24. Titik Terakhir.

531 67 22
                                    

Happy reading!
.
.
.
Ig : gitagusti.r
💎💎

Cuaca di siang hari begitu panas. Sang surya memancarkan sinarnya begitu hebat, seolah muak dengan manusia yang masih mengeluh dengan keadaan. Contohnya saja gadis yang satu ini.

Di sebuah halte dekat gerbang sekolah, keluh kesah yang keluar dari mulut gadis itu terdengar begitu nyaring di telinga. Gerutu demi gerutu tak kunjung mereda dari mulutnya.

"Bara lama banget sih," gerutu Dara kesal.

Sesekali gadis itu melirik jam tangannya. Sudah pukul 14.30 WIB, sudah setengah jam Dara menunggu pria yang katanya akan mengantarkannya pulang, tetapi sampai sekarang hanya angin yang melintas di hadapan Dara.

Dara mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Senyap, tak ada lagi para penduduk pribumi yang berlalu lalang di sana. Area itu sepi dari hiruk pikuk orang-orang. Bahkan anak-anak lainnya sudah tak lagi terlihat. Mereka sudah pulang, hanya menyisakam seorang Dara yang duduk termenung di sebuah halte.

Berkali-kali gadis itu mendecak kesal, "Bara lo lama banget sih, awas aja ya lo, otw gue lempar lo ke Antartika."

Sumpah serapah yang keluar dari mulut Dara tak akan membuat Bara akan datang dalam waktu sekejap. Dara benar-benar dibuat kesal dengan laki-laki itu.

Selang beberapa menit kemudian, suara deruman motor terdengar begitu nyaring. Dara menoleh ke sampingnya, mendapati sebuah motor yang dikemudi si tuan menuju ke arahnya.

"Dara?" sahutnya, "Lo ngapain disini?"

"Kak Gavin ngapain disini?"

Ya, pria itu adalah Gavin.

"Lah, gue yang nanya duluan, lo ngapain di sini?" ulangnya di balik helm fullface nya.

"Gue? Lagi nungguin Bara," jawab Dara.

Gavin menautkan alisnya bingung, "Bara?" ujarnya seolah tak percaya.

Dara mengangguk antusias, "Iya, gue lagi nungguin Bara, mau pulang bareng dia, kenapa? Jomblo ya? Iri sama kita?" ledek Dara dengan nada sombongnya.

Gavin mengerucutkan bibirnya, "Iya gue tau gue jomblo, jangan seneng dulu mentang-mentang udah punya pacar. Gue gini-gini juga banyak yang suka kali."

Dara tertawa melihat wajah murung Gavin. Gadis itu selalu saja meledek Gavin ketika setiap kali bertemu.

Sontak, tawa Dara berhenti, "Kak Gavin ngapain masih di sini?"

"Emang kenapa? Gak boleh?" tanya Gavin.

"Bukannya gak boleh, ntar kalo Bara dateng terus kita pulang bareng dan Kak Gavin liat keuwuwan kita malah ngiler lagi, " cecar Dara lagi.

"Ogah, oh iya gue mau bilang sesuatu sama lo," ujarnya dengan nada serius.

"Kapan lo mau ungkap ke Bara?"

Dara yang tadinya tertawa puas karena terus saja membully Gavin pun seketika terdiam.

Dara masih setia dengan diamnya.

"Kapan woi! Keburu nyicil bukti gue," teriak Gavin dengan nada bercanda. Tujuannya agar suasana tidak begitu tegang.

"Kalo udah waktunya," jawab Dara singkat.

"Ya udah sono balik, ngapain masih di sini?" usir Dara mengalihkan topik pembicaraan.

Gavin tersenyum miring, ia tahu gadis itu sedang mengalihkan topik pembicaraan. Gavin menatap manik Dara, begitu jelas terlihat bahwa gadis itu sedang tidak tenang. Gavin bukan bermaksud untuk mengancam atau pun menakut-nakuti Dara, ia hanya mencoba menarik Dara untuk segera mengungkapkan rahasia tentang siapa Dara sebenarnya.

Aldebaran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang