11. Find A Reason

1K 154 24
                                    

Ini membingungkan, tetapi perlahan aku mulai menemukan alasan. Tentang apa yang sebenarnya kuinginkan.

***

Malam harinya Jinri tidak dapat terlelap. Pikirannya terus berkelana pada pertanyaan ada apa dengan Jeon Jungkook?

Sejujurnya hatinya teremat kuat melihatnya demikian, tetapi ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Semua menjadi keterkejutan menyakitkan baginya.

Sedikit banyak ia cukup mengenal bagaimana seorang Jeon Jungkook. Pria itu tak pandai mengungkapkan apa yang tengah dirasakannya atau apa yang sedang mengganggu pikirannya. Dia hanya pandai menyembunyikan.

Namun hari ini ia mendengar Jungkook mengeluh. Pria itu mengatakan apa yang tengah dirasakannya. Bahwa dia sakit, bahwa dia lebih sakit karenanya. Terlebih, ia tidak mengerti akan semua hal yang diucapakannya.

Jinri merasa bodoh.

Bangun dari baringnya, Jinri lantas duduk bersender. Kemudian segera meraih ponselnya di sisi nakas. Mencari kontak bernama Jeon Jungkook yang ia sendiri lupa kapan menyimpannya. Apalagi bertanya bagaimana pria itu mendapatkan nomornya.

Sekian detik yang lama, Jinri akhirnya menelepon Jungkook. Sesuatu yang jika tidak ia lakukan, maka akan membuatnya semakin gelisah malam ini. Sedari tadi ia terus bertanya-tanya apakah pria itu baik-baik saja atau tidak.

"Halo."

Terdengar suara Jungkook yang pertama kali. Dan sungguh itu membuat Jinri menjadi gugup.

Sebelum bicara, Jinri membasahi bibirnya yang tiba-tiba kering. "Jungkook-ah, ini aku, Rachel."

Entah apa alasannya, Jinri tiba-tiba mengubah bicaranya menjadi lebih santai. Ia ingat apa kata pria itu, untuk tidak bicara formal saat sedang berdua. Ia juga turut mengenalkan diri karena ini pertama kalinya ia menghubungi pria itu.

"Ada apa meneleponku?"

Jinri bisa merasakan kelembutan dalam tutur katanya, tetapi ia menemukan ada yang berbeda dalam suaranya.

"Kau sakit?" tanya Jinri.

Jungkook tidak langsung menjawab hingga beberapa dekit ke depan. "Tidak."

Sedikit lega, tetapi ia tidak sepenuhnya percaya. Sebab Jungkook yang ia kenal sering kali berpura-pura.

"Benarkah? Kupikir kau dalam kondisi tidak sehat. Sepanjang rapat tadi siang, kau banyak terdiam dan wajahmu pucat sekali."

Jinri tidak berbohong untuk hal itu. Ia banyak memperhatikan Jungkook meski mencuri-curi kesempatan dalam melakukannya. Pria itu terlihat lesu, tidak bertenaga, apalagi bersemangat.

Ia khawatir Jungkook seperti itu karena ucapannya. Ia akan sangat merasa bersalah jika memang benar.

"Apa kau sedang mengkhawatirkanku?"

Jinri terkesiap. "Tidak, tidak. Aku hanya takut jika kau sakit karenaku."

"Karenamu?"

"Atas ucapanku padamu."

Terdengar Jungkook tertawa. Membuat Jinri ingin menenggelamkan kepalanya dalam air. Apa ucapannya barusan terdengar lucu sehingga dia tertawa?

"Kuakui ucapanmu memang tajam dan menyakitkan, tapi tak akan membuat tubuhku sakit. Hanya ada satu bagian dalam diriku yang menjadi sakit."

"Di mana?" tanya Jinri.

"Hatiku. Rasanya nyeri setiap kali mendengar ucapan penuh kebencianmu."

A Cruel Husband ; ExtendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang