Epilog

706 71 2
                                    

Apa yang bisa kukatakan selain lebih banyak mengucap terima kasih?

Kenyataan ini layaknya sebuah mimpi, tetapi kalau ini benar mimpi ... rasanya terlalu nyata. Belum lama rasanya baru kemarin aku harus mengunjungi psikiater karena mimpi buruk yang mengekangku, meminum butiran pil obat, atau sesesali akan merasa mual sampai sesak napas sewaktu aku mengingat momen tidak menyenangkan bersama Jinri.

Kini aku sudah seperti seorang mantan narapidana yang baru dibebaskan dan menghirup udara segar dengan nyaman. 

Semua kesakitan itu seperti neraka dunia. Yang membuatku berpotensi mati lebih cepat hanya dengan mengingatnya saja. Namun yang kutahu Shin Jinri adalah salah satu penawarnya. Satu lainnya tentu saja adalah kehadiran Jeon Misoo. Putri kecil kami yang pipinya seringkali dijadikan sasaran rasa gemas banyak orang.

Masih teringat dengan jelas tangisan Jinri yang memilukan dalam dekapanku ketika mengatakan padaku bahwa calon bayi kami telah tiada bahkan sebelum lahir. Hatiku tak ubahnya juga merasakan sakit. Terlebih saat itu baru mengetahui kalau Jinri hamil.

Rasa penyesalan karena gagal melindungi calon anak pertama kami tentu masih melekat erat, tetapi itu sudah berlalu. Apa yang sudah terjadi di masa lalu tidak akan bisa kembali. Jadi yang bisa kami lakukan adalah menjaga dengan sepenuh hati atas apa yang kami miliki saat ini.

Shin Jinri dan Jeon Misoo adalah hal yang harus aku jaga, penuh hati-hati, dan waspada. Aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana kalau kelak melakukan kesalahan dan tidak ada maaf untukku.

Mungkin penyesalan seumur hidup tidak akan cukup.

Shin Jinri, kau adalah wanita kuat yang pernah kutemui. Menjadi satu-satunya wanita yang tidak akan pernah mundur meskipun tubuhmu berdarah-darah penuh luka, hatimu tersayat tak terkira. Selalu berusaha tegar walaupun satu-satunya hal yang kau ingin kau lakukan adalah menangis sejadi-jadinya.

Sesekali aku merasa payah hanya karena berpikir bagaimana membuatmu menjadi wanita yang tidak merasa sungkan untuk berlindung di balik punggungku. Menjadi selayaknya seorang wanita yang sesekali mempunyai sisi lemahnya.

Shin Jinri, menjadi lemah tidak akan membuat kau terlihat tidak berdaya. Menangis tidak akan membuatmu kalah atas persaingan ego dalam dirimu. Di masa depan, biarkan aku memunggungimu, menjadi garda paling depan melindungimu.

Aku tidak tahu apa yang kau mau dan butuhkan, tetapi percayalah. Kalau kau membutuhkan bantuanku, aku akan bersedia mengulurkan tanganku. Kalau yang kau butuhkan adalah bahuku, aku akan bersedia membiarkanmu bersadar di sana. Dan kalau yang kau butuhkan adalah dadaku, tanpa kau meminta aku akan bersedia untuk memelukmu. Membiarkanmu mengungkapkan keluh kesahmu dalam dekapanku.

Satu yang harus kau tahu, bahwa aku akan selalu ada di sisimu.

Teruntuk bayi kedua kami yang pertama lahir ke dunia, putri kecil Jeon Misoo, jadilah anak yang baik dan penuh kasih terhadap orang-orang yang kau temui. Jadilah seseorang yang mengerti bahwa rasa sakit itu menyakitkan dan rasa senang itu menyenangkan. 

Kisahku penuh ironi ini, sesuatu yang membuatku terkadang mengakui kalau diriku benar-benar bodoh di masa lalu. Namun di mana sekarang aku berdiri dan bernapas, tidak akan pernah terjadi kalau saja kebodohan itu tidak pernah kulakukan.

Pada akhirnya masa lalu hanyalah hal yang perlu ditinggalkan dengan segala kesakitannya. Selalu tertinggal di belakang. Sementara masih ada masa depan yang harus segera disiapkan supaya semua kesalahan di masa lalu tak terulang.

Merelakan masa lalu bukan berarti kalah. Namun mengalah karena ego adalah satu hal terbaik agar tak ada lagi kata salah.

___

Finally completed

Are u happy?




A Cruel Husband ; ExtendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang