21. Stay Here With You

614 117 3
                                    

Jinri mengusap sudut bibirnya dengan tisu. Pagi ini dia terbangun dengan rasa mual. Suhu tubuhnya sedikit tinggi. Dia memutuskan untuk tidak berangkat ke kantor. Menyelesaikan sebagian pekerjaan di apartemen sepertinya pilihan terbaik saat ini. Dia akan menghubungi Kim Mingyu setelah ini.

Duduk bersandar di tempat tidurnya, Jinri memeriksa ponselnya. Ada panggilan tak terjawab dari kakaknya. Jinri menelepon balik.

"Kak, ada apa menelepon tadi?" tanya Jinri.

Jihye baru menjawab setelah beberapa saat terdiam. "Aku ... ada yang ingin aku katakan padamu."

"Hm, katakan."

"Ini tentang kau dan Jungkook." Terdengar tarikan napas dalam di seberang sana. "Bisakah kau akhiri saja hubungan itu?"

Jinri mengernyit tidak mengerti. Mengapa Jihye mendadak bicara seperti itu?

"Aku tidak mengerti." Jinri menelan ludah susah payah. Tiba-tiba tangannya sedikit bergetar. "Aku tidak mengerti maksud ucapanmu, Kak."

"Hubungan kalian ... akhiri saja, Jinri."

"Kenapa aku harus mengakhirinya? Hubungan kami baik-baik saja," ujar Jinri. Ada kecewa dalam suaranya saat Kakaknya tidak mendukung hubungannya dengan Jungkook.

"Lalu bagaimana dengan Hyun Sena, tunangan Jungkook? Kau bilang juga tidak ingin menyakiti perasaannya."

Jinri menggigit bibir. Itu dulu. Sebelum dia tahu kelakuan busuk Sena beberapa tahun lalu. Tapi kali ini dia tidak punya alasan untuk berbelas kasihan padanya, kan?

"Tidak, aku tidak lagi kasihan. Untuk apa?"

Lagi-lagi Jihye menghela napas berat. "Jinri-ya, dengarkan Kakak, akhiri hubungan kalian. Aku hanya ingin kau bahagia."

Belum sempat Jinri membalas, sambungan terputus. Jinri merenung. Apa maksud perkataan Jihye? Jika ingin Jinri bahagia, mengapa menyuruhnya mengakhiri hubungan yang selama ini dia perjuangkan?

***

Jungkook tidak pergi ke kantor dan tidak bisa dihubungi.

Mendengar kabar itu dari sekretaris Jungkook, Jinri mau tidak mau memikirkannya. Tidak biasanya Jungkook menghilang. Itu sebabnya, saat ini dia mendatangi rumah Jungkook. Mobil pria itu ada. Artinya Jungkook ada di rumah.

Pekerja yang biasa Jinri lihat di rumah Jungkook mengatakan bahwa Jungkook seharian ini tidak keluar kamar. Jinri merasa gelisah. Dia mengetuk pintu kamar dan memanggil namanya, tetapi tidak ada sahutan dari pria itu.

Tiga kali memanggil tetapi hasilnya selalu sama, Jinri akhirnya langsung membuka pintu yang ternyata memang tidak dikunci. Kamarnya gelap. Jinri menyalakan lampu. Hal pertama yang Jinri lihat adalah Jungkook yang tidur dengan posisi telungkup. Pakaiannya masih sama seperti kemarin malam.

Namun yang menarik perhatiannya adalah kondisi kamar Jungkook yang berantakan. Banyak botol alkohol bersebaran dan baunya membuat Jinri merasa mual. Dia menutup mulutnya, hampir saja muntah.

Jinri menyemprotkan parumnya ke sekeliling kamar agar bau alkohol sedikit tersamarkan. Kemudian dia menghampiri Jungkook. Satu yang Jinri tahu, Jungkook mabuk.

"Jungkook-ah." Jinri menggerakan lengan Jungkook berkali-kali.

Jungkook melenguh sebelum menggeliat. Dia meringis merasakan kepalanya sakit seperti akan pecah. Hangover kali ini terlalu parah. Mata Jungkook menyipit, melihat Jinri di sisinya yang tengah menatapnya khawatir.

"Kau kenapa? Ayo bangun."

Jungkook beringsut duduk, tapi sedetik kemudian dia kembali berbaring menenggelamkan kepalanya pada bantal. Kepalanya pusing luar biasa.

A Cruel Husband ; ExtendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang