(new) Series - Mia is Mine! EP#10 - I'm (still) Yours

240 9 11
                                    

KAMI tidak berhenti sampai fajar menyingsing. Mataku berkabut dan sepanjang malam aku mabuk karenanya. Bibirku selalu penuh dengan bibirnya. Telingaku sesak dengan desahannya. Ke mana pun aku menoleh, tangannya mengurungku agar selalu berada dekat dengan tubuhnya.

Marc menyibakkan rambutku ke belakang bahu supaya dia bisa mencium leherku untuk yang kesekian kalinya.

"Kau tidak lapar?" gumamku.

"Aku sudah kenyang karenamu."

Aku tersenyum sambil mengelus rambutnya yang berantakan dan sedikit berkeringat-well, karenaku. Namun, mencium aromanya seperti candu buatku. Aroma lemon segar dan aroma Marc.

"Aku dengar KTM sedang mencari pembalap utama. Mungkin kau bisa mendaftar di sana, tetapi menurutku sebaiknya jangan minta gaji yang tinggi."

Marc mendongak, menatapku dengan mata cokelatnya yang berbinar. "Entahlah, Mia, aku tidak yakin apakah KTM cocok dengan gaya membalapku. Lagi pula kualitas mesinnya... jauh bila dibanding Honda."

"Kenapa? Kau kan Marc Marquez. Kau pasti bisa mengatasi kendala apa pun."

"Menurutmu begitu?"

"Ya. Tentu saja!"

Dia nyengir. "Baiklah, aku akan mencobanya."

Aku senang karena di atas segalanya, dia tetaplah Marc yang kukenal. Meski dunianya runtuh, dia berusaha tetap tegar. Aku percaya dia mampu melewati ini dan bersinar kembali seperti matahari.

Ada satu hal lagi yang mengganjal di hatiku.

"Marc?"

"Mm?"

"Siapa pacar Donna?"

"Eh? Terakhir yang kutahu sih... namanya Julio."

"Yang mana yang laki-laki?"

Marc tersenyum. "Keduanya laki-laki."

"Oh," gumamku.

"Dari mana kau tahu Donna?"

"Aku kan selalu bisa melihat ke mana pun kau pergi. Aku tahu kau bertemu dengannya waktu itu di kedai kopi."

"Oh waktu itu... ya, dia habis operasi plastik. Semakin cantik saja, sungguh!" Marc tertawa.

"Sampai-sampai membuatmu menyentuh betisnya?"

Marc tidak bisa menahan gelak tawanya yang semakin keras.

"Kau tahu?"

"Ya," kekehku.

"Aku penasaran saja," imbuhnya setelah tawanya mereda.

"Tapi kau tidak..."

"Tidak apa?" Dia mengernyit.

"Kau tahu...." aku berhati-hati dan karena itu aku tidak sanggup menyelesaikan kalimatku. Aku bersyukur dia langsung paham.

"Enak saja! Aku masih normal!"

Aku cekikikan melihatnya cemberut.

"Begini-begini aku masih punya harga diri, tahu."

"Barangkali kau ingin bersamanya, aku tidak keberatan, Marc!" gelakku.

Marc tidak menjawab dan malah mengulum telingaku. Aku mendesah dan berusaha menjauh, tetapi lengannya mengurungku sehingga aku tidak bisa pergi ke mana-mana.

"Sungguh? Kau tidak ingin aku?" bisiknya setelah puas dengan telingaku.

"Aku kan tidak bilang begitu," protesku.

Mia is Mine! [Marc Marquez] Fan FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang