10. Meeting

434 90 18
                                    

🚫Warning!! There's a little smut scene below — Yang belum cukup umur, ada baiknya di skip.(Gak panas2 amat sih)🚫

Mr. Chan yang akhirnya ditinggalkan oleh Mino diruangan private yang berantakan menatap kepergian laki-laki yang lebih muda itu dengan tatapan tajam. Perlahan seringaian yang mengingatkan pada topeng badut jaman dulu terbit di bibirnya begitu Mino telah pergi dari kawasan restoran.

Tanpa ragu sedikit pun, Mr. Chan melangkah riang keluar ruangan. Sesekali ia melompat-lompat seperti anak kecil yang ditinggal pergi orang tuanya sendirian di rumah. Merasa mendapatkan kebebasan yang selama ini diambil.

Laki-laki pendek itu terus menyusuri trotoar berdebu di bawah teriknya matahari. Meski hari itu panas menyengat, sama sekali tidak merusak kebahagiaannya. Sambil sesekali bersenandung, Mr. Chan terus melangkah riang ke ke rumah rahasianya. Rumah tempat semua harta karunnya yang berharga berada. Harta karunnya yang berupa piala berharga dan tidak ada duanya di dunia.

Mr. Chan adalah salah seorang konglomerat yang bertempat tinggal di distrik 118 — dulu dikenal dengan nama Nottingdale. Rumah keduanya juga berada di distrik yang sama. Sama-sama megah namun nama kepemilikannya berbeda. Jadi saat ia sempat menjadi tersangka, polisi sama sekali tidak bisa menemukan bukti di rumahnya. Karena segala bukti — yang ia sebut sebagai piala — ada di rumah tersebut.

Senyuman mirig jahat menghiasi wajahnya ketika memori pembunuhan yang pernah dilakukan kembali muncul dalam benaknya. Tubuhnya sampai begidik saking bahagianya. Libidonya yang ia kira sudah mati sejak tinggal di Bourbon kini mulai naik. Ia semakin tidak sabar untuk menemui piala-pialanya. Sepertinya malam ini ia akah bergadang menyelesaikan hasrat yang membuncah dalam dirinya.

Awalnya ketika seseorang menahan tengkuknya di atas meja setelah bom cahaya meledak, Mr. Chan begitu marah. Meskipun akhirnya hilang karena emosinya dibatasi oleh chip yang dengan sangat ia sesali diterimanya.

Mulutnya terus mengucap kata makian, tapi terasa kosong karena tanpa diisi emosi. Saat itu, ia hanya tahu kalau ia memang seharusnya marah. Dan ia sungguh tidak menyukainya. Kesadarannya menghilang tidak lama setelah jarum suntik — ia tidak bisa melihatnya tapi ia tahu kalau yang menusuk di dekat bahu dekat perpotongan lehertnya adalah jarum suntik — menembus kulitnya.

Begitu tersadar, semua memorinya kembali dan ia mendapatkan kembali emosinya. Jadi meski awalnya ia jelas marah karena seseorang berani membekuknya, pada akhirnya dia berterima kasih pada siapa pun itu.

Emosi, gairah, dan ekstasi dari memori yang ia dapatkan kembali, meluap-luap. Membuatnya hampir membunuh Mino saat Mino berusaha menyentuhnya. Untungnya ia dengan cepat bisa menutupinya. Dan untungnya lagi, Mino tidak memaksakan diri untuk membawanya kembali.

Dalam perjalanan pulang, Mr. Chan berusaha sekeras mungkin untuk menahan gejolak keinginannya. Terlebih saat melihat gadis-gadis yang baru pulang sekolah. Meskipun wajahnya tertutup masker dan beberapa di antaranya terlihat lusuh akibat baju yang sepertinya terlalu sering dicuci, Mr. Chan merasa gairahnya terbakar.

Tidak, desisnya berkali-kali. Mengingatkan kalau ia harus pulang lbih dulu, menyiapkan segala sesuatunya sambil menyapa piala-pialanya, menuntaskan hasrat terpendamnya baru mulai berburu.

Ia hampir menculik salah satunya. Begitu melihat seorang gadis yang begitu cocok dengan kriterianya. Namun tekadnya yang kuat berhasil menahannya.

Alasannya tentu saja membalas perbuatan pemerintah Bourbon yang membohonginya dengan iming-iming kota sempurna. Bagaimana bisa sempurna jika hobby-nya menculik para gadis dan menyiksa mentalnya tidak bisa tersalurkan.

¤¤¤

Team Doom dan Midnight tiba hampir bersamaan di kantor polisi Junkyard yang baru. Keempatnya melangkah masuk, mengabaikan pandangan bertanya beberapa polisi yang berada di lantai dasar.

The Angel Of Death - FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang