah yang kini menyebar kepenjuru ruangan membuat semua orang yang menghirupnya mual-mual. Kedua keponakannya yang masih berusia 3 dan 4 tahun menangis dan meraung membuat semua orang yang mendengarnya segera datang membantu.
Setelah mendapat banyak bantuan, Evie segera dibawa kerumah sakit. Dia kehilangan banyak darah, dan tengah mengalami masa kritis. Ibunya lagi-lagi pingsan, Ayahnya menatap lesu tubuh anaknya yang sedang terbaring kaku ditemani alat-alat medis canggih yang membantunya agar tetap bisa bertahan hidup dari sebuah kaca kecil di pintu. Kakak perempuanya menangis sesenggukan di dalam pelukan suaminya yang terus mengelus wanita berusia 30 tahun itu agar bisa sedikit tenang. Tapi ada yang aneh dengan Bobby, kakak Evie, anak kedua dari 3 bersaudara. Yang Evie tau Bobby membencinya, meskipun tidak ditunjukan kepada anggota keluarga yang lain.
"Gara-gara kamu lahir aku gak jadi jadi anak bungsu. Semuanya karena kamu. Aku harap kamu gak pernah dilahirkan!!".
Bobby berteriak marah kepada Evie yang saat itu masih berusia 5 tahun. Saat itu Bobby meminta mainan baru kepada ibunya. Mobil remote control yang sedang jadi primadona teman-teman sepermainannya. Ibunya tidak mendukung karena menurutnya Bobby sudah terlalu besar. Dan dengan marah Bobby berbalik dan mendatangi Evie kecil yang tengah bermain di teras belakang rumah. Rasa murkanya dia keluarkan sambil tangannya yang menunjuk-nunjuk kearah Evie dan spontan membuat gadis kecil itu menangis. Ibunya datang dan memarahi Bobby sambil menggendong Evie. Bobby tambah marah dan pergi kekamarnya, mengunci diri.

YOU ARE READING
DREAM
Misterio / Suspenso"Menyukai berarti membunuh, mencintai berarti membunuh, menyayangi berarti membunuh, mengasihi berarti membunuh". Kutukan apa yang melarangnya merasakan hal yang manusiawi? Bagaimana cara ia menghadapinya?