KESALAHAN terbesar dalam hidupku adalah membukakan pintu harapan untuknya. Maverick Vinales kembali, lagi dan lagi dalam hidupku. Aku sudah menikah dan punya dua anak. Apalagi yang dia harapkan dariku? Toh, aku juga tidak bakal meninggalkan Marc.
Vinales masih memiliki jambang di dagunya, dahinya lebar dan rambutnya hitam. Matanya yang tidak asing itu sialnya selalu meneduhkan.
"Hai, Mia. Apa kabar?"
Aku masih belum sanggup berkata-kata. Suara langkah kaki kecil mendekat di belakangku.
"Ma! Lapar!"
Aku menoleh Lucha, dia berhenti sejenak, terkejut melihat Vinales.
"Hai, Lucha? Masih ingat paman?"
Mata Lucha membesar, dia seperti menahan napasnya lalu berlari masuk ke dalam, tidak menjawab Vinales. Vinales tertawa.
"Mau apa kau kemari?" tanyaku langsung.
"Tunggu, jangan salah paham dulu, Mia. Aku ingin memberikan ini." Dia mengulurkan sepucuk undangan.
Aku mengernyit. "Siapa yang menikah?"
Aku membuka amplopnya dan terperangah. Vinales akan menikah dengan seorang wanita.
Barangkali aku terlalu sibuk mengurus keluargaku, selama ini aku tidak pernah sekali pun mendengar kabar dia kencan dengan seseorang. Mungkin dia memang sudah melupakanku dan aku juga tidak peduli kalau beberapa bulan lalu dia akhirnya bertemu wanita ini, tetapi sungguh, berita ini membuatku syok.
"Kau? Menikah?" Aku terbata-bata.
Dia tersenyum lebar. "Ya. Aku ingin kau datang."
Aku tidak berkacak pinggang lagi. Kuturunkan bahuku dan sekarang lebih rileks.
"Wow! Selamat!" kataku tulus.
"Terima kasih," jawabnya.
Aku membaca lagi undangannya. "Winda? Bukan nama yang umum di Spanyol."
"Ya, dia keturunan Indonesia."
"Oh, apakah orang tuanya tinggal di sini?"
"Sebenarnya... orang tuanya sudah lama meninggal."
"Jadi dia yatim piatu?"
"Ya."
"Kapan ulang tahunnya?"
"Hm, mei."
Aku mengangguk. Sudah paham ke mana arah pembicaraan ini.
"Apakah dia penyanyi?" tembakku langsung.
"Ya. Dia bernyanyi di kafe-kafe kecil."
"Bagus sekali, Vin. Aku tidak percaya kau melakukan ini."
Kuserahkan kembali undangan itu dengan jijik.
"Kau tahu aku tidak bisa melupakanmu," katanya, suaranya lembut merayu.
"Tapi bagaimana dengan Winda?" tanyaku sewot.
"Setidaknya aku akan menikahinya."
"Oh Tuhan... aku tidak punya waktu untuk ini!" Aku bergegas menutup pintu, tetapi dia menahannya.
"Tunggu, Mia! Kau tidak mengerti!"
"Kau ingin aku mengerti apa? Bahwa aku akan selalu menjadi bayang-bayang dalam rumah tanggamu?"
Dia tidak menjawab, tetapi terus memegangi pintu sehingga aku tidak bisa menutupnya.
"Aku tidak punya waktu untuk meladenimu, Vin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mia is Mine! [Marc Marquez] Fan Fiction
RomanceApakah kau pernah melaju 250 km/jam diatas motor bersama orang yang kau cintai? Aku pernah. Dan itu adalah hal tergila yang pernah aku lakukan. Kekasihku Marc akan selalu melakukan hal-hal gila selama dia masih bernapas. Tetapi anehnya di saat bersa...