Ya, betul ini rilis ulang. Jika kamu sudah memberikan vote, kamu bisa meninggalkan komentar baru supaya aku tahu kamu ada di sini! :)
-------------------------------------------------------------------------------
MIA POV
Apakah aku sudah mati?
Aku membuka mataku perlahan. Hal pertama yang kulihat adalah sebuah titik putih, remang-remang, lalu menyebar rata menjadi langit-langit atap dengan sedikit bercak noda. Badanku sakit semua. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tidur. Rasanya sudah sangat lama.
Terakhir kali yang aku ingat adalah aku sedang berada di Jakarta, menyetir mobil sendiri menuju apartemenku setelah mengunjungi acara amal. Lalu karena jalan yang biasa aku lewati macet, aku memilih jalan lain dan tiba-tiba sebuah truk menabrakku dari arah yang berlawanan. Setelah itu aku tidak merasakan apa-apa lagi.
Mungkin itu adalah salah sopir truknya yang mengebut, atau mungkin salahku juga karena menyetir sambil melamun. Memikirkan alasan yang membuat aku melamun membuat tubuhku semakin terasa nyeri. Alasannya masih sama, aku memikirkan seorang pria yang ada di kepalaku selama berminggu-minggu. Wajah terakhir yang aku lihat darinya adalah wajah sedih karena melihatku bersama pria lain.
Kemudian aku mencoba menguatkan diriku dan menggerakkan tangan kiriku, tiba-tiba aku menyenggol sesuatu.
Aku melihat ke sana, dan ternyata itu sebuah lengan. Lengan Marc Marquez.
Marc Marquez. Pria yang selama berminggu-minggu aku pikirkan, dan menjadi penyebab aku melamun saat menyetir. Dia tertidur di samping ranjangku dengan membenamkan separuh wajahnya ke dalam dua lengannya. Separuhnya lagi menghadapku.
Kupandang dia... sudah berapa lama kami tidak bertemu? Kenapa dia bisa ada disini? Mukanya terlihat sangat lelah. Dia sekarang sedang tidur. Benar-benar tidur.
Lalu aku mengulurkan tanganku untuk membelai kepalanya lembut. Rambutnya sangat berantakan. Tapi dia tetap tampan. Aku tersenyum melihatnya. Oh ya Tuhan, apa yang sudah kulakukan? Aku sangat merindukannya.
Tiba-tiba matanya mengerjap, dia terbangun.
"Mia?"
Kata pertama yang dia ucapkan adalah namaku.
Aku tersenyum padanya. "Hai, Marc," sahutku.
Dia melihatku khawatir. Lega dan khawatir.
Dia cepat-cepat berdiri. "Kau sudah sadar? Aku akan panggilkan dokter."
Saat dia hendak beranjak, aku menggenggam tangannya. Dia langsung menoleh ke arahku.
"Marc," panggilku pelan.
Dia mendekat lagi dan duduk disampingku. Matanya sendu. Aku pun juga, tapi aku yang lebih dulu tidak bisa menahan air mata lagi. Aku menangis.
"Maafkan aku, Marc," kataku. Aku menggenggam tangannya kuat-kuat. Dia menatapku dalam. "Maafkan aku."
Dia hanya terdiam lalu mencondongkan wajahnya ke wajahku. Dia mencium bibirku dengan lembut, sangat lembut. Dia mengulanginya sampai empat atau lima kali. Sangat lembut, tapi juga sangat dalam. Aku merasakan air mata turun dari pipinya, membasahi pipiku juga.
Dia melepaskan ciumannya dan menatapku. "Untuk apa kau minta maaf? Aku yang seharusnya minta maaf, Mia. Aku yang lebih bersalah," katanya. "Aku bajingan." Bibirnya bergetar.
Aku masih menatapnya. Lalu aku meraih wajahnya dan menciumnya lagi.
"Aku janji, aku tidak akan mengulanginya lagi, Mia. Kita akan mulai semuanya dari awal," kata Marc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mia is Mine! [Marc Marquez] Fan Fiction
RomansApakah kau pernah melaju 250 km/jam diatas motor bersama orang yang kau cintai? Aku pernah. Dan itu adalah hal tergila yang pernah aku lakukan. Kekasihku Marc akan selalu melakukan hal-hal gila selama dia masih bernapas. Tetapi anehnya di saat bersa...