Waktu itu, X yang baru berusia sembilan belas tahun sudah menjadi mata-mata di Koo Industry bersama dengan Z yang memilih bekerja sebagai staf ahli Koo industry. Sedangkan Doom yang berada di pemerintahan.
Meskipun begitu, perjalanan sebenarnya dimulai sejak di malam hari ketika Jinx yang masih berusia tujuh belas datang ke apartemen X atau mungkin lebih tepatnya disebut flat.
Malam itu, X sedang menatap jalanan yang terlihat lengang dari kaca jendela apartemennya. Manik matanya dengan terlatih memetakan setiap pergerakan. Langit sedikit mendung. Mempermudah siapapun yang ingin bergerak tanpa dilihat.
Ia sedang asyik memandangi seekor kucing yang mengejar seekor tikus ketika ketukan lemah di pintu apartemennya terdengar.
"Mereka akan menggunakan kereta api untuk kembali ke New Neamh, X," ujar Jinx tanpa basa-basi saat ia sudah duduk di atas sofa lusuh ruang tamu apartemen X.
"Why them?" X meletakkan secangkir cokelat hangat di atas meja kaca untuk Jinx dan segelas kopi untuknya sendiri.
"They are my family, X."
X menopang sebelah kakinya di atas kaki lainnya sambil menatap tajam ke arah Jinx. Mencoba mengintimidasinya agar bicara yang sebenarnya. "Try again Jinx. Hanya karena alasan mereka saudaramu, tidak cukup bagiku untuk mengerti mengapa kau begitu ingin merekrut mereka."
Jinx meminum cokelat hangatnya dengan wajah yang begitu menikmati. Sebelum akhirnya ia tersenyum sambil menaruh kembali cangkir cokelatnya. "Karena hanya kitalah anak-anak hasil inseminasi buatan yang tersisa. Ada hubungan darah atau tidak kita adalah saudara. Dan, kurasa kita akan membutuhkan bantuan mereka nanti."
X menggeleng tidak setuju Baginya, ia, Z, dan Doom yang saat itu sedang menyamar menjadi mata-mata di pemerintahan dan Koo Industry sudah lebih dari cukup.
Jinx tersenyum penuh arti saat X sungguh-sungguh menolak rencananya. Remaja bertubuh kekar itu menyenderkan tubuhnya ke punggung sofa.
"Kenapa? Kau takut dengan adanya mereka, kau merasa kalah?" tanya Jinx usil.
X mendengus malas. Bukan itu yang ia takutkan. Tanpa perlu diuji pun, ia yakin kemampuan si kembar, atau setidaknya Lalice, berada di atasnya. Hanya saja, ia tidak mungkin memberi tahu alasan sebenarnya apda Jinx. Remaja itu bisa mengamuk padanya, mengingat mereka tahu kalau si kembar adalah saudara mereka. Benar-benar saudara dengan adanya hubungan darah. Bukan hanya saudara angkat.
Jinx bisa mengamuk jika tahu kalau X memiliki perasaan lebih pada sepupunya sendiri yang juga kakak tiri Jinx. Silsilah keluarga mereka — dirinya, si kembar, dan Jinx — benar-benar rumit. Jinx memiliki hubungan darah dengannya dari pihak ayah, jadi Jinx adalah adik tirinya. Sedangkan si kembar adalah kakak tiri Jinx dari pihak ibu. Lalu dirinya dan si kembar pun memiliki hubungan darah karena mereka sepupu dari pihak ibu.
Jika bukan karena inseminasi buatan, keluarga mereka mungkin bisa tampil di televisi menjadi TV personality yang menjual drama kkeluarga dengan menayangkan kehidupan sehari-hari mereka. Sungguh rumit.
"Yah anggap saja begitu," sahut X tanpa berniat membicarakannya.
"Kalaupun begitu, aku tetap ingin mereka berada di pihak kita. Kita akan menjadi kelompok tidak terkalahkan dengan adanya mereka," ujar Jinx. "Tidak usah merasa tersisih. Tidak mungkin aku menyingkirkanmu, bagaimana pun, kau kan kakakku juga," kekeh Jinx yang sama sekali tidak tahu perasaan X.
"Lagipula, ia dan June itu anak hasil inseminasi buatan yang hanya ada empat, termasuk kita. Terlebih, mereka menyandang nama pendiri Koo Industry meski saat ini mereka mengganti nama mereka. So ... kau mengerti kan, mengapa kita harus merekrut mereka?" tanya Jinx.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Angel Of Death - Finale
ActionSeason 1 : The Angel of the Death - The Beginning Season 2 : The Angel of the Death - Encounter *** ⚠🔞 Warning : This story contains violence, indecent language and adult contains!! Please be wise 🔞⚠ *** Five years after the bloody encounter ...