Jaehyun terbangun dengan degup jantung tidak beraturan. Bulir keringat membasahi pelipisnya. Matanya menatap nanar ke segala arah sampai ia menyadari kalau apa yang dipikirkannya bukanlah mimpi.
Buktinya ada di depan matanya. Sisa-sisa perkelahian. Tidak jauh darinya ia bisa melihat tubuh Mingyu yang besar tergeletak tidak sadarkan diri. Setidaknya ia berharap begitu. Tapi kemana jenazah dua orang Bourbon yang tewas, pikirnya.
Hingga ia sadar ada yang lebih penting dibanding mengecek apakah Mingyu baik-baik saja. Dengan sedikit lunglai, Jaehyun mencoba berdiri. Ia menopang tubuhnya ke dinding yang berada di dekatnya karena tiba-tiba dunia serasa berputar. Sial, geramnya. Kepalanya pasti terkena pukulan kencang, pikirnya lagi.
Setelah beberapa kali menggeleng dan memijat pangkal hidungnya untuk mengusir rasa pusing, penglihatan Jaehyun mulai fokus. Ia kembali melangkah menuju kamar, tempatnya menyembunyikan Helios.
"Lio ...," lirihnya sambil berlari secepat kakinya bisa membawa dirinya menuju lemari yang terlihat sudah tergeser.
Pikiran buruk mulai merasukinya. Berharap apapun yang ada dalam otaknya tidak benar terjadi, walau ia ragu.
Jaehyun terburu-buru mengecek belakang lemarinya dan Helios tidak ada di sana. Ia beralih mengecek daerah lainnya. Siapa tahu persembunyian Helios pindah, bukan sesuai yang ditakutinya. Namun semakin ia menyisir semua ruangan di apartemennya, kakinya semakin melemas.
Jaehyun bahkan tanpa sadar menginjak tangan Mingyu yang menghalanginya hingga lelaki itu berteriak protes, tapi kemudian bungkam begitu melihat betapa pucat wajah Jaehyun.
"Helios hilang!"
Dua kata yang mampu membuat Mingyu bergerak bangkit tanpa mempedulikan rasa nyeri dari luka dan memar yang didapatnya.
"Ia membawa bonekanya kan?" Mingyu bergerak cepat menyambar tablet PC nya yang berada di nakas kamarnya. Untung tidak ikut rusak karena bentrokan tadi.
"Ya, aku memberikannya untuk dibawa dan juga sebuah ponsel."
Jemari Mingyu dengan cepat menyentuh sebuah aplikasi pengintai. Sebuah aplikasi yang terhubung dengan alat yang sengaja di pasang di boneka Helios. Berjaga-jaga jika terjadi hal yang tidak diinginkan seperti hari ini.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" keluh Mingyu. "Kukira orang itu akhirnya berada di team yang sama dengan Doom. Kemana jenazah orang-orang Bourbon itu? Apa yang ia lakukan padaku sampai aku tidak sadarkan diri? Berapa lama kita tidak sadarkan diri? Dan kenapa ia membiarkan kita berdua hidup jika ia tidak ingin meninggalkan jejak karena melihat wajahnya? Apa dia kira kita tidak akan memberitahu Doom?" Mingyu terus mengoceh tanpa henti dengan segala pertanyaan yang Jaehyun juga tidak yakin tahu apa jawabannya.
"Ketemu! Tapi ...."
"Tapi?" tanya Jaehyun menyambar tablet PC yang dipegang Mingyu. Raut wajahnya jelas terlihat khawatir. Apalagi begitu melihat titik dimana boneka itu berada.
"Apa yang terjadi, bagaimana ... sebaiknya kita mengeceknya dulu," ujar Jaehyun, mengembalikan tablet PC nya lalu melangkah menuju gantungan jaket di dekat pintu masuk. "Kau tunggu saja disini sambil membereskan kekacauan ini," pungkas Jaehyun cepat saat Mingyu sudah mengekorinya.
"Siapa tahu Helios kembali atau ada orang asing lain yang datang. Tapi apapun itu, jangan coba menghubungi Helios. Kita tidak tahu apakah yang dia dalam keadaan memungkinkan menerima telepon atau tidak."
¤¤¤
Nyx berjalan menyusuri lorong dengan hati gundah. Hari masih pagi, tapi cerita Joey semalam sangat mengganggu pikirannya. Tapi, bukankah seluruh keluarganya sudah tewas. Jadi seharusnya tidak mungkin Joey yang beberapa saat lalu makan malam bersamanya adalah Joey kakaknya bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Angel Of Death - Finale
ActionSeason 1 : The Angel of the Death - The Beginning Season 2 : The Angel of the Death - Encounter *** ⚠🔞 Warning : This story contains violence, indecent language and adult contains!! Please be wise 🔞⚠ *** Five years after the bloody encounter ...