23. Pregnant

844 141 16
                                    

Jungkook tidak bermasud menyakiti Jinri dengan kata-katanya kejamnya semalam. Dia tidak bermaksud menguji Jinri. Semua itu dia lakukan demi kebaikan Jinri dan dirinya.

Jungkook sadar tidak boleh terlalu lama menggantungkan status mereka yang semakin lama semakin berbahaya. Terlebih setelah mendengar apa yang Jihye katakan.

Beberapa hari lalu setelah berkunjung ke rumah Sena, Jungkook pergi ke rumah Jihye atas permintaan wanita itu.

"Tolong lepaskan Jinri saja." Jihye memandang Jungkook di hadapannya. "Hubungan kalian membahayakannya. Aku tidak ingin kehilangan Jinri untuk kedua kalinya. Jadi, tolong lepaskan Jinri, Jungkook."

"Apa yang kau bicarakan?" tanya Jungkook tidak mengerti.

"Hyun Sena tidak akan membiarkan kalian bersama. Dia mendatangiku, mengancam akan menyakiti Jinri kalau kau tetap memilih bersamanya. Sebagai Kakak satu-satunya, tentu keselamatan Jinri adalah prioritasku."

Jungkook sesaat linglung. "Jinri ... dia akan baik-baik saja bersamaku. Sena tidak akan melakukan tindakan yang bisa mencelakai Jinri."

"Berhenti! Jangan terlalu naif Jungkook!" Jihye menatap marah pada Jungkook. "Terakhir kali Jinri bersamamu, dan dia nyaris mati." Jihye hanya bisa menelan ucapannya saat dia ingin sekali mengatakan bahwa Sena adalah penyebabnya.

Wajah Jungkook pucat. Dia kembali teringat kejadian beberapa tahun lalu. Rasa bersalah itu kembali menghantuinya. Tentu dia tidak ingin Jinti terluka lagi. Dia tidak ingin gagal menjaganya lagi.

Sadar dia sudah salah bicara, Jihye kembali bicara. "Lupakan. Kejadian itu bukan salahmu, Jungkook. Aku hanya ingin kau kembali mempertimbangkan. Ucapan Sena tidak main-main. Dia bukan orang yang bisa kau abaikan."

Bohong kalau Jungkook bilang tidak merasakan sakit saat mengatakan ingin bercerai dari Jinri. Dia sama sakitnya, sama hancurnya. Jungkook telah kehilangan kepercayaan dirinya bahwa dia bisa melindungi Jinri dengan baik. Karena pada kenyataannya di masa lalu dia gagal.

Rasa bersalah ini terlalu besar.

Jungkook teringat wajah kesakitan Jinri semalam. Wanita itu tidak mengatakan apa pun selain ucapan selamat malam sebelum beranjak tidur. Punggungnya terlihat rapuh. Terlebih ketika di pagi hari, Jinri bersikap seolah tidak ada yang terjadi semalam.

Namun matanya yang sedikit bengkak, mengatakan wanita itu tidak setegar perangainya.

***

Jungkook bilang dia mencintainya, tidak ingin meninggalkannya. Namun sesekali, Jinri berpikir bukan lagi cinta yang Jungkook rasakan, melainkan rasa bersalah.

Jungkook pernah gagal melindunginya di masa lalu. Membuat trauma yang melekat dalam dirinya begitu tenggelam. Semua karena rasa bersalahnya terlalu besar.

Lalu apa yang Jinri harapkan dari cinta dilandaskan rasa bersalah?

Sudah seminggu sejak malam itu, Jungkook tidak lagi menghubunginya atau mendatanginya ke apartemen. Namun Jinri selalu mendapat kabar pria itu dari Wonwoo ataupun Yena.

Siang ini, Jinri dan Yena pergi bersama. Jinri tidak keberatan menemani Yena yang katanya ingin membeli perlengkapan bayi. Mereka berjalan berdua di tepi jalan, hendak ke pusat perbelajaan.

"Semalam Jungkook datang ke rumah eomma, dia sakit. Karena di rumahnya dia sendirian, jadi eomma memintanya untuk datang saja supaya dirawat," ujar Yena.

Jinri tersenyum kecut. Dia baru mendengarnya. "Sudah lama sejak terakhir kali aku mendengar Jungkook sakit."

Yena mengangguk. "Ini juga membuatku terkejut. Biasanya dia mudah sakit kalau psikisnya terguncang lagi. Tapi bukankah belakangan ini dia sudah baik-baik saja?"

"Hm, mungkin dia kelelahan," jawab Jinri.

Yena dan Jinri berjalan hendak menyebrang, tetapi tiba-tiba sepeda motor melaju kencang dan menyerempet Jinri. Yena memekik terkejut saat Jinri terjatuh.

Jinri meringis ketika beberapa bagian tubuhnya terluka karena aspal jalanan, terutama pelipisnya yang menghantam jalan. Yena dengan panik berusaha membantu menolong Jinri. Namun ketika Jinri ingin berdiri, dia kembali terduduk. Perutnya terasa sakit sekali.

"Jinri-ya, kau baik-baik saja?" tanya Yena khawatir ketika melihat Jinri meringis sambil menekan perutnya.

Jinri meremas tangan Yena. "Perutku sakit sekali," rintih Jinri. Tanpa sadar dia menangis.

Yena berteriak meminta tolong pada orang-orang agar memangil ambulance. Dia benar-benar khawatir pada kondisi Jinri.

***

Perlahan matanya terbuka. Hal yang pertama Jinri lihat adalah Yena yang menatapnya cemas. Di sampingnya ada Wonwoo. Jinri menghela napas lega. Yena mengikuti kemauannya untuk tidak menghubungi Jungkook saat mereka ada di dalam ambulance.

Jinri ingin duduk, tapi perutnya masih sedikit nyeri.

"Tetap berbaring," kata Wonwoo.

Yena menggenggam tangan Jinri. "Kau sudah tahu?" tanya Yena.

Jinri menatapnya tidak mengerti.

"Kau hamil."

Jinri tertegun. Tangannya tanpa sadar menyentuh perutnya. Jinri tidak tahu kalau dia hamil. Belakangan ini Jinri memang sering kali morning sick, tetapi dia belum sempat mengeceknya.

Tiba-tiba Jinri menengang saat teringat sesuatu. "Bagaimana kondisinya? Apa bayiku baik-baik saja?"

Melihat mata Jinri yang terpancar ketakutan, Yena tersenyum. "Kandunganmu baik-baik saja. Ke depannya kau harus lebih berhati-hati. Kandungamu masih sangat rentan."

Jinri menghela napas lega sekali lagi. Dia mengusapi perutnya.

"Apa Jungkook tahu?" Wonwoo bertanya.

Jinri menggeleng. "Tolong jangan katakan apa pun tentang kejadian hari ini ataupun kehamilanku. Biar aku yang memberitahunya."

Wonwoo dan Yena mengangguk mengerti.

Jinri melamun. Dia bahagia atas kehamilan ini. Namun di sisi lain dia khawatir saat mengingat hubungannya dan Jungkook di ambang batas. Apa yang harus dia lakukan?

"Aku ingin pulang," ucap Jinri. "Bisakah kalian mengantarku pulang?"

"Kau masih harus dirawat, Jinri," balas Yena.

Jinri menggeleng. "Aku baik-baik saja."

"Aku akan membawakan kursi roda untukmu." Wonwoo berjalan keluar ruang rawat.

Jinri mengangguk. Dia tahu dalam kondisi seperti ini, dia kesulitan berjalan.

Wonwoo kembali dengan kursi roda. Pria itu membantu menggendong Jinri dan mendudukannya di kursi roda. Meski perutnya masih sedikit nyeri, ini masih lebih baik daripada berlama-lama di rumah sakit. 

***

Holaaa ayo tinggalkan jejak kalian

Follow instagram @wpvanili untuk info-info seputar ceritaku ya


A Cruel Husband ; ExtendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang