20. Never Letting You Hurt

685 115 6
                                    

Sudah satu bulan berlalu. Jungkook benar-benar melakukan apa yang dia katakan. Dia sudah menjalani pengobatan di psikiater yang telah menangani Jinri selama di Korea. Jinri setia dan sabar menemaninya.

Awalnya Jungkook masih kesulitan. Wajahnya selalu pucat pasi setiap sesi pengobatan. Namun selama ada Jinri di sampingnya, menggenggam tangannya erat, Jungkook selalu merasa dia akan aman.

Saat mendengar bahwa yang menjadi bayang-bayang ketakutan Jungkook salah satunya adalah dirinya versi mengerikan, Jinri juga merasa sakit. Dia ikut merasa bersalah. Jungkook mencintainya, tetapi sesekali dia merasa akan gila saat melihat Jinri dalam halusinasinya. Namun Jinri juga menjadi obat paling ampuh bagi Jungkook. Jungkook jarang mimpi buruk selama ada Jinri di sampingnya.

"Bagaimana halusinasimu?"

"Membaik, sudah jarang." Jungkook menjawab dengan tenang. Sebelah tangannya menggenggam tangan Jinri yang duduk di sampingnya. Saat ini mereka sedang check up.

Lim Hyun Soo yang menangani Jungkook dan Jinri tersenyum. Kasus PTSD mereka berkaitan tetapi cukup rumit. Pemicu trauma Jinri jelas karena kecelakan kapal itu. Sementara Jungkook, selain kecelakaan itu, dia kerap halusiansi dan bermimpi buruk tentang isrinya sendiri versi mengerikan. Itu semua karena rasa bersalahnya begitu besar.

Beruntung Jungkook mau berusaha menghadapi trauma dan halusinasinya. Karena kalau halusinasi yang dialaminya semakin parah, bukan tidak mungkin Jungkook juga menderita skizofrenia.

"Itu bagus. Perkembanganmu bergerak cepat padahal ini baru satu bulan." Lim Hyun Soo memberikan tabung obat untuk Jungkook. "Dosismu masih sama. Kalau ke depannya semakin membaik, dosisnya bisa diturunkan."

Jungkook mengangguk mengerti. "Terima kasih."

Jinri juga diberi obat. Walau bagaimanapun, Jinri masih memiliki sisa trauma yang bisa kapan saja kumat. Kondisi mentalnya harus stabil sampai di titik dia akan merasa baik-baik saja meski harus berhadapan dengan traumannya sendiri.

Keduanya pamit pulang. Karena akhir pekan, mereka lebih memilih menghabiskan waktu di rumah. Namun daripada rumah Jungkook sendiri yang dulu keduannya tempati, pria itu kini lebih sering menginap di apartemen Jinri.

Jungkook tidak keberatan. Sejujurnya dia merasa rumah itu sudah banyak berubah. Bukan di dekorasinya, tetapi di kenangan yang tercipta di sana. Terkontaminasi? Tentu saja. Jinri tidak lupa, di rumah itu jelas sudah tercipta kenangan Jungkook dengan Sena.

Jinri benci membayangkan apa saja yang sudah mereka lakukan selama Jinri belum kembali. Yang Jinri tahu, Jungkook tidak pernah menikmati semua momen itu.

Mengingat Sena, membuat Jinri bertanya-tanya. Sudah sebulan dia tidak pernah melihat Sena. Biasanya perempuan itu tidak sengaja dia lihat di kantor Jungkook atau rumah keluarga Jeon.

Apa Sena menyerah? Rasanya ... itu tidak mungkin.

Sena keras kepala. Jungkook sudah seperti menjadi obsesi terbesarnya. Demi mendapat Jungkook, dia tidak ragu untuk menenggelamkan kapal. Melenyapkan perempuan yang dia anggap sebagai penghalang.

Bagaimana kalau saat ini Sena sedang merencanakan sesuatu? Itu bisa saja benar. Dan itu benar-benar membuat Jinri gelisah.

***

Makan malam kali ini Jungkook yang memasak. Akhir pekan pun Jinri masih sibuk dengan pekerjaannya. Sejak tadi dia di kamar dan belum keluar. Kalau Jungkook tidak mengingatkan makan malam, Jinri bisa saja tidur dengan perut kosong.

Hal ini sering kali membuat Jungkook kepikiran. Jinri memintanya untuk mengurangi jam kerja, tetapi dia sendiri seolah memforsir tubuhnya pekerjaan. Jungkook takut Jinri akan jatuh sakit kalau terus-terusan seperti ini.

A Cruel Husband ; ExtendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang