26. Getir Yang Tersirat.

160 28 4
                                    

Cuaca begitu mendung, awan gelap membentang di langit SMA Jupiter. Langit menjerit begitu hebat, pancaran sinar datang dalam sekejap mengerjap di indra penglihatan, menggempar di seluruh alam.

Gemuruh datang tak menentu, untaian nada yang tak karuan. Seperti semesta sedang mengamuk, menemani siang Dara yang berkecamuk. Seolah mengerti dengan keadaan Dara.

Di sebuah taman, berlokasi di sekolah itu, sosok gadis itu menangis.

"Hiks ..."

"Kenapa semuanya terjadi ke gue ... Hiks ..."

Di tempat yang sepi itu gadis itu menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan seluruh lukanya yang ditemani langit gelap.

"Gue pengen lo ngerti Bara, lo salah paham ... Dengerin gue hiks..."

"Gue rindu lo.." lirihnya.

Gadis itu mencengkeram rok abunya kuat. Air-air bening itu berkali-kali jatuh membasahi pipinya yang merona. Senyuman itu kembali sirna, Dara kehilangan senyumannya.

"Percuma lo nangis kayak gini."

Dara terlonjak kaget saat seseorang tiba-tiba datang dari belakangnya.

"Kak Gavin?"

"Sampai kapan lo bakal ngerahasiain ini dari Bara?" pertanyaan langsung dilontarkan pria yang tak lain adalah Gavin.

Dara diam membisu.

"Lo gak capek apa? Bohong sama Bara, sama diri lo sendiri lo apalagi." ucapnya dengan nada getir.

Dara mendongak, "Gue udah capek Kak, gue udah gak bisa tahan ini semua.."

"Kalo lo udah capek kenapa gak lo ungkap yang sebenarnya Dar? Percuma lo jadi pacar Bara!" sanggah Gavin.

Gadis itu terus saja menangis, Gavin yang melihatnya pun iba. Lantas pria itu menarik Dara ke dalam pelukannya.

"Dara kenapa tiba-tiba pergi? Dia ke mana?" ucap Anya.

"Gak tau gue, kayaknya lagu yang dia bawaan ada makna yang mendalam." ujar Sherly sambil menoleh ke Anya.

Anya menautkan alisnya, "Makna mendalam maksudnya?"

"Ya gitu, isi lagunya kayaknya nyangkut banget di hatinya, kayak punya masalah, tapi dia kok gak pernah cerita ya?" ujar Sherly juga ikut bingung kenapa Dara tiba-tiba saja pergi dari atas panggung.

"Maksud lo?" ucap Anya tak berdosa.

Sherly geram, "Lo lemot banget sih, dahlah males gue ngomong sama lo."

"Mending kita susul Dara yuk, kasian dia, " ajak Sherly sambil beranjk dari tempat duduknya.

"Ke mana?" tanya Anya.

"Ke panti! Ya ke arah dia pergi lah, lo bener-bener ya makin gede makin lemot, yaudah ayok!" Sherly menarik tangan Anya dan bergegas pergi menyusuli Dara.

"Si Dara muda darahnya para remaja kenapa?" tanya Eza sambil bernada dengan lagu aslinya.

"Mana gue tempe, woi Bar, pacar lo kenapa tuh? Gak nyusul?" ucap Galen.

"Ngapain?" ucap Bara dengan nada dingin.

Sontak Eza dan Galen saling tatap menatap, mereka bingung ada apa dengan sahabatnya yang satu ini.

"Oh iya, si Gavin mana?" ucap Galen yang menyadari bahwa Gavin juga tidak ada di sana.

"Lah iya, tuh bocah kok ikutan ngilang sih, kek tuyul abis maling duit tau gak. " semprot Eza.

Bara yang juga menyadari Gavin juga menghilang setelah Dara pergi tadi pun juga merasakan hal yang aneh.

"Gue liat Gavin nyusul Dara." potong Bintang.

Aldebaran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang