4. They Are Gone

1.6K 189 23
                                    

Terkadang menyibukkan diri itu diperlukan dalam rangka mengalihkan pikiran atau bahkan melupakan.

***

Katanya otak manusia itu memiliki banyak sel. Katanya manusia juga makhluk yang mempunyai kapasitas memori di otak paling besar. Katanya lagi, manusia itu paling sulit untuk melupakan. Jinri tidak tahu di antara ungkapan katanya mana yang paling benar. Semua terasa samar baginya.

Jinri tidak berkata ia tidak percaya, tetapi juga tidak berkata percaya. Pada kenyataannya, meski dulu ia kehilangan ingatannya pada akhirnya ia kembali mengingat. Tentang kehidupannya yang dulu dan juga tentang pria itu, Jungkook. Jinri tidak bisa melupakan Jungkook hingga saat ini meski rasanya ia sangat ingin melakukannya.

Namun, di dunia ini semua hal yang ada selalu bersinggungan. Terkadang berbanding lurus atau berbandaing terbalik. Jinri yang tidak bisa melupakan Jungkook, berbanding terbalik dengan pria itu. Jungkook dengan mudahnya melupakan Jinri hingga saat ini sudah bersanding dengan yang lain.

Jinri kecewa? Tentu saja. Jinri pikir ketika ia kembali semua akan berjalan seperti dulu. Namun, realitanya semua harus berjalan sebagai lembaran baru yang sangat berbeda. Jinri tidak lagi bersama Jungkook.

Saat di rumah sakit kala itu, Jinri memang tidak bisa menahan perasaan rindunya pada pria itu. Namun, meski begitu ia sadar bahwa Jungkook berbeda. Kala itu ia juga menunggu Jungkook untuk memberinya sedikit penjelasan tentang Sena, tetapi pria itu tak melakukannya. Jinri tahu saat itu bukanlah waktu yang tepat, tetapi semua itu semata hanya untuk membuat hatinya sedikit membaik. Rasanya terlalu sakit bila ia tidak tahu apa-apa.

Maka, untuk membuat hatinya menjadi lebih baik Jinri memilih pergi. Menghindari Jungkook sebisa mungkin untuk menyusun kembali hatinya yang sempat remuk. Jinri tahu Jungkook pasti akan mencarinya, tetapi ia tidak akan bertemu dengannya sampai kondisinya bisa dikatakan baik-baik saja. Karena ia tahu, ada banyak hal yang berubah selama tiga tahun ini. Jinri juga tahu, ada banyak hal di depan sana yang mengejutkannya.

Seperti hari ini di sebuah apartemen yang sudah Jihye siapkan untuk Jinri sebagai tempat tinggalnya saat ini. Jinri duduk bersandar di atas tempat tidurnya. Tatapannya kosong. Menanti dan bertanya-tanya tentang orang yang sangat ingin ia temui.

Suara pintu yang terbuka berhasil mengembalikan fokus Jinri. Ia menoleh, menatap sosok Jihye yang masuk dengan membawa sebuah nampan. Wanita yang lebih tua darinya itu melangkah mendekat sebelum akhirnya meletakan nampan di atas meja dan duduk di bibir ranjang.

"Ku pikir kau belum bangun," ujar Jihye mengawali.

Jinri tidak menjawab. Hanya memberikan sebuah senyum kecil di bibirnya.

"Aku membuatkanmu bubur, makanlah." Jihye memberikan mangkuk berisi bubur pada Jinri.

"Akan ku makan nanti," ucap Jinri. Membuat Jihye segera meletakan lagi mangkuknya.

Ia memandang dalam wajah Jinri yang sama sekali tidak berseri. "Ada apa? Kau tidak napsu makan lagi?" tanyanya dengan pelan.

Jinri lantas menggeleng. Ia meremas kedua tangannya yang ada di atas pangkuannya. Ia menunduk sekilas untuk selanjutnya kembali menatap Jihye. "Ada yang mengganggu pikiranku, entah sejak aku datang atau semalam."

Jihye mengernyit. "Apa yang mengganggu pikiranmu? Jungkook lagi?" tanya Jihye.

Lagi-lagi Jinri menggeleng. "Bukan."

"Lalu?"

"Di mana eomma dan appa? Aku tidak melihat mereka sejak datang."

Pertanyaan Jinri membuat Jihye seketika terdiam membisu. Lidahnya terasa kelu. Tidak tahu harus dengan cara bagaimana ia menjelaskan semuanya pada Jinri. Ia berusaha menelan ludahnya meski terasa sulit.

A Cruel Husband ; ExtendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang