13. Our Relationship

930 129 32
                                    

Hubungan ini sama-sama membuat kami kesulitan, tetapi ada kebahagian yang ingin kami raih bersama untuk masa depan. 


***

Bertemu kembali dengan ibu dan ayah mertua menjadi momok menegangkan bagi Shin Jinri. Pertemuan terakhir mereka adalah beberapa bulan yang lalu saat Jinri di rumah sakit. Tidak pernah Jinri pikirkan sebelumnya ketika pagi ini Jungkook justru membawanya ke kediaman orang tuanya.

Ini bukan hal buruk, tetapi bukan juga hal baik. Sebab Jinri masih berpikir keras bagaimana sikap yang harus kutunjukkan nanti pada mereka.

Pertama kali Jungkook mengutarakan ide ini, Jinri langsung menolak. Bukan semata karena belum siap secara mental, melainkan hari libur ini seharusnya menjadi waktu terbaik Jungkook untuk beristirahat mengingat dia baru pulih dari demamnya semalam. Namun begitu Jungkook menggunakan Evelyn sebagai alasan, ia kesulitan menolak.

Pagi tadi sebelum beranjak dari kasur, Jungkook bercerita singkat tentang dia yang sering membawa Evelyn pergi jalan-jalan termasuk ke kediaman orang tuanya. Jinri tidak menyangka pria itu jauh lebih dekat dengan Evelyn daripadanya.

Jinri menatap lurus pintu rumah berwarna putih. Sesaat dia menarik napas dalam, lalu menoleh saat Jungkook sudah membukakan pintu mobil dengan senyumannya yang mampu membuatnya tenang. Jungkook mengambil alih Evelyn dalam pangkuannya, lalu menggendongnya.

"Kau gugup?" tanya Jungkook.

Jinri hanya tersenyum kecil.

"Sedang memikirkan apa?" Jungkook kembali bertanya.

"Aku tidak tahu nanti harus bersikap bagaimana. Mereka mungkin kecewa karena aku kabur darimu saat itu," ungkap Jinri.

Jungkook mengusap sebelah pipi Jinri dengan punggung tangannya. "Orang tuaku akan memahamimu. Tidak perlu cemas."

Jinri hanya mengangguk kecil sebelum berjalan di sisi Jungkook. Ia percaya perkataan pria itu tadi.

Ketika pintu dibuka, Jinri cukup terkejut dengan kehadiran keluarga Jungkook sudah berkumpul di ruang tamu—menyambut. Mereka tampak tersenyum dengan tulus. Orang yang pertama kali menghampirinya dan mengulurkan tangan adalah Hyewon. Jinri memeluk ibu mertuanya dengan erat.

"Jinri-ya, eomma sudah lama menunggu kedatanganmu di rumah ini," ucap Hyewon.

Jinri memejamkan mata. Eomma. Rasanya sudah lama ia tidak mendengar atau memanggil seseorang dengan sebutan ibu. "Eomma ... aku merindukanmu." Jinri mengeratkan pelukannya saat suasana hatinya berubah seperti sedang terkena badai.

Hyewon mengusap kepala Jinri. Beberapa saat kemudian ia melepas pelukannya. Menatap mata Jinri begitu dalam. "Jinri-ya, apa kau sudah tahu kalau ibumu ...." Hyewon tidak melanjutkan ucapannya saat Jinri mengangguk.

"Orang tuaku ... mereka sudah pergi," lirih Jinri dengan suara bergetar.

Melihat Jinri yang akan menangis, Hyewon segera memeluknya penuh kasih sayang. "Kau tidak boleh lemah hanya karena mereka telah pergi. Tidak perlu menyalahkan diri atas apa yang sudah terjadi. Kau tahu mereka sangat menyayangimu."

"Bibi cantik, Bibi mau es krim?"

Jinri menunda tangisnya meski air mata sudah lolos satu tetes begitu mendengar suara anak kecil. Jinri menundukan kepala, mendapati seorang anak laki-laki tengah menarik-narik celananya sambil memegang es krim di tangan kirinya.

"Ibuku bilang es krim bisa membuat seseorang berhenti menangis. Es krim ini sudah aku makan sebagian. Tidak apa-apa kalau Bibi mau." Anak laki-laki tersebut menyodorkan es krim di tangannya pada Jinri.

A Cruel Husband ; ExtendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang