Happy reading!
Semoga suka
Ig: gitagusti.r💎💎
"Bar,"
"Hm,"
Dara menggigit bibir bawahnya, ragu jika menanyakannya kepada Bara.
"Em, Bar," panggil Dara lagi.
"Iya, apa Sayangku?"
Sahutan lembut Bara sukses membuat Dara tersipu. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, enggan menampakkan pipinya yang sudah memanas.
"Apa? Ngomong aja," ucap Bara sambil menepuk pelan bahu gadis itu.
"Em, Bar, gue mau tanya satu hal sama lo," ucap Dara.
"Jangankan satu, seratus pun bakal gue jawab," timpal Bara.
"Gue serius, Marjudin!"
Bara terkekeh, ia sedikit menggeliat begitu Dara mencubit perutnya.
"Iya, iya Sayang, mau nanya apa, bentar lagi gue lempar lo," ucap Bara ngasal.
"Iya, gue tahu, lo mau lempar gue ke hati lo kan, pasti itu yang mau lo jawab kan?" ucap Dara penuh yakin.
Bara menggeleng, "Bukan ke hati, tapi ke laut," ucap Bara ngawur.
Lagi dan lagi, Dara mencubit Bara, kali ini bukan di perut, melainkan di pipi dan itu sukses membuat Bara meringis.
"Jahanam bener jadi pacar," dengus Dara.
Bara terkikik, "Jangan marah dong, katanya mau nanya,"
Dara menghela napas, "Bar, gue mau nanya, tentang sahabat kecil lo itu,"
Bara mengeryit, "Kenapa?"
"Kangen banget ya lo sama dia?" tanya Dara.
"Banget, gue kangen Anin."
Dara melotot, "Anin?"
"Namanya Anin, dia sahabat gue yang udah gue anggap lebih dari adik gue," ucap Bara melirih.
"Anin adalah cinta kedua gue setelah mama, dulu gue punya dua wanita yang bikin hidup gue jadi berwarna. Mama dan Anin, keduanya berharga bagi hidup gue, "
Dara meneguk ludahnya, "Lo cinta Anin?"
Bara mengangguk cepat, "Lebih dari cinta, Anin segalanya bagi hidup gue. Tapi itu dulu, sekarang dia udah pergi."
"Mama, Anin, keduanya pergi. Mereka ninggalin gue, mereka gak sayang lagi sama gue, gue nakal, keras kepala, makanya keduanya pergi." lirih Bara sambil tertawa miris.
Tanpa disadari, satu tetes cairan bening jatuh dari pelupuk mata Bara. Bara terlihat frustasi setelah mengingat itu.
Sementara Dara, berkali-kali gadis itu menyeka keringat yang keluar dari telapak tangannya.
Bara menoleh, ia menatap Dara, "Biasa aja kali, gak usah cemburu, Anin udah sepuluh tahun yang lalu, katanya dia udah meninggal."
"Bar, apa lo yakin kalau Anin beneran meninggal?" ucap Dara kelagapan.
"Seratus persen gue yakin kalau Anin belum pergi untuk selamanya," tegas Bara.
"Lo yakin itu?"
Bara mengangguk cepat, "Gue yakin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldebaran [END]
Teen Fiction[Dipublish pada 20-09-2020] Aldebaran Raharja. Nama itu sudah familiar terdengar bagi masyarakat kota Padang. Siapa yang tidak kenal Bara, seorang siswa yang memiliki wajah tampan bak Dewa Yunani, most wanted-nya SMA Jupiter, si tikus gagah yang sel...