12. Perhatian.

571 92 6
                                    

happy Reading!
Semoga suka
Ig: gitagusti.r

💎💎

"Enggak!"

Dara mengelak, memalingkan wajahnya enggan menghadap ke arah Anya.

"Gak! jangan ngelak! Kalo lo ngelak otw gue ceburin ke danau!" tegas Anya paksa.

"Ih Anya, gue gak mau," ketus Dara sambil menepis tangan gadis itu.

"Harus mau!" tegas Anya.

"Enggak, apaan sih lo maksa-maksa gue,"

Dara memunggungi Anya dan Sherly. Kedua gadis itu terus saja memaksanya untuk makan. Tetapi Dara tak mau, makanan di rumah sakit membuat selera makannya menjadi kurang.

"Dar, lo harus makan, dari kemaren perut lo belum diisi," ujar Sherly.

Dara memutar bola matanya malas, "Gue gak mau makan,"

"Dan kalian berdua please jangan paksa gue!" tegas Dara.

Anya dan Sherly hanya mengelus dada mereka, sabar. Ia tak tahu lagi bagaimana caranya agar sahabatnya ini mengisi perutnya yang dari kemaren masih kosong. Tidak sepiring, sesendok saja yang masuk ke mulut Dara cukup membuat mereka merasa puas. Tetapi sayangnya, Dara adalah gadis keras kepala.

"Tujuan hidup lo apaan sih Dar? Udah jelas lo masih sakit gini, dan lebih parahnya sakitnya menyerang perut lo lagi, terus lo gak mau makan, parah lo, mau dikawinin maut nih bocah," celoteh Anya panjang kali lebar kali tinggi.

"Apaan sih lebay lo berdua, gue gak mau makan Anya, Sherly! Jangan paksa gue." tegas Dara.

"Kalo mau makan, makan aja sendiri, gue enggak!"

"Yang sakit elo napa kita yang makan? Aneh lo Dar." timpal Anya.

"Dar lo harus makan, kalo lo gak makan gimana lo bisa sembuh," ujar Anya dengan nada pasrah.

Dara menggeleng cepat, "Gue gak mau makan Anya," tegasnya.

Sherly dan Anya saling tatap, lagi-lagi mereka menghembuskan napasnya pasrah. Tak tahu lagi bagaimana caranya agar semangkuk bubur yang Anya pegang masuk ke perut Dara. Setidaknya hanya sesuap saja.

"Kenapa gak mau?"

Terdengar suara bariton seseorang membuat ketiganya spontan menoleh ke pintu. Sherly dan Anya sama-sama meneguk ludahnya, takut akan tatapan pria itu yang sangat tajam. Sedangkan Dara ia terus saja mendecak malas, lagi dan lagi kenapa harus pria itu yang datang.

Dengan ciri khasnya selalu, seperti biasa bajunya yang tak dikancing, mata hazel yang begitu tajam membuat siapa saja tak berani menatapnya. Siapa lagi kalau bukan si penguasa jalanan dan penguasa sekolah, Bara.

Dara semakin kikuk begitu Bara berjalan menuju ranjangnya. Sherly dan Anya refleks beranjak dari situ.

Seolah mengerti dengan kode Bara, Sherly dan Anya pergi meninggalkan ruang Dara dan memutuskan untuk balik ke sekolah. Dara mengeryit menatap kepergian kedua sahabatnya itu.

"Lo berdua mau ke mana? Jangan tinggalin gue!" jerit Dara, tetapi nihil, mereka lebih dulu menghilang di balik pintu.

Kini di ruangan itu hanya tinggal Bara dan Dara. Dara menatap Bara tajam, "Kok lo ngusir temen gue?"

Aldebaran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang