5. Thánatos

473 96 28
                                    

Nyx dan Erebus tiba lebih dulu di reruntuhan gedung pasca ledakan. Keduanya memeriksa reruntuhan menggunakan alat bantu. Nyx menyebarkan beberapa sensor panas dan Erebus berdiri dalam diam, memeriksa layar tablet PC nya yang terhubung dengan sensor panas.

"Noona, put your mask on," desis Erebus cepat saat melalui sudut matanya, ia melihat beberapa polisi mendekati reruntuhan gedung.

"Kalian siapa?" tanya Donghyuk menatap dua orang berbeda jenis kelamin yang berada di daerah bekas ledakan. "Dan apa yang kalian lakukan?" tanyanya lagi saat melihat keduanya sibuk dengan sebuah alat sebesar tablet PC.

"Erebus, Sir. Dan dia Nyx. Kami dari Bourbon," cengir Erebus. "Dan kami sedang membantu mencari korban. Meskipun menurut data gedung ini kosong, siapa yang tahu kalau ternyata ada yang tinggal di dalamnya kan?" ucap Erebus sambil memperlihatkan tablet PC nya.

Nyx berusaha untuk terus fokus pada pekerjaannya. Ia bahkan menghindari bertatap mata pada ketiga detektif yang pernah melihatnya beberapa tahun silam. Berharap tidak ada yang mengenalinya. Beruntung ia sudah mengingat beberapa kejadian di hidupnya dulu, jika tidak, ia mungkin melkukan kesalahan.

Chanwoo dan Donghyuk mendekat ke Erebus, ikut menatap layar tablet nya. "Bagaimana cara kau mencarinya?" tanya Donghyuk.

"Dengan sensor panas. Ledakannya baru saja terjadi. Jadi seharusnya mereka masih memiliki panas tubuh meskipun sudah tertimbun," jelas Erebus yang sibuk memeriksa setiap jengkal reruntuhan.

Tidak seperti rekan-rekannya, Rose menatap Nyx dengan penasaran. Gadis itu menggunakan masker dan topi baseball yang hampir menutupi sebagian besar wajahnya. Namun ada sesuatu pada diri Nyx yang membuat Rose penasaran. Dari bentuk tubuh hingga mata bulatnya. Ia merasa seperti sering melihatnya.

Langkah kaki jenjangnya membawa dirinya mendekat pada Nyx yang hanya berdiri mematung agar tidak merusak tatanan puing bekas ledakan. Jika ia salah memijakkan kakinya bukan tidak mungkin puing-puing itu akan runtuh dan malah menghasilkan korban jiwa batu jika ada makhluk hidup yang tertimpa. Karena itu, ia menunggu aba-aba Erebus untuk bergerak.

Dalam diamnya, Nyx menyadari langkah kaki salah satu detektif yang mendekatinya dengan sedikit hati-hati. Jantungnya berdetak lebih cepat dibanding biasanya. Ia panik, tentu saja. Bisa jadi detektif itu akan mengenalinya jika melihat seluruh wajahnya.

Untuk saat-saat seperti ini, Nyx begitu bersyukur memiliki chip pengendali emosi. Setidaknya ia bisa menetralisir detak jantungnya dengan cepat dan menenangkan diri.

Beberapa langkah lagi, Rose hampir sampai ke arah Nyx ketika suara Erebus yang menginformasikan kalau ada manusia yang tertimbun memecah ketegangan. Bukan saatnya untuk lega sebenarnya, tapi Nyx tidak mampu mengelak kalau ia memang lega.

Erebus meneriakkan koordinat sensor tempat ia menemukan korban pada Nyx yang dalam hitungan detik sudah berpindah ke koordinat yang dimaksud.

"Tunggu! Biar kami membantumu," teriak Chanwoo sambil memerintahkan beberapa polisi untuk ikut dengannya. Namun gerakannya terhenti ketika dengan mudahnya Nyx mengangkat lempengan tebal puing dengan sebelah tangan dan melemparnya ke lapangan bebas puing dan terus melakukannya dengan cepat agar tidak ada runtuhan susulan.

Sementara tangannya bekerja dengan cepat, manik cokelatnya terus memindai daerah yang dimaksud Erebus. Ketika ia menemukan orang yang sedang meringkuk kotor di salah satu sudut, nyx dengan cepat mendekat dan membersihkan sisa puing di dekat orang tersebut.

Dengan santai ia menarik dan menggendong tubuh seorang lelaki berusia sekitar tiga puluhan yang sepertinya terlalu shock sehingga tidak mampu bergerak. Hal yang membuat para polisi dan detektif itu kembali membeku terkejut.

The Angel Of Death - FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang