18. Break Loss

805 135 19
                                    

"Maafkan aku."

Sejak datang ke makam kedua orang tuanya, Jinri tidak mengatakan apa pun selain maaf. Sebelumnya wanita itu bersikeras tidak akan menangis, tetapi kenyataan mengatakan yang sebaliknya. Dia tidak mampu bertahan menahan kesedihan.

Jungkook menatap Jinri dengan sorot yang begitu sendu. Tidak pernah dia melihat Jinri menangis seperti ini. Kepalan tangan yang digenggamnya memberi tahu segalanya. Tubuhnya yang berguncang mengatakan yang sebenarnya. Bahwa dia bersedih dan hatinya dalam kondisi yang buruk.

"Eomma Appa maafkan aku."

Tak tahan melihat Jungkook terus mengatakan maaf, Jungkook membawanya ke dalam pelukan. Membiarkan bajunya lembab karena air matanya. Usapan lembut tidak berhenti dia berikan untuk membuatnya lebih tenang.

Jungkook tidak bicara karena dia tahu bukan itu yang Jinri butuhkan.

Selama puluhan menit bersedih, akhirnya keduanya memutuskan untuk pulang. Jungkook mengantar Jinri ke apartemennya dan tidak mengizinkannya beraktivitas di luar rumah. Wanita itu butuh istirahat. Menangis dalam waktu yang lama pasti menguras tenaganya.

"Istirahatlah, kau akan terbangun menjalang makan malam. Aku menyiapkan makanan, kau bisa hangatkan lagi nanti." Kata Jungkook sembari menarik selimut untuk Jinri.

"Kau akan pergi?" tanya Jinri.

Jungkook tersenyum kecil lalu mengangguk.

"Aku ingin kau tetap tinggal, temani aku." Jinri menarik tangan Jungkook seolah memohon.

"Jinri-ya." Jungkook duduk di tepi ranjang, lantas mengusap rambut Jinri perlahan. "Ada yang harus aku selesaikan. Aku harus pergi."

"Mengenai pekerjaan?"

"Hm, tentang pekerjaan."

"Kau sudah berjanji mengurangi jam kerjamu Jeon Jungkook," timpal Jinri.

Jungkook mengerutkan dahi, merasa baru menemukan sifat Jinri yang seperti ini. "Apa ini? Kenapa Shin Jinri menjadi sangat manja, hm?"

"Aku tidak manja!" Jinri terlihat salah tingkah. Dia menutup seluruh wajahnya dengan selimut. "Pergilah, kau bilang ada urusan. Pasti sangat penting."

Nada suara Jinri membuat Jungkook tidak tega meninggalkannya. Jungkook membuka selimut yang menutupi wajah Jinri lalu mengecup keningnya cukup lama.

"Akan kutemani sampai kau tidur." Jungkook naik ke atas kasur, lalu berbaring di samping Jinri. Mendekapnya seraya mengusap kepala belakangnya penuh kasing sayang.

Seperti dekapan seorang ayah pada putri kecilnya ketika beranjak tidur.

"Nanti kau akan terlambat jika menungguku sampai tidur," ujar Jinri.

"Terlambat karena menidurkan wanita cantik sepertimu tidak menjadi masalah," balas Jungkook.

Diam-diam Jinri tersenyum. Dia semakin menenggelamkan kepalanya di dada Jungkook, dan menyamankan diri. "Jungkook, pekan depan aku ingin berlibur."

"Benarkah? Ke mana?"

"Wonju."

"Aku akan mengatur segalanya untuk liburan kita," ucap Jungkook.

"Tidak, bukan hanya kita. Aku ingin berlibur bersama eomma, appa, eonni, kakak ipar, Evelyn, dan Jiwoo. Pasti menyenangkan jika bersama-sama," ujar Jinri.

Jungkook sempat termangu mendengar keinginan Jinri. Berlibur bersama keluarga entah kapan terakhir kali itu terjadi. "Aku akan memberi tahu mereka."

A Cruel Husband ; ExtendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang